Home / Lainnya / Teror Rumah Warisan / Keanehan mulai terjadi

Share

Keanehan mulai terjadi

last update Last Updated: 2022-02-25 15:03:08

Adit yang sedang asyik berbincang dengan Pak Kas sangat terkejut saat mendengar teriakkan sang istri dari lantai atas. Ia pun segera berlari menaiki tangga menuju kamar yang terdengar suara jeritan serta tangis dari sang buah hati. Namun sayang, pintu tersebut terkunci dari dalam.

“Reyna! Buka pintunya, Sayang!” Adit berusaha mendorong pintu berwarna putih itu dan dibantu oleh Pak Kas.

Setelah tiga kali entakkan, pintu yang terbuat dari kayu jati itu pun akhirnya berhasil didobrak. Adit segera berlari menghampiri Reyna yang tengah berada di atas ranjang. Tubuhnya terlihat gelisah, teriakkan pun kian mengeras membuat putri mereka ikut terbangun dan menangis.

“Dek, kamu kenapa? Bangun, Dek!” Adit terus menepuk-nepuk kedua pipi Reyna, sedangkan Pak Kas menggendong Anindita yang menangis histeris.

Lelaki yang suka olahraga lari itu terus membangunkan sang istri, hingga beberapa lama Reyna membuka matanya. Ketika membuka mata, wanita bermata bulat itu langsung berhambur memeluk sang suami begitu erat.

“Mas, aku takut,” ucap Reyna disela isak tangisnya dalam pelukan Adit.

“Ada apa, Dek? Bilang sama, Mas!” Adit melerai pelukannya, lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi chuby sang istri.

“Sebentar, kenapa kau bisa ada di sini? Seingatku tadi aku berada di depan pintu saat makhluk itu mendekat.” Reyna melihat ke sekelilingnya dan pandangannya berfokus pada lukisan yang sebelumnya ia pernah lihat.

“Makhluk? Apa maksud kamu, Dek?” tanya Adit.

“Lukisan itu, Mas! Wanita yang ada di dalam lukisan itu hidup dan sangat menyeramkan.” Reyna menunjuk pigura berukiran besar yang terpajang dia atas dipannya.

Pak Kas yang sedang menggendong Anindita merasa heran saat Adit menatapnya seakan-akan meminta penjelasan pada pria tua itu. Namun, Pak Kas segera menyangkal cerita Reyna.

“Mungkin Nona kelelahan, jadi berhalusinasi. Lagi pula saat kami datang Nona sedang tertidur di samping Non Anindita.”

Reyna merasa ia tidak berhalusinasi, ia sangat yakin apa yang ia alami adalah kejadian nyata. Akan tetapi, keyakinannya perlahan sirna saat ia kembali menyadari dirinya sedang berada di atas ranjang. Rena memejamkan matanya, lalu ia kembali mengingat kejadian sebelum ia pingsan. Bayang-bayang wajah menyeramkan wanita dalam lukisan itu terus terbayang, ia menjerit ketakutan.

Melihat sang istri menjerit, Adit pun terlihat kebingungan. Selang beberapa lama Mbok Sun datang membawakan segelas air untuk Reyna. Melihat Mbok sun datang Rena pun menatapnya dengan tajam.

“Mbok ke mana tadi? Kenapa tinggalin aku sendiri di kamar? Cecar Reyna saat Mbok Sun menyodorkan segelas air putih kepadanya.

“Loh? Saat masuk, Nona langsung tidur bersama Nona Kecil, tidurnya sangat pulas sekali. Saya takut mengganggu, jadi saya pun keluar saja,” tutur Mbok Sun menjelaskan.

Reyna merasa kejadiannya bukan seperti itu. Baru saja ia akan berucap, Adit lebih dulu memotongnya.

“Sudah! Mungkin apa yang dikatakan Mbok Sun benar, kamu kelelahan jadi sering berhalusinasi.”

Merasa terpojok dan tidak ada bukti kuat, Reyna pun memilih diam agar tidak terjadi hal yang tak sepatutnya terjadi. Meski begitu, perasaan wanita pecinta musik jaz itu mengenai rumah yang belum genap satu hari mereka tinggali ada suatu kejanggalan. Namun, ia belum bisa memastikan ada kejadian apa pada rumah ini pada saat jaman dahulu.

“Iya, mungkin aku hanya kelelahan saja,” sahut Reyna.

“Ya, sudah, kalau begitu kita turun, yuk! Mbok sudah masak banyak untuk menyambut pemilik baru rumah ini.

***

Setelah makan malam, mereka memilih beristirahat di dalam kamar. Anindita pun kembali tertidur pulas di atas ranjang yang empuk dan nyaman. Pada saat itu, Reyna kembali mencari informasi tentang lukisan yang misterius itu.

“Mas, kamu nggak percaya sama aku?” Reyna kembali bertanya perihal lukisan yang berada di dalam kamar mereka.

Adit yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya pun seketika terdiam. Ia pun melihat dengan saksama tiap inci lukisan tersebut. Tidak ada yang aneh dengan lukisannya, semua tampak sama dan biasa saja.

“Tuh, kan diem. Pasti kamu masih mengira aku halu, ya?” Kelakar Reyna pada sang suami.

Adit menatap Reyna tanpa menjawab. Perlahan tangannya terulur menyentuh kepala sang istri, jemarinya pun turun menelusuri helai rambut indah milik Reyna. Senyum malu-malu terbit dari bibir mungil Reyna, Adit pun ikut tersenyum sambil menepis jarak antara mereka berdua. Namun, saat Adit akan melancarkan aksinya, sebuah kepalan tangan Reyna berdiri kokoh di hadapannya.

“Aku lagi bicara serius, Mas. Bisa nggak, sih kamu dengerin aku kali ini saja?” Reyna berbicara tegas, membuat Adit tidak bisa mengelak lagi.

“Oke, aku dengarkan dengan serius. Hal apa yang membuat kamu takut hanya dengan sebuah lukisan saja?”

“Lukisan itu sepertinya mempunya sejarah yang kita belum tahu. Soalnya, aku mendengar makhluk itu minta tolong, Mas.” Reyna kembali mempertanyakan dari mana lukisan itu ada.

“Lukisan itu memang banyak sejarahnya, Dek. Tetapi, aku nggak tahu apa sejarahnya, sebab almarhum mamah jarang bercerita. Mungkin ia takut jika ada yang mengetahui tentang sejarah dari lukisan yang berharga sangat fantastis,” tutur Adit, membuat Reyna antusias mendengarkan cerita dari sang suami.

“Harga fantastis?” Reyna bertanya dengan mata berbinar. Namun, binar di wajahnya seketika pudar saat Adit menjentik keningnya. “Aaaw! Sakit, Mas.”

“Rasain! Jangan pernah berpikiran untuk menjual barang apa pun yang ada di dalam rumah ini. Sebab, mendiang orang tuaku selalu berpesan agar aku dan Kak Aldi harus hidup rukun. Rumah ini beserta isinya adalah kenangan yang sangat berharga. Jadi, sampai kapan pun rumah warisan ini tidak akan dijual, begitu juga semua isinya.” Adit menjelaskan dengan pandangan menerawang.

“Yah, baru aja mau seneng-seneng karena mau dapat warisan, malah gagal,” cetus Reyna memasang wajah lesu sambil menopang dagu. Namun, sebuah jitakan kembali dilayangkan oleh Adit.

“Aaaw! Sakit, mas. Kenapa, sih suka banget jitakin kepala istrinya?” Reyna mengusap kepala yang terasa sakit.

“Itu hukuman buat kamu yang isi otaknya cuma warisaaan aja!” Adit pun beranjak dari kursi dan berjalan ke luar kamar.

Reyna masih meringis sambil memegangi kepalanya, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengejeknya.

“Sakit, ya? Emang enak!”

Related chapters

  • Teror Rumah Warisan   Kedatangan Aldi

    Suara rintihan Reyna yang berada di balik selimut membuat Adit makin kalut. Pasalnya sejak semalam Reyna kembali pingsan di dalam kamar, saat tersadar tubuh wanita muda itu demam tinggi. Semalaman Adit terjaga, sebab sang istri kerap menjerit histeris tiba-tiba.Pagi harinya, lelaki berbadan kurus itu segera menelepon sang kakak dan meminta datang ke rumah bersama dokter pribadi keluarga Pak Broto.“Kak, bisa cepat tidak? Istriku kondisinya makin parah!” Adit terus-menerus menghubungi Aldi, meski Aldi menjawab sudah sampai di depan kompleks tetap saja bagi Adit itu sangat lama.Adit terlihat gelisah menanti di teras, sambil sesekali meremas rambutnya yang sudah panjang. Tubuhnya pun lusuh tak terurus, sangat kontras dengan penampilannya beberapa bulan lalu.Suara klakson mobil terdengar dari arah gerbang, Pak Kas pun sigap membukakan pintu gerbang. Mobil Pajero hitam melesat membuat daun kering seketika berhamburan saat terkena embusan angin.

    Last Updated : 2022-02-25
  • Teror Rumah Warisan   Hantu di pohon rambutan

    Adit dan Aldi terus berlari sambil berteriak menuju ruang tamu, tanpa mereka sadari bahwa ada Siska yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya. Mereka berdua berebut untuk bersembunyi di dekat wanita yang gemar mengoleksi berlian itu.“Kalian kenapa, sih? Udah kayak dikejar-kejar hantu aja.” Siska berdiri, melipat tangannya di depan dada sembari menatap kedua saudara yang tengah ketakutan.“Me-memang ada hantu di taman belakang, Sayang. Serem banget, hiii.” Aldi menjelaskan sambil bergidik ngeri saat mengingat apa yang ia lihat.Berbeda dengan Adit, ia tidak melihat, tetapi entah mengapa perasaannya mengatakan ada hal yang tidak baik di sana. Hingga ia ikut berlari saat Aldi berteriak.“Siang-siang gini mana ada hantu. Ngaco aja! Cemen banget, sih.” Bukannya simpatik, tetapi sikap Siska justru meremehkan pengakuan Aldi.“Terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku sudah melihat dengan jelas bagaimana

    Last Updated : 2022-02-25
  • Teror Rumah Warisan   Pengakuan Reyna

    “Lama banget, sih cuma bikin kopi doang.” Aldi menggerutu saat melihat Adit baru tiba. Namun, lelaki yang selalu memakai pakaian rapi itu sedikit heran saat melihat wajah adiknya.“Kamu sehat, Dit? Kok, pucet banget mukanya?”Siska yang semula fokus dengan ponselnya pun turut melirik sang adik ipar saat mendengar ucapan Aldi. “Iya. Udah nggak usah banyak pikiran. Aku dan Aldi, bakalan nemenin kamu di rumah ini sementara buat jagain Reyna dan Anin,” ucap Siska sambil melirik Aldi. Pria itu pun hanya mengangguk sebagai jawaban.“Bukan gitu, Kak. A-aku—““Mas Adit!” Suara teriakan Reyna dari kamar membuat Adit menghentikan ucapannya. Ketiga orang itu pun kompak menoleh ke atas dan bergegas menuju ke sana.Sesampainya di dalam kamar, Adit tidak segera menghampiri Reyna. Ia hanya berdiri di ujung ranjang, begitu juga dengan Siska. Bayang-bayang sosok wanita yang mirip sang istri tak bisa

    Last Updated : 2022-02-25
  • Teror Rumah Warisan   hantu yang mulai jahil

    Pria berbadan kurus itu berjalan cepat menuruni tangga menuju ruang tamu. Ia segera meraih cangkir dan meneguk kopi yang sudah dingin, berharap hati yang panas bisa dingin kembali. Namun nyatanya, setelah minuman berwarna hitam itu tandas, hatinya tetap bergejolak menahan emosi. Aldi duduk di sebelah kanan adiknya itu pun meminum kopi tersebut. Menarik napas panjang agar ia pun tak ikut emosi dengan tingkah absurd adik iparnya itu. Mata elang itu menatap tajam pada wanita yang memakai dress berwarna krem, yang berdiri di ujung tangga dengan tubuh gemetar. Adit menyandarkan bahunya di sofa seraya memejamkan matanya.“Sepertinya Reyna sudah membaik, aku akan pulang sekarang,” ucap Aldi memecah keheningan di ruangan itu.“Sudah mau Magrib, Kak. Enggak sebaiknya menginap saja di sini?” Adit menoleh ke arah kakaknya masih dengan posisi bersandar.“Besok aku ada meeting dengan klien penting, jadi tidak bis ditunda. Sebaiknya kau bawa Reyna istiraha

    Last Updated : 2022-02-26
  • Teror Rumah Warisan   Dia kembali!

    Suara bising kendaraan yang melintas di jalan raya membuta hati Aldi kian gusar. Terhitung sejak kemarin ia menyambangi rumah Adit, Siska menghilang entah ke mana. Pria bergaya perlente itu sudah mencari sang istri ke semua tempat, tetapi tak kunjung menemukan hasil.“Sudah ketemu, Kak?” Adit tiba-tiba masuk membuyarkan lamunan pria yang memakai kacamata hitam itu.Terdengar embusan napas kasar dari Aldi, membuat Adit paham maksudnya. Pria yang mengenakan kemeja berwarna navy itu pun menarik salah satu kursi dan duduk di seberang sang kakak. Makanan lezat khas restoran bintang lima, sudah disajikan tiga puluh menit yang lalu pun hanya teronggok di atas meja bundar.“Kamu yakin tidak ada yang mencurigakan di rumah itu?” Aldi pun akhirnya bersuara setelah hampir satu jam bungkam. Adit hanya menggeleng sebagai jawaban.“Kamu ingat kapan terakhir kali Siska bersama kita?” lanjutnya dengan tatapan tajam pada Adit.Sejenak pikiran pria ber

    Last Updated : 2022-03-20
  • Teror Rumah Warisan   Firasat Adit

    Prang!Adit terkejut saat tangannya tak sengaja menyenggol sebuah gelas. Tiba-tiba ia teringat Reyna dan Anin di rumah. Bagaimana jika Reyna diganggu oleh makhluk tak kasat mata itu lagi? “Kenapa, Dit?” Aldi menyadari kegelisahan adiknya, ia pun menatap Adit penuh tanda tanya.“Entahlah, Kak. Tiba-tiba saja aku teringat Reyna dan Anin.”“Mungkin karena kamu sedang makan enak di sini, jadi teringat anak dan istri di rumah yang belum makan, kan?” Adit menoleh ke arah Aldi, ia merasa tersinggung dengan ucapan kakaknya itu, meski yang dia katakan memang benar adanya. Adit menatap tajam sang kakak yang tersenyum mengejek, ia pun meletakkan sendok di atas piring dan segera meneguk air putih yang sisa setengah. “Aku mau pulang dulu, Kak. Takut terjadi apa-apa dengan anak dan juga istriku.” Pria berbadan kurus itu menggeser kursi, lalu beranjak. Namun, Aldi mencoba menahannya.“Tenang

    Last Updated : 2022-03-29
  • Teror Rumah Warisan   ada apa dengan Anin?

    “Reyna! Anin!” Adit mendobrak pintu yang terkunci. Ia berlari tak tentu arah sambil berteriak memanggil nama anak dan istrinya.Keringat dingin bercucuran dari tubuh kurus itu, lelah karena berlari dari depan kompleks tak ia rasakan. Baginya yang terpenting adalah keselamatan Reyna dan Anin. Ia berlari menuju lantai dua, kamar yang ia tempati adalah tujuan akhir. Berharap orang yang dicari  ada di sana.Brak! Pintu ia buka secara kasar, terlihat Anin sedang terbaring di atas ranjang bersama Reyna. Hatinya terasa lega.“Reyna, Anin. Syukurlah,” lirih Adit seraya berjalan mendekati ranjang king size yang berbalt seprai berwarna biru.Reyna terlihat pulas, begitu juga Anin. Adit duduk di sisi ranjang dekat sang istri. Tangannya terulur menyibak rambut halus yang menutupi wajah cantiknya. Namun, ia merasakan kening istrinya sangat panas. Hatinya kembali dirundung gelisah, dengan pelan ia menepuk pipi Reyna agar wanita itu bangun. Namun, Reyn

    Last Updated : 2022-03-29
  • Teror Rumah Warisan   Penyesalan Siska

    “Tidak! Jangan!” “Ayah, kenapa? Kok, teriak-teriak?” Adit menutup mata rapat dengan kedua tangannya, ia menepis tangan kecil nan mungil Anin saat menyentuh lengannya. “Mas, kamu kenapa?”Adit terdiam saat mendengar suara lembut sang istri, tetapi ia tidak mudah percaya begitu saja. Ia takut semua hanya ilusi saja. Pria berbadan kurus itu menutup telinganya dan kembali berteriak histeris.“Pergi kalian semua! Jangan ganggu aku. Pergi!” Reyna memeluk tubuh Anin yang ketakutan mendengar suara teriakkan Adit, tetapi ekspresi lain ditunjukkan oleh wanita yang memakai kebaya berwarna merah maroon. Bibir berisinya membentuk lengkungan, bersama dengan tatapan sinis dan tajam saat melihat anak dari mantan majikannya ketakutan.Mbok Sun perlahan pergi dari tempat itu, lalu merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang, “Semua berjalan sesuai rencana, Tuan. Baiklah.”Setelah menelepon seseorang, wanita paruh ba

    Last Updated : 2022-04-15

Latest chapter

  • Teror Rumah Warisan   Penyesalan Siska

    “Tidak! Jangan!” “Ayah, kenapa? Kok, teriak-teriak?” Adit menutup mata rapat dengan kedua tangannya, ia menepis tangan kecil nan mungil Anin saat menyentuh lengannya. “Mas, kamu kenapa?”Adit terdiam saat mendengar suara lembut sang istri, tetapi ia tidak mudah percaya begitu saja. Ia takut semua hanya ilusi saja. Pria berbadan kurus itu menutup telinganya dan kembali berteriak histeris.“Pergi kalian semua! Jangan ganggu aku. Pergi!” Reyna memeluk tubuh Anin yang ketakutan mendengar suara teriakkan Adit, tetapi ekspresi lain ditunjukkan oleh wanita yang memakai kebaya berwarna merah maroon. Bibir berisinya membentuk lengkungan, bersama dengan tatapan sinis dan tajam saat melihat anak dari mantan majikannya ketakutan.Mbok Sun perlahan pergi dari tempat itu, lalu merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang, “Semua berjalan sesuai rencana, Tuan. Baiklah.”Setelah menelepon seseorang, wanita paruh ba

  • Teror Rumah Warisan   ada apa dengan Anin?

    “Reyna! Anin!” Adit mendobrak pintu yang terkunci. Ia berlari tak tentu arah sambil berteriak memanggil nama anak dan istrinya.Keringat dingin bercucuran dari tubuh kurus itu, lelah karena berlari dari depan kompleks tak ia rasakan. Baginya yang terpenting adalah keselamatan Reyna dan Anin. Ia berlari menuju lantai dua, kamar yang ia tempati adalah tujuan akhir. Berharap orang yang dicari  ada di sana.Brak! Pintu ia buka secara kasar, terlihat Anin sedang terbaring di atas ranjang bersama Reyna. Hatinya terasa lega.“Reyna, Anin. Syukurlah,” lirih Adit seraya berjalan mendekati ranjang king size yang berbalt seprai berwarna biru.Reyna terlihat pulas, begitu juga Anin. Adit duduk di sisi ranjang dekat sang istri. Tangannya terulur menyibak rambut halus yang menutupi wajah cantiknya. Namun, ia merasakan kening istrinya sangat panas. Hatinya kembali dirundung gelisah, dengan pelan ia menepuk pipi Reyna agar wanita itu bangun. Namun, Reyn

  • Teror Rumah Warisan   Firasat Adit

    Prang!Adit terkejut saat tangannya tak sengaja menyenggol sebuah gelas. Tiba-tiba ia teringat Reyna dan Anin di rumah. Bagaimana jika Reyna diganggu oleh makhluk tak kasat mata itu lagi? “Kenapa, Dit?” Aldi menyadari kegelisahan adiknya, ia pun menatap Adit penuh tanda tanya.“Entahlah, Kak. Tiba-tiba saja aku teringat Reyna dan Anin.”“Mungkin karena kamu sedang makan enak di sini, jadi teringat anak dan istri di rumah yang belum makan, kan?” Adit menoleh ke arah Aldi, ia merasa tersinggung dengan ucapan kakaknya itu, meski yang dia katakan memang benar adanya. Adit menatap tajam sang kakak yang tersenyum mengejek, ia pun meletakkan sendok di atas piring dan segera meneguk air putih yang sisa setengah. “Aku mau pulang dulu, Kak. Takut terjadi apa-apa dengan anak dan juga istriku.” Pria berbadan kurus itu menggeser kursi, lalu beranjak. Namun, Aldi mencoba menahannya.“Tenang

  • Teror Rumah Warisan   Dia kembali!

    Suara bising kendaraan yang melintas di jalan raya membuta hati Aldi kian gusar. Terhitung sejak kemarin ia menyambangi rumah Adit, Siska menghilang entah ke mana. Pria bergaya perlente itu sudah mencari sang istri ke semua tempat, tetapi tak kunjung menemukan hasil.“Sudah ketemu, Kak?” Adit tiba-tiba masuk membuyarkan lamunan pria yang memakai kacamata hitam itu.Terdengar embusan napas kasar dari Aldi, membuat Adit paham maksudnya. Pria yang mengenakan kemeja berwarna navy itu pun menarik salah satu kursi dan duduk di seberang sang kakak. Makanan lezat khas restoran bintang lima, sudah disajikan tiga puluh menit yang lalu pun hanya teronggok di atas meja bundar.“Kamu yakin tidak ada yang mencurigakan di rumah itu?” Aldi pun akhirnya bersuara setelah hampir satu jam bungkam. Adit hanya menggeleng sebagai jawaban.“Kamu ingat kapan terakhir kali Siska bersama kita?” lanjutnya dengan tatapan tajam pada Adit.Sejenak pikiran pria ber

  • Teror Rumah Warisan   hantu yang mulai jahil

    Pria berbadan kurus itu berjalan cepat menuruni tangga menuju ruang tamu. Ia segera meraih cangkir dan meneguk kopi yang sudah dingin, berharap hati yang panas bisa dingin kembali. Namun nyatanya, setelah minuman berwarna hitam itu tandas, hatinya tetap bergejolak menahan emosi. Aldi duduk di sebelah kanan adiknya itu pun meminum kopi tersebut. Menarik napas panjang agar ia pun tak ikut emosi dengan tingkah absurd adik iparnya itu. Mata elang itu menatap tajam pada wanita yang memakai dress berwarna krem, yang berdiri di ujung tangga dengan tubuh gemetar. Adit menyandarkan bahunya di sofa seraya memejamkan matanya.“Sepertinya Reyna sudah membaik, aku akan pulang sekarang,” ucap Aldi memecah keheningan di ruangan itu.“Sudah mau Magrib, Kak. Enggak sebaiknya menginap saja di sini?” Adit menoleh ke arah kakaknya masih dengan posisi bersandar.“Besok aku ada meeting dengan klien penting, jadi tidak bis ditunda. Sebaiknya kau bawa Reyna istiraha

  • Teror Rumah Warisan   Pengakuan Reyna

    “Lama banget, sih cuma bikin kopi doang.” Aldi menggerutu saat melihat Adit baru tiba. Namun, lelaki yang selalu memakai pakaian rapi itu sedikit heran saat melihat wajah adiknya.“Kamu sehat, Dit? Kok, pucet banget mukanya?”Siska yang semula fokus dengan ponselnya pun turut melirik sang adik ipar saat mendengar ucapan Aldi. “Iya. Udah nggak usah banyak pikiran. Aku dan Aldi, bakalan nemenin kamu di rumah ini sementara buat jagain Reyna dan Anin,” ucap Siska sambil melirik Aldi. Pria itu pun hanya mengangguk sebagai jawaban.“Bukan gitu, Kak. A-aku—““Mas Adit!” Suara teriakan Reyna dari kamar membuat Adit menghentikan ucapannya. Ketiga orang itu pun kompak menoleh ke atas dan bergegas menuju ke sana.Sesampainya di dalam kamar, Adit tidak segera menghampiri Reyna. Ia hanya berdiri di ujung ranjang, begitu juga dengan Siska. Bayang-bayang sosok wanita yang mirip sang istri tak bisa

  • Teror Rumah Warisan   Hantu di pohon rambutan

    Adit dan Aldi terus berlari sambil berteriak menuju ruang tamu, tanpa mereka sadari bahwa ada Siska yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya. Mereka berdua berebut untuk bersembunyi di dekat wanita yang gemar mengoleksi berlian itu.“Kalian kenapa, sih? Udah kayak dikejar-kejar hantu aja.” Siska berdiri, melipat tangannya di depan dada sembari menatap kedua saudara yang tengah ketakutan.“Me-memang ada hantu di taman belakang, Sayang. Serem banget, hiii.” Aldi menjelaskan sambil bergidik ngeri saat mengingat apa yang ia lihat.Berbeda dengan Adit, ia tidak melihat, tetapi entah mengapa perasaannya mengatakan ada hal yang tidak baik di sana. Hingga ia ikut berlari saat Aldi berteriak.“Siang-siang gini mana ada hantu. Ngaco aja! Cemen banget, sih.” Bukannya simpatik, tetapi sikap Siska justru meremehkan pengakuan Aldi.“Terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku sudah melihat dengan jelas bagaimana

  • Teror Rumah Warisan   Kedatangan Aldi

    Suara rintihan Reyna yang berada di balik selimut membuat Adit makin kalut. Pasalnya sejak semalam Reyna kembali pingsan di dalam kamar, saat tersadar tubuh wanita muda itu demam tinggi. Semalaman Adit terjaga, sebab sang istri kerap menjerit histeris tiba-tiba.Pagi harinya, lelaki berbadan kurus itu segera menelepon sang kakak dan meminta datang ke rumah bersama dokter pribadi keluarga Pak Broto.“Kak, bisa cepat tidak? Istriku kondisinya makin parah!” Adit terus-menerus menghubungi Aldi, meski Aldi menjawab sudah sampai di depan kompleks tetap saja bagi Adit itu sangat lama.Adit terlihat gelisah menanti di teras, sambil sesekali meremas rambutnya yang sudah panjang. Tubuhnya pun lusuh tak terurus, sangat kontras dengan penampilannya beberapa bulan lalu.Suara klakson mobil terdengar dari arah gerbang, Pak Kas pun sigap membukakan pintu gerbang. Mobil Pajero hitam melesat membuat daun kering seketika berhamburan saat terkena embusan angin.

  • Teror Rumah Warisan   Keanehan mulai terjadi

    Adit yang sedang asyik berbincang dengan Pak Kas sangat terkejut saat mendengar teriakkan sang istri dari lantai atas. Ia pun segera berlari menaiki tangga menuju kamar yang terdengar suara jeritan serta tangis dari sang buah hati. Namun sayang, pintu tersebut terkunci dari dalam. “Reyna! Buka pintunya, Sayang!” Adit berusaha mendorong pintu berwarna putih itu dan dibantu oleh Pak Kas. Setelah tiga kali entakkan, pintu yang terbuat dari kayu jati itu pun akhirnya berhasil didobrak. Adit segera berlari menghampiri Reyna yang tengah berada di atas ranjang. Tubuhnya terlihat gelisah, teriakkan pun kian mengeras membuat putri mereka ikut terbangun dan menangis. “Dek, kamu kenapa? Bangun, Dek!” Adit terus menepuk-nepuk kedua pipi Reyna, sedangkan Pak Kas menggendong Anindita yang menangis histeris. Lelaki yang suka olahraga lari itu terus membangunkan sang istri, hingga beberapa lama Reyna membuka matanya. Ketika membuka mata, wanita bermata b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status