“Sabrina tunggu,” kata Jake.Sabrina menghentikan langkahnya. Sebelum berbalik, dia tersenyum puas. “Kenapa?” tanyanya ketika berbaik.“Aku ngak bermaksud mojokin kamu,” kata Jake.“Gitu doang?” tanya Sabrina. Dia lalu menghembuskan napas kasar, “ngapain manggil-manggil kalo gitu?”“Oke, sori,” kata Jake dengan terpaksa.Sabrina tersenyum puas. Dia lalu berjalan mendekati Jake. Sambil menjijnjit, dia menyapukan bibirnya ke bibir Jake dalam beberapa detik.Jake refleks mundur. “A ... aku ada janji mau nganterin mama ke dokter mata,” katanya.Sabrina cemberut. “Ya udah hati-hati,” katanya.Jake mengangguk.“See you,” kata Sabrina sambil melambaikan tangannya.***Tony, Ethan dan Emma berjalan mendekati warung yang ada di pinggir jalan. Malam ini mereka hanya jalan bertiga karena sejak berpacaran dengan Sabrina otomatis Jake tidak lagi mudah diganggu dan diajak jalan seperti sebelumnya.Tony yang memesan pada ibu penjual nasi. “Kalian mau makan apa?” tanya Tony.“Aku soto ayam aja deh,”
Emma terus berusaha melawan mahluk astral itu sampai akhirnya tubuhnya melemas. Dia lalu pingsan. Dengan sigap,Tony lalu menahan tubuh gadis itu.“Tolong bukakan pintu mobilku,” kata Tony pada Ethan.Ethan mengangguk. Dia lalu melakukan apa yang Tony katakan.“Thanks,” kata Tony setelah Emma masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu dia lalu berjalan kesisi kanan mobil dan duduk di kursi kemudi.“Kamu duluan aja,” kata Tony pada Ethan sebelum menjalankan mobilnya, “aku akan mengantar Emma pulang.”Ethan mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam moilnya yang dia parkir di belakang mobil Tony.Setibanya di rumah Emma gadis itu belum juga sadar. Tony lantas turun lebih dulu. Dia lalu memanggil kedua orangtua Emma. Mereka berdua terlhat panik saat Tony memberitahu keadaan Emma. Dengan cepat mereka lalu berjalan keluar rumah dan membantu Emma keluar dari mobil Tony. Dengan hati-hati Robun dan Tony mengangkat tubuh Emma. Keduanya membawa Emma ke kamarnya.“Aku berharap dia cepat sadar,” kata To
“Kasih tau dong,” desak Anne.Raut wajah Sabrina seketika berubah. Dia menghembuskan napas kasar. “Kita nggak ngapa-ngapain,” katanya, “pas habis dansa, Jake izin ke toilet terus dia ngilang. Ternyata dia gabung sama Emma, Tony dan Ethan.”Desy mengangguk-anggukkan kepala. “Jadi itu penyebab kamu minum banyak semalem?” katanya.“Apa sih enaknya ngejalanin hubungan sama orang yang jelas-jelas nggak suka sama kamu, Sabrina?” tanya Anne.Sabrina tersenyum miris. “Tapi aku suka sama dia,” kata Sabrina.“Terserah kamu sih kalo itu bikin kamu bahagia,” kata Anne.“Aku akan bikin Jake suka sama aku,” kata Sabrina.“Good luck,” kata Desy.***Jake berdiri di balkon kamarnya yang ada di lantai dua. Dia menatap pemandangan atap rumah tetangganya dan lampu yang menghiasi jalanan di sekitar rumahnya. Ethan berdiri di sampingnya. Mereka berdua sedang membahs hubungan Jake dengan Sabrina.“Harusnya kamu nggak mengiyakan permintaan Sabrina kalau semuanya masih belum jelas, Jake,” kata Ethan, “nggak
“Terus kalo nggak pergi emangnya amu mau ngapain di sini?” kata Emma, “orang jake-nya juga nggak ada.”Sabrina mendorong Emma hingga gadis itu hampir terjatuh. Akibat apa yang dilakukan Sabrina, Emma terpancing emosi. Matanya melotot. Melihat itu dua teman Sabrina menarik Sabrina ke belakang. Mereka tidak ingin hal buruk menimpa Sabrina karena nekat menyerang Emma.Namun Sabrina tidak mau mengalah. Dia maju ke depan lagi. Kali ini dia benar-benar mendorong Emma hingga gadi itu jatuh terduduk.“Sabrina!” bentak Tony, “Udah pergi sana!”Napas Sabrina tak beraturan karena emosi. Dia tak terima diusir Tony. “Tadi temanmu yang culun ini mengusirku. Sekarang kamu!” kata Sabrina, “kalian pikir kalian siapa hah?”Emma bangkit dengan cepat. Dia lalu mendorong Sabrina hingga gadis itu jatuh terlentang. Dengan cepat dia lalu mencekik Sabrina. Matanya melotot dan wajahnya memucat. Kukunya juga berubah panjang-panjang dan menghitam.“Aku akan membunuhmu,” kata Emma.Sabrina ketakutan. Dia mencoba
“Setelah puas berfoto-foto dengan teman satu timnya, pelatih dan beberapa dosen, Tony lalu menghampiri Emma, Ethan dan juga Jake.“Selamat ya!” kata Emma, “kamu keren!”“Makasih,” kata Tony.“Selamat ya, Bro,” kata Jake. Dia memeluk Tony, “akhirnya kita ke Bali bareng-bareng.”Tony mengangguk-angguk setelah pelukan Jake terlepas. “Makasih,” katanya.Tony lalu bergeser pada Ethan.“Congrats, Bro,” kata Ethan. Dia memeluk Tony juga, “finally kita liburan bareng!”“Thanks,” kata Tony.Tony mengacuhkan Sabrina dan kedua temannya. Dia lalu mengajak Emma, Jake dan Ethan untuk berfoto bersama.***Tony tersenyum cerah ketika mendapatkan pesan dari grup chat team futsal. Emma yang duduk di sampingnya terheran-heran.“Kamu kenapa?” tanya Emma.Tony lalu menyodorkan ponselnya ke hadapan Emma. Melihat pengumuman yang ada di ponsel Tony, wajah Emma ikut semringah.“Gila!” seru Tony, “ aku nggak nyangka tujuannya bakal ditambahin satu. Puas aku di Bali!”“Aku seneng sih kamu mau ke bali,” kata Emm
Jake menghembuskan napas kasar. Mulai lagi, batinnya. Sejujurnya dia geli melihat sikap Sabrina yang sok manja begitu.“Kamu nggak pengen duduk?” kata Jake. Dia menyingkirkan tangan Sabrina.“Eh, iya,” kata Sabrina.***Tony menemui pelatihnya sepulang dari kampus. Laki-laki itu mendatangi rumah pelatihnya untuk membicarakan tentang rencana keikutsertaan Emma dalam liburan ke Bali. Dia melakukan itu tanpa memberi tahu Emma terlebih dahulu. Dia berniat memberikan kejutan.Rumah pelatih Tony tampak megah dilihat dari luar. Rumah dua lantai itu memiliki halaman cukup luas dengan keseluruhan dilapisi rumput. Di pinggir-pinggirnya ada banyak tanaman bungga yang berjajar rapi mengelilingi halaman. Di tengah taman itu ada seperti jalan sepanjang sekitar satu meter yang memanjang dari gerbang sampai ke depan teras.Karena gerbang rumah terbuka, Tony segera saja masuk setelah turun dari mobil. Setibanya di depan pintu, dia mengucapkan salam dan memencet bel beberapa kali.Pak Amin membuka pint
“Emma, apa kamu sudah tidur, Nak?” terdengar suara Lily.“Belum, Bu,” sahut Emma. Dia lalu memutar handle pintu.“Ibu membawakan teh hangat untukmu,” Kata Lily. Dia lalu meletakkan cangkir yang dia bawa ke meja, “loh nugasnya sudah selesai kah?”Emma menggeleng. “Belum sih,” kata Emma. Dia duduk di ranjang.“Kok nggak dilanjutin?” tanya Lily, “nggak urgent?”“Nggak sih, Bu,” sahut Emma, “lagian Emma mau nyiapin buat liburan ke Bali.”Lily mengerutkan kening. “Liburan ke Bali?” ulangnya, “kapan? Kok kamu nggak pernah cerita sama Ibu?”Emma berjalan menuju almari pakaian lagi. “Tim Tony menang futsal,” kata Emma sambil memilah-milah baju, “dia dapet hadiah liburan ke Bali.”“Terus kamu diajak gitu?” tanya Lily.“Iya,” sahut Emma.“Wah, pasti seru!” kata Lily.Emma tersenyum. “Iya, Bu,” katanya, “akhirnya setelah sekian tahun aku hidup di bumi bisa juga ke Bali.”Wajah Lily semringah, tapi juga sendu secara bersamaan. Di satu sisi, dia senang karena Emma akhirnya bisa berwisata ke pulau
Jake seketika terdiam dan tidak menyahut lagi. Dia tidak mau terjadi percekcokan di waktu yang seharusnya tercipta kesenangan. Dia membiarkan Tony mengambil alih tas dan koper Emma.“Kamu udah bawa ransel tapi masih bawa koper juga, isinya apa aja sih banyak banget?” tanya Jake.“Baju aja sih,” kata Emma, “sama ada bekal dari Ibu. Entar kita makan bareng-bareng kalo waktunya makan siang.”“Emma ... aku ....” Kata-kata Jake terputus. Dia ragu Emma akan meminta permintaan maafnya untuk Sabrina.“Ada apa?” tanya Emma.“Aku minta maaf kalau Sabrina sering mengganggumu,” katanya.Emma tersenyum tipis. “Kalau Sabrina yang berulah, kenapa harus kamu yang minta maaf?” tanyanya.Jake menggelengkan kepalanya. “Aku cuma merasa bersalah,” katanya, “aku negrasa kalo kamu nggak pantes mendapatkan perlakuan kayak begitu dari Sabrina.”“Kalo kamu nggak deket-deket sama Emma malah bakalan lebih bagus kayaknya,” sahut Tony, “karena biasanya Sabrina nyerang Emma karena dia cemburu.” “Tony, kamu kenapa