James mengendarai mobilnya menembus jalanan kota Yogyakarta yang mulai sepi malam itu. Laura masih terlelap di kursi penumpang di sebelahnya dengan wajah yang begitu damai. Ingin rasanya dia membelai wajah Laura.
James mendengarkan suara radio yang tidak terlalu keras hanya untuk menemaninya sepanjang perjalanan pulang ke apartment, dia sering mendengar lagu 'Secret Love' dari Little Mix dan Jason Derulo di radio mobilnya seperti saat ini. Entah kenapa lirik lagu itu sungguh mirip dengan suara hatinya.
"We keep behind closed door"
"Everytime I see you I die a little more"
"Stolen moments that we steal as the curtain falls. It'll never be enough"
"It's obvious you're meant for me."
"Every piece of you, it just fits perfectly"
"Every second every thought I'm in so deep"
"But I'll never show it on my face"
"But we know this, we got a love that is homeless"
"Why can't you hold me in the street?"
"Why can't I ki
Flashback On Leonard Indrajaya begitu panik dan gelisah berjalan mondar mandir di ruang kantornya bersama dengan kepala keamanan pribadinya. "Apa orang orang kita belum menemukan dimana istri dan anakku?"tanya Leonard untuk kesekian kalinya siang itu. "Maaf Tuan Leo, kami masih mencari keberadaan mereka. Pihak kepolisian juga berusaha melacak dimana para penculik itu menyekap Nyonya dan Tuan Muda James."lapor Brian, kepala keamanan pribadi Leonard. Sudah lebih dari 24 jam Meliana dan James menghilang sejak mobil mereka dicegat di jalan dekat sekolah James dan diculik entah kemana. Di jalan itu tidak ada cctv yang dapat merekam kejadian itu. Sopir keluarga mereka pun ditembak di bagian kepala dan langsung tewas di tempat kejadian. Tadi malam, penculik menelepon Leonard dan meminta uang tebusan 2 milyar. Itu nominal yang kecil baginya dibanding nyawa istri dan anaknya. Penculik itu sepertinya sudah lama mengincar istri dan anaknya karena j
James menjadikan agenda menelepon Papinya sebagai prioritas utamanya hari ini. Dia sedang menunggu jadwal kuliah berikutnya di area taman kampus FKH UGM. Maka dia pun menelepon Papinya. Leonard: "Hallo James. Gimana kabarmu?" James: "Hallo Pi. Kabar James baik. Ada yang mau James omongin nih." ujar James to the point karena dia tidak merasa nyaman berbicara di tempat publik. Leonard : "Oke, Papi dengerin, ngomong aja... Gimana?" James : "Pi, semalam James sudah ketemu Papanya pacar James. Intinya sih Papanya masih gak setuju anaknya pacaran sama James. Tapi beliau minta buat ketemu sama Papi. Menurut Papi gimana enaknya?" Leonard terpekur sejenak, dia sudah menduga sebenarnya kalau jalan puteranya tidak akan mudah karena gadis yang dia pacari punya status profesor dan usianya terpaut jauh di atas usia James. Pasti Papanya Laura menganggap James bocah kemarin sore yang tidak pantas bersanding dengan puterinya. Leonard : "Baiklah James.
Sore itu Nicolas Carson duduk di ruang kerjanya di rumah, dia membaca email yang berisi financial net worth bocah yang mengaku pacar Wendy, James Peter Indrajaya. Total ekuitas likuid 10.785.855.458 IDR. Jadi ada 10 milyar lebih aset lancar yang dapat segera dicairkan menjadi uang tunai. Rekening bank, reksa dana, saham, dan obligasi yang tertulis sebagai rincian detail laporan finansial milik James. Di lembaran file berikutnya juga dicantumkan beberapa aset berupa nomor sertifikat bangunan rumah, ruko dan apartment yang tertulis kepemilikannya atas nama James juga. Nicolas Carson tertawa malu sendiri mencerna informasi ini. Pertanyaannya kemarin malam tentang bagaimana James dapat menafkahi Wendy telah terjawab. Bahkan jikalau James pengangguran pun, Wendy nya tidak akan pernah kelaparan atau hidup menggelandang di jalan. Nicolas menghela nafas panjang dan menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Dia seolah kehilangan kata katanya. Teringat pertemuannya k
Sore itu James menjemput Laura di lobi Royal Heritage. Laura segera menghampiri Fortuner putih milik James yang sudah sangat dia hapal plat nomornya."Sore Say." sapa James pada Laura yang baru saja duduk di kursi penumpang di sampingnya.Gadis itu memakai skinny jeans biru muda dengan atasan kamisol putih yang dipadupadankan dengan cardigan warna merah tua. Rambut panjang warna cokelat tua bergelombangnya tergerai indah di sepanjang punggungnya."Sore juga Beb." sahut Laura seraya tersenyum menatap James yang sibuk memperhatikan jalanan di depannya. Lalu lintas begitu padat menyambut weekend di sore hari.Setengah jam perjalanan pun berlalu dan akhirnya mereka sampai di Mall H. James menggandeng tangan Laura sambil berjalan melihat lihat barang yang dipajang di outlet outlet yang mereka lalui. Dia menuju ke outlet jewelery yang sempat dia lihat postingan IG nya.Pramuniaga jewelery itu pun segera menyambut kedatangan James dan La
Leonard Indrajaya akhirnya sampai di Bandara YIA bersama kedua puteranya. Dia berencana untuk menginap di Grand Aston Hotel seperti biasanya bila berkunjung ke Yogyakarta. Dia suka dengan posisi hotel itu yang di tengah kota dan pelayanannya memuaskan, dia tidak perlu repot mencari makan keluar hotel karena chef hotel itu masakannya sangat enak. Mobil Alphard miliknya sudah menunggu di lobi keluar bandara. Brian, kepala bagian keamanannya sendiri yang menyetir dari Jakarta semalam. Pria itu sudah menjaga keluarganya selama 20 tahun. Leonard sangat berhutang budi pada Brian. Leonard mengetik pesan WA kepada James supaya puteranya mengajak Laura ke Grand Aston Hotel. Dia sudah tak sabar bertemu dengan pasangan muda itu. Abang abangnya James juga sangat penasaran sepertinya dengan calon adik ipar mereka. ***** James sedang duduk di sofa apartment nya bersama Laura yang sudah rapi karena mereka punya appointment dengan Papinya James pagi ini. Mereka
Siang itu Nicolas Carson kedatangan tamu di rumahnya. Nicolas bergegas turun untuk melihat siapa gerangan yang mengganggu istirahat siangnya yang tenang di hari minggu. Sesosok pria bule yang sudah lama tidak dia jumpai berdiri di ruang tamunya dan menatap ke arahnya. Philip Landon. Philip Landon masih termasuk keponakan jauh dari kekerabatan sepupu Kakek Nicolas Carson. Ayah Philip adalah teman dekatnya sejak sekolah dasar karena rumah keluarga Carson di Australia berdekatan dengan rumah keluarga Landon. Belakangan juga Philip sempat berpacaran dengan Wendy, puterinya saat mengambil studi S2 di Australia 6 tahun lalu. Tapi mereka sudah putus hubungan sejak Wendy pindah ke Inggris mengambil gelar profesornya di Cambridge University. Nicolas sendiri tidak menanyakan alasannya pada Wendy penyebab putus hubungan dengan Philip. (Note: pembicaraan Philip dengan semua tokoh di cerita ini dalam bahasa Inggris, tapi author menerjemahkan dalam bahasa Indonesia) "Hallo
Laura meringis melihat kedua pria dewasa yang tingkahnya seperti anak kecil yang berebut permen. Keduanya berdiri bersedekap saling memunggungi dengan Laura berada di tengah tengah mereka."Well, Boys aku capek... Aku duduk dulu yaaa... Bang Leeray Bang Mike yuk masuk aja." ujar Laura meninggalkan kedua pria yang saling memunggungi itu dan berjalan ke sofa ruang keluarga yang berada di tengah rumah. Leeray dan Michael menahan tawa melihat adik mereka yang terbakar api cemburu. Konyol sekali pikir mereka. Abang abang James berjalan mengikuti Laura ke ruang keluarga dimana ada sofa yang empuk dan nyaman. Mereka pun duduk dan berbincang dengan Laura. "Laura tidak tinggal bareng ortu ya sekarang?"tanya Michael seraya mengamati interior ruangan itu. "Gak Bang, aku tinggal di apartment Royal Heritage dekat kampus. Jauh berangkat kerja kalo dari sini." jawab Laura seraya tersenyum menatap kedua pria yang berjalan beriringan ke ruang keluarga.
Nicolas Carson dan Louisa Carson menemani Leonard Indrajaya berbincang di ruang kerjanya, meninggalkan anak anak muda itu untuk menyelesaikan persoalan mereka di ruang keluarga. "Mari silakan duduk Tuan Leo."ujar Nicolas seraya membimbing Louisa untuk duduk di sebelahnya. Sebenarnya Nicolas merasa bimbang dengan penilaiannya atas James sehingga dia ingin Louisa untuk mendampinginya menemui calon besannya. "Terimakasih Tuan Nicolas." Leonard pun duduk di seberang Papa dan Mama Laura. "Saya membawakan sedikit buah tangan untuk anda, semoga berkenan." Leonard meletakkan sebuah kotak berwarna cokelat di atas meja sofa. Nicolas tersenyum melihat kotak yang diberikan oleh calon besannya itu. Dia sudah bisa menebak isinya karena itu barang favoritnya. "Cohiba Talisman Edicion Limitada 2017, Cuban Cigar." sebut Nicolas dengan fasih dan dia pun tertawa. "Excellent Tuan Leo, anda tahu apa yang saya sukai!" Louisa pun tersenyum dan berkata. "Kecerdasan Jam
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama