Home / Romansa / Terpaksa Jual Diri / 40. Meminta restu

Share

40. Meminta restu

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-04-18 13:00:26
"Sebentar... aku akan minta Bibi buatkan Mommy teh hijau tanpa gula dulu, biar kita enak mengobrolnya." Dylan bergegas melangkah menjauh menuju dapur.

Sikapnya yang tiba-tiba begitu manis membuatku curiga. Ada sesuatu yang disembunyikannya, aku yakin itu.

Teh hijau itu tersaji di meja, hangat dan harum. Namun, aroma teh itu tak mampu menenangkan kegelisahanku.

"Jadi, ada apa, Lan?" tanyaku, suaraku berusaha terdengar tenang, padahal rasa penasaranku sudah membuncah. "Pasti ada sesuatu, kan?"

"Aku ke sini mau meminta restu, Mom," jawabnya, suaranya sedikit gemetar.

"Restu? Restu apa?" Dahiku berkerut. Aku benar-benar tak mengerti maksudnya.

"Aku mau menikahi Laura, Mom."

Kalimat itu seperti pukulan telak di dadaku. Menikah? Lho ... kenapa dengan Laura? Bukan dengan Inez?

"Apa?! Menikah dengan Laura?!" suaraku meninggi, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.

Dylan mengangguk cepat, wajahnya berseri-seri, namun di matanya, aku melihat ada kecemasan. "Setelah Lau
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Raori sky
jd penasaran si agus kenapa jd ngejar si laura..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpaksa Jual Diri   41. Berikan dia pengertian

    "Baiklah. Mommy akan merestui kalian berdua, tapi ada syaratnya," kataku akhirnya, suara sedikit bergetar menahan emosi yang bercampur aduk di dada. Dylan mengerutkan dahi, tampak bingung."Kok pakai syarat segala, Mom? Apa syaratnya?" Suara Dylan terdengar sedikit tinggi, menunjukkan rasa frustrasinya."Mommy akan merestui kalian asalkan bayi yang dikandung Laura terbukti darah dagingmu." Aku menatapnya lekat-lekat, ingin memastikan dia mengerti betapa pentingnya hal ini bagiku."Terbukti?? Apa ini berarti Mommy ingin aku melakukan tes DNA?" Matanya melebar, seolah tak percaya."Benar." Aku mengangguk perlahan."Memangnya bisa, masih di dalam perut melakukan tes DNA?" Dia tampak berpikir keras, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengar."Bisa, tapi itu cukup beresiko. Ada kemungkinan membahayakan Laura dan bayinya. Lebih baik kita lakukan tes DNA-nya nanti saja setelah dia lahir ke dunia." Aku menjelaskan denga

    Last Updated : 2025-04-20
  • Terpaksa Jual Diri   42. Tidak mau bercerai

    "Kamu nggak suka sama Dylan, kan? Terus, kenapa kamu mau menikah dengannya? Kalau hanya ingin Dylan bertanggung jawab... kalian tidak perlu sampai menikah." Pertanyaan Tante Mala membuatku terkejut. Nada suaranya terdengar keras, menunjukkan keraguannya pada hubungan kami. Lho, kok Tante Mala bicara begitu? Apa ini berarti dia tidak merestui kami? Rasa sedih seketika memenuhi hatiku, membuat dadaku sesak. "Kok diam? Apa susah, ya, buat jawab? Atau kamu sedang mencari ide?" Tante Mala bertanya lagi, suaranya terdengar sedikit sinis. Aku memberanikan diri untuk menatap matanya sebentar, tatapannya penuh curiga. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba sikapnya menjadi aneh? "Tante... Pak Dylan itu pria yang sempurna. Tidak ada perempuan yang tidak menyukainya, begitu pun denganku." Aku mencoba menjawab, mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Jujur saja, aku bahkan menyukai Pak Dylan sejak pandangan pertama. Tapi aku sendiri yan

    Last Updated : 2025-04-21
  • Terpaksa Jual Diri   43. Kita bisa memulai lagi

    Aku terperanjat. Apa maksudnya ini? Setelah semua perselingkuhannya, semua janji-janjinya yang diingkari, semua rasa sakit yang telah dia berikan... Dia, dengan seenaknya, berani mengatakan tidak ingin bercerai? Benarkah dia masih waras? Atau ini hanya akal bulus lainnya?"Bre*ngsek! Berani-beraninya kau memeluk calon istriku!" Suara bariton Pak Dylan menggelegar, menghantam gendang telingaku. Bayangan tubuh besarnya memenuhi pintu yang baru saja terbuka. Wajahnya merah padam, tatapan matanya penuh amarah yang membara. Tanpa ampun, dia menyergap Mas Agus, menariknya paksa dari pelukanku, lalu melayangkan tinju yang tepat mengenai rahangnya.Bugh!Suara keras itu menggema di ruangan, disusul teriakan terkejut dari beberapa orang yang hadir."Astaghfirullah! Apa yang Bapak lakukan?" Pengacara Mas Agus segera berdiri, menghalangi Pak Dylan yang tampak siap menghajar Mas Agus lagi. Sementara Mas Agus, dia hanya diam tak bergeming.

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terpaksa Jual Diri   1. Goyangkan pinggulmu

    "Aahhh... Terus, goyangkan pinggulmu, Sayang!"Aku tersentak, tubuh menegang. Di balik pintu apartemen itu, aku berdiri, jantung berdebar-debar, mendengar des*ahan yang begitu jelas.Suara itu... suara Mas Agus. Mungkinkah...? Mungkinkah dia sedang berselingkuh? Bercinta dengan wanita lain?Jadi, ini alasannya dia menghilang selama sebulan? Meninggalkan aku dan Qiara tanpa kabar, tanpa nafkah? Betapa tega dia! Aku harus memberinya pelajaran!Braak!!Tendanganku mengenai pintu. Ternyata tidak terkunci. Pandanganku langsung menangkap pemandangan yang membuat darahku mendidih. Mas Agus... dia... dia sedang berbaring dengan seorang wanita, tanpa busana, tubuh mereka berpelukan, berkeringat."Brengs*k!" Jeritku menggema di ruangan. Aku berlari menghampiri mereka, memisahkan tubuh mereka yang terjalin. Dengan kasar, aku menjambak rambut wanita itu. Tinju kananku melayang mengenai wajah Mas Agus. "Anak kita sakit keras, tapi kamu malah main gila, Mas?!" Napasku tersengal-sengal

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terpaksa Jual Diri   2. Jual diri

    "Kenapa? Kok nggak dilanjutin?" tanya Kimmy, mendorongku untuk melanjutkan pembicaraan. "Aku malu ngomongnya," jawabku ragu-ragu, menunduk. "Ngapain malu? Kita 'kan teman dekat dari SMA. Masa kamu udah lupa?" Kimmy tersenyum, mencoba menenangkanku. "Aku inget kok. Cuma tetap saja aku merasa nggak enak dan malu," aku masih enggan menatapnya. "Udah, ngomong aja. Aku lagi dengerin," Kimmy memberi isyarat untukku melanjutkan. "Aku... aku tadinya mau pinjam uang padamu. Untuk biaya operasi anakku di rumah sakit," kataku akhirnya, suaraku terdengar gugup. "Berapa biayanya?" Kimmy bertanya dengan nada yang lebih serius. "Totalnya 250 juta." Aku hampir tak berani menatap matanya. "Banyak amat, Ra? Memangnya anakmu sakit apa?" Kimmy tampak terkejut. "Sakit jantung, bawaan dari lahir, Kim," suaraku bergetar. "Kamu nggak punya BPJS? Kan kalau punya, biaya operasi bisa pakai itu, jadi kamu nggak perlu keluar biaya banyak," Kimmy mencoba mencari solusi lain. Aku menggeleng les

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terpaksa Jual Diri   3. Pelanggan pertama

    Pria itu mengangkat wajahnya, dan tatapan matanya bertemu dengan tatapanku. Mataku membulat. Wajahnya... sangat tampan. Hidungnya mancung, garis rahangnya tegas. Dia terlihat sangat... mempesona. Apakah dia seorang artis? Siapa yang tega menyakiti pria setampan ini? Sungguh tega sekali. "Terima kasih, Nona." Senyum tipisnya, sebuah lengkung halus di bibirnya yang tegas, justru menambah daya tarik wajahnya yang tampan. Dia menerima sapu tanganku, mengusap cepat air mata di pipinya, lalu mengejutkanku—menyimpan sapu tangan itu ke dalam saku jasnya. "Nanti akan kucuci dan kukembalikan, ya, Nona." Dia berdiri, dan aku baru menyadari betapa tingginya dia. Aku hanya sebatas dadanya saja. "Kalau begitu, saya permisi, Pak." Aku membungkuk sopan, perasaanku masih bercampur aduk—kagum, sedih, dan sedikit canggung. Segera, aku bergegas masuk ke dalam toilet wanita, membiarkan pria itu sendiri di lorong yang sunyi. *** Aku menatap pantulanku di cermin sebuah kamar hotel, merasa takju

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terpaksa Jual Diri   4. Buka pakaianmu!

    "Kenapa kamu melamun? Cepat buka pakaianmu!" Suara Pak Dylan terdengar tajam, seperti menahan amarah. Aku baru tersadar aku melamun, mengabaikannya. Wajah Pak Dylan sampai memerah dan tegang, terlihat jelas dia sudah kehilangan kesabaran.Ya ampun, tolong maafkan aku!Cukup. Berhenti berpikir, berhenti menunda. Aku harus bertindak.Tangan sudah gemetar, aku mencoba membuka kancing dress-ku. Langkahku berat saat mendekatinya."Kenapa kamu lama sekali?" Tiba-tiba, dia menarik pinggangku, kasar. Aku tersentak, bokongku jatuh di salah satu pahanya. "Bahkan untuk membuka kancing saja kamu lama, Laura. Padahal Mami Nona bilang kamu berpengalaman. Apakah dia berbohong padaku?" Dia membantuku menyelesaikan membuka dress, hingga aku hanya mengenakan pakaian dalam."Si… siapa Mami Nona, Pak?" tanyaku canggung. Merasa malu melihat tubuhku kini."Perempuan tadi yang bersamamu. Memangnya kamu tidak tau namanya?""Ooh… Tapi nama dia Kimmy, Pak.""Terserah namanya siapa. Tapi aku mengenaln

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terpaksa Jual Diri   5. Dia terlalu besar

    Mentari pagi menyinari jendela kamar, sinarnya yang menyilaukan perlahan membangunkan aku dari tidur lelap. Tubuhku terasa remuk, sakit dan lelah sekali. Semalam... semalam benar-benar melelahkan, tapi juga memuaskan. Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Aku yang menguasai permainan. Tiga kali Pak Dylan mencapai puncak kenikmatan, tiga kali juga dia mengganti k*ndom. Aku merasa sudah mengeluarkan semua energiku yang sudah lama terpendam, karena sudah lama juga tidak bercinta. Berbeda dengan Pak Dylan, aku justru berhasil keluar empat kali. Ini sejarah baru dalam hidupku, karena semalam benar-benar terasa nikmat. Tubuh Pak Dylan... Kulitnya... Hidungnya... Roti sobeknya... Bahkan si Jarwo... Benar-benar membuatku semakin bergairah. Aku sangat-sangat beruntung, mendapatkan pelanggan pertama yang menawan seperti Pak Dylan. "Eh, ngomong-ngomong ... ke mana dia?" Aku baru menyadari, bahwa pria tampan itu tak ada di sampingku. Padahal semalam aku ingat jelas dia akhirnya tep

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Terpaksa Jual Diri   43. Kita bisa memulai lagi

    Aku terperanjat. Apa maksudnya ini? Setelah semua perselingkuhannya, semua janji-janjinya yang diingkari, semua rasa sakit yang telah dia berikan... Dia, dengan seenaknya, berani mengatakan tidak ingin bercerai? Benarkah dia masih waras? Atau ini hanya akal bulus lainnya?"Bre*ngsek! Berani-beraninya kau memeluk calon istriku!" Suara bariton Pak Dylan menggelegar, menghantam gendang telingaku. Bayangan tubuh besarnya memenuhi pintu yang baru saja terbuka. Wajahnya merah padam, tatapan matanya penuh amarah yang membara. Tanpa ampun, dia menyergap Mas Agus, menariknya paksa dari pelukanku, lalu melayangkan tinju yang tepat mengenai rahangnya.Bugh!Suara keras itu menggema di ruangan, disusul teriakan terkejut dari beberapa orang yang hadir."Astaghfirullah! Apa yang Bapak lakukan?" Pengacara Mas Agus segera berdiri, menghalangi Pak Dylan yang tampak siap menghajar Mas Agus lagi. Sementara Mas Agus, dia hanya diam tak bergeming.

  • Terpaksa Jual Diri   42. Tidak mau bercerai

    "Kamu nggak suka sama Dylan, kan? Terus, kenapa kamu mau menikah dengannya? Kalau hanya ingin Dylan bertanggung jawab... kalian tidak perlu sampai menikah." Pertanyaan Tante Mala membuatku terkejut. Nada suaranya terdengar keras, menunjukkan keraguannya pada hubungan kami. Lho, kok Tante Mala bicara begitu? Apa ini berarti dia tidak merestui kami? Rasa sedih seketika memenuhi hatiku, membuat dadaku sesak. "Kok diam? Apa susah, ya, buat jawab? Atau kamu sedang mencari ide?" Tante Mala bertanya lagi, suaranya terdengar sedikit sinis. Aku memberanikan diri untuk menatap matanya sebentar, tatapannya penuh curiga. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba sikapnya menjadi aneh? "Tante... Pak Dylan itu pria yang sempurna. Tidak ada perempuan yang tidak menyukainya, begitu pun denganku." Aku mencoba menjawab, mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Jujur saja, aku bahkan menyukai Pak Dylan sejak pandangan pertama. Tapi aku sendiri yan

  • Terpaksa Jual Diri   41. Berikan dia pengertian

    "Baiklah. Mommy akan merestui kalian berdua, tapi ada syaratnya," kataku akhirnya, suara sedikit bergetar menahan emosi yang bercampur aduk di dada. Dylan mengerutkan dahi, tampak bingung."Kok pakai syarat segala, Mom? Apa syaratnya?" Suara Dylan terdengar sedikit tinggi, menunjukkan rasa frustrasinya."Mommy akan merestui kalian asalkan bayi yang dikandung Laura terbukti darah dagingmu." Aku menatapnya lekat-lekat, ingin memastikan dia mengerti betapa pentingnya hal ini bagiku."Terbukti?? Apa ini berarti Mommy ingin aku melakukan tes DNA?" Matanya melebar, seolah tak percaya."Benar." Aku mengangguk perlahan."Memangnya bisa, masih di dalam perut melakukan tes DNA?" Dia tampak berpikir keras, mencoba mencerna informasi yang baru saja didengar."Bisa, tapi itu cukup beresiko. Ada kemungkinan membahayakan Laura dan bayinya. Lebih baik kita lakukan tes DNA-nya nanti saja setelah dia lahir ke dunia." Aku menjelaskan denga

  • Terpaksa Jual Diri   40. Meminta restu

    "Sebentar... aku akan minta Bibi buatkan Mommy teh hijau tanpa gula dulu, biar kita enak mengobrolnya." Dylan bergegas melangkah menjauh menuju dapur. Sikapnya yang tiba-tiba begitu manis membuatku curiga. Ada sesuatu yang disembunyikannya, aku yakin itu. Teh hijau itu tersaji di meja, hangat dan harum. Namun, aroma teh itu tak mampu menenangkan kegelisahanku. "Jadi, ada apa, Lan?" tanyaku, suaraku berusaha terdengar tenang, padahal rasa penasaranku sudah membuncah. "Pasti ada sesuatu, kan?" "Aku ke sini mau meminta restu, Mom," jawabnya, suaranya sedikit gemetar. "Restu? Restu apa?" Dahiku berkerut. Aku benar-benar tak mengerti maksudnya. "Aku mau menikahi Laura, Mom." Kalimat itu seperti pukulan telak di dadaku. Menikah? Lho ... kenapa dengan Laura? Bukan dengan Inez? "Apa?! Menikah dengan Laura?!" suaraku meninggi, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Dylan mengangguk cepat, wajahnya berseri-seri, namun di matanya, aku melihat ada kecemasan. "Setelah Lau

  • Terpaksa Jual Diri   39. Akta cerai

    "Bapak nggak perlu ikut campur! Aku ingin bicara serius dengan Laura!" bentak Mas Agus, mencoba mendekat, ingin meraih tanganku. Pak Dylan sigap menghalanginya. "Tidak akan kubiarkan kau bicara dengannya!" tegas Pak Dylan, suaranya bergetar menahan amarah, posesif dan melindungi. Ada aura kepemilikan yang kuat terpancar darinya. "Tolonglah, Pak… jangan cari ribut. Aku baru saja mengalami kecelakaan, aku malas berdebat. Biarkan aku bicara dengan Laura. Ini sangat penting," Mas Agus memohon, nada suaranya terdengar lebih rendah, egonya seolah sirna. Ini Mas Agus yang berbeda, yang belum pernah kulihat sebelumnya. Namun, sorot matanya… ada sesuatu yang ganjil, sesuatu yang disembunyikan di balik tatapan memohonnya. Ada kecemasan yang tersirat. "Aku tidak peduli! Mau kau habis kecelakaan… atau mati sekalipun!" Pak Dylan membentak, suaranya menggelegar, menunjukkan kemarahan yang tak terbendung. Dengan gerakan cepat dan pasti, dia menarikku masuk ke dalam mobil, mendudukkan Qiara di pan

  • Terpaksa Jual Diri   38. Keluarga baru

    "Kamu ingat itu 'kan, Ra?" Pak Dylan memastikan, tatapannya penuh pertanyaan. "Aku ingat, Pak. Tapi terakhir kali berhubungan badan... aku hanya sama Bapak, kemarin-kemarin juga, kan? Kalau bukan Bapak, siapa lagi? Nggak mungkin jin. Masa iya aku hamil anak jin?" "Enggak, Ra. Itu nggak mungkin!" Pak Dylan tegas, wajahnya terlihat ketakutan, tatapannya penuh kekhawatiran. "Kamu nggak mungkin hamil anak jin, anakmu manusia dan akan sesempurna seperti Qiara." "Terus?" Aku jadi ikut bingung. "Kita nggak perlu permasalahkan soal itu, yang terpenting... aku di sini yang akan bertanggung jawab." "Bertanggung jawab gimana, Pak?" Dahiku berkerut, bingung. Apa maksudnya? Apa dia mau menikahiku? Ah, jangan mimpi. Pak Dylan ragu akan anak ini, tidak mungkin dia mau menikah denganku. "Tentu saja untuk menikahimu." "E-ehhh... serius, Pak?" Mataku membulat tak percaya. Benarkah? Ini... mimpi? A

  • Terpaksa Jual Diri   37. Siapa Ayahnya?

    Degup jantungku berpacu kencang. "Bukannya aku tidak senang, Dokter, tapi Laura menggunakan KB. Tidak mungkin dia hamil," ujarku, suara gemetar tak terkendali. Bayangan jawaban Laura tadi malam masih menghantui, meyakinkanku bahwa ada kesalahan dalam pemeriksaan Dokter. "KB apa, jika boleh saya tahu, Pak?" "Suntik, Dok." "Apakah Nona Laura melakukannya secara rutin?" "Itu... Aku tidak tau." "Bagaimana bisa Bapak, sebagai suami, tidak tau?" Dokter itu menatapku heran. "Ah, itu... karena aku sibuk bekerja, jadi kurang memperhatikannya." Dokter sudah menganggapku sebagai suaminya Laura, jadi aku membiarkannya. Biarlah dia berpikir seperti itu. Aku tak punya cukup tenaga untuk menjelaskan semuanya. "Seharusnya Bapak lebih memperhatikannya. Meskipun seorang wanita menggunakan KB, baik pil, suntik, maupun IUD... tetap ada kemungkinan hamil, Pak, jika memang sudah Allah yang berkehendak." Jika sudah membawa-bawa nama Allah, aku tidak bisa apa-apa. "Tapi jika Bapak masih r

  • Terpaksa Jual Diri   36. 3 Minggu

    "Cek kesehatan itu nggak perlu kita sakit, Ra. Udah nurut aja, ini semua demi kebaikan kita bersama." Mommy mencoba membujuk Laura, nada suaranya sedikit lebih tegas."Ya udah, tapi nanti aku izin ke Pak Dylan dulu ya, Tan." Laura akhirnya setuju, namun tetap ingin memberitahuku terlebih dahulu."Tenang saja, nanti biar Tante yang ngomong ke Dylan." Mommy menawarkan diri, menunjukkan niatnya yang kuat untuk mengajak Laura ke rumah sakit.***"Dylan, Mommy harus pulang sekarang, ada urusan penting masalah kerjaan."Mommy pamit sepagi ini, saat aku baru saja keluar kamar sehabis sholat subuh. Penampilannya begitu rapi dan siap berangkat. Dia terlihat buru-buru. Tapi, bukankah dia berniat mengajak Laura ke rumah sakit? Apakah ini artinya rencana itu dibatalkan?"Nanti kamu saja yang ajak Laura ke rumah sakit. Mommy sudah ngomong kok sama dia. Tapi kamu bilang saja mau cek kesehatan, ya? Nanti bilang saja sama dokternya,

  • Terpaksa Jual Diri   35. Semoga saja

    "Mommy serius tau, Lan!" suara Mommy meninggi, nada kesalnya jelas terdengar. Wajahnya memerah, jari-jari tangannya mengepal. "Mommy 'kan pernah jadi ibu, jadi Mommy tau persis ciri-ciri orang yang sedang hamil. Percaya deh sama Mommy, Lan." "Tapi, Mom... Laura 'kan sudah pisah sama suaminya. Lagi proses bercerai, Mom. Dia nggak mungkin hamil. Gimana bisa?" Aku berusaha menahan kebingungan dan sedikit rasa takut yang mulai menggerogotiku. Aku yakin, Laura tak mungkin kembali bertemu Agus, apalagi sampai berhubungan badan. Itu mustahil. Sekalipun tanpa sepengetahuanku, aku tak bisa membayangkannya. "Meskipun sudah pisah, masih ada kemungkinan mereka pernah berhubungan sebelumnya, Lan. Mungkin saja, kan? Nanti malam deh... Mommy akan bicara langsung dengan Laura. Kita cari tau kebenarannya." Mommy menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Sekarang saja, Mom. Langsung tanyakan apa yang Mommy curigai." Aku tak sabar men

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status