Seusai mandi sore, Laura berdiri di depan cermin wastafel kamar mandi untuk berdandan. Dia mengenakan backless maxi dress dengan kerah halter neck warna biru langit.
Wanita cantik itu tidak pernah berdandan terlalu menor karena memang gayanya selalu natural dan menurutnya itu cukup. Setelah membubuhkan maskara warna hitam di bulu mata lentiknya dan eyeshadow warna coklat tanah liat di kelopak matanya. Laura memberikan sentuhan akhir dengan liptint warna merah delima yang tampak natural seperti bibirnya.
Setelah selesai berdandan, Laura menyemprotkan parfum pemberian James yang menguarkan aroma manis dan segar. Laura berpikir selera James dalam memilih parfum sangat bagus, dia suka aroma Cherry Blossom eau de toilette dari Bodyshop itu.
Dari arah belakang, sepasang lengan kekar berbalut jas warna abu-abu silver mendekap perutnya yang ramping. Bibir pria itu mendaratkan kecupan-kecupan ringan di bahu dan ceruk lehernya yang terbuka.
"Sayangku yang cantik ..
Kamar hotel yang disiapkan oleh James untuk menghabiskan malam romantisnya bersama Laura di Lafayette Boutique Hotel yang ada di Jalan Ringroad Utara sangat istimewa. Dia memesan sebuah unit kamar bertipe suite presidential yang luas dan mewah bergaya Victoria.Sesampainya di depan pintu kamar itu, James memasangkan penutup mata dari kain sutra berwarna hijau toska itu ke mata Laura."Ikuti aturan mainku, Sayang," bisik James mesra lalu mengecup pipi Laura.James membuka pintu kamar dengan acces card lalu menggandeng Laura masuk ke dalam kamar."Oohh ... James, sepertinya aku menginjak sesuatu ...," ucap Laura dengan mata tertutup kain sutra saat sepatu high heelnya terganjal dan terkubur benda halus dan wangi.James terkekeh mengetahui istrinya kebingungan. Memang dia yang meminta pihak managemen hotel untuk melapisi lantai kamar yang dia sewa malam itu dengan bunga mawar segar. Jumlahnya ada puluhan ribuan bunga mawar dengan warna merah tua
"My birthday wishlist is ... aku hanya ingin selamanya kau ada di sisiku, Cinta Sejatiku, My Laura," ucap James menatap sepasang mata biru saphire yang berkaca-kaca itu.Perkataan James itu seolah membuat hatinya mengharu biru, cinta James sangat besar untuknya. Kini dia percaya apa kata pujangga yang mengatakan cinta itu setinggi langit, sedalam samudera, dan seluas jagad raya.Sebulir air bening menuruni pipi Laura, suaminya mengecup pipinya dengan lembut. James berkata, "Wanita yang aku cintai tidak boleh menangis karena aku. Tersenyumlah untukku, Prof!"Senyum manis terkembang di bibir Laura seiring tatapan penuh cinta di mata biru saphire itu. "Profesor James yang sangat aku cintai, ayah dari anakku ... aku tak akan pernah meninggalkanmu hingga maut memisahkan kita. Itu janjiku untukmu," ucap Laura.James memeluk erat tubuh Laura, baru kali ini dia menangis lagi setelah 9 tahun yang lalu ketika Reynold memerkosa istrinya. Itu adalah hari terbur
"Maaf ya, Dokter Siska. Lain kali kalau Anda aneh-aneh lagi, saya nggak akan mau membukakan pintu kantor saya untuk Anda. Kita ini di kampus!" tegur James dengan tegas sambil bertolak pinggang di hadapan dokter muda yang cantik itu.Perkataan James sontak membuat gadis itu panik. "Ehh ... sori ... sori, Prof. Aku kan cuma bercanda tadi ...," ucapnya mencebik manja."Saya nggak minat diajak bercanda yang nggak lucu seperti tadi, pokoknya tolong jaga sikap Anda selama di kampus, oke?" tegas James sekali lagi lalu menyerahkan textbook yang ingin dipinjam oleh si dokter ganjen itu.Dokter Siska pun menerima buku-buku tebal itu lalu berkata, "Prof, apa boleh minta tolong dibawain ke ruanganku ya? Bukunya berat soalnya."Mendengar permintaan gadis itu, James pun mendengkus kesal. 'Bisanya ngerepotin melulu sih!' gerutunya. Tapi dia pun membawakan 3 buku tebal yang lumayan berat itu keluar menuju ruangan Dokter Siska di sebelahnya. Sementara gadis itu membawa 2
Setelah permainan cinta mereka di kantor James, mereka berdua pun berjalan keluar dari kantor itu untuk makan siang di kantin. Di koridor Laboratorium Mikrobiologi Laura dan James berpapasan dengan Reynold dan Dokter Siska dari arah berlawanan."Hai, Prof. Kupikir kalian berdua pergi keluar kampus," sapa Reynold sambil tersenyum-senyum melihat pasangan dosen yang tampak sedikit berantakan itu. Bahkan ada noda lipstick di saku kemeja James. 'Apa mereka berbuat mesum di kampus?' batin Reynold menebak-nebak.Sebelum James ataupun Laura menjawab, Dokter Siska berkata, "Apa ini Profesor Laura, istrinya Prof. James?""Oohh ... iya, benar ini istriku tercinta, Dok. Honey, kenalkan ini Dokter Siska, dosen baru di Lab. Mikrobiologi," sahut James tersenyum penuh arti sembari melingkarkan lengannya di pinggang ramping Laura.Laura pun mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan kolega baru suaminya di Lab. Mikrobiologi. 'Cantik juga ... dan masih sangat beli
Dengan segera Hesti menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan dosen tampannya itu. Dia melumat bibir Reynold dengan ganas seperti sedang kelaparan. Kedua telapak tangannya membingkai wajah rupawan itu.Jantung Reynold berpacu kencang, dia merasa gadis di pangkuannya itu sudah sangat terobsesi kepadanya hingga berbuat nekad di kampus seperti ini. Dia harus bersikap tegas.Setelah Hesti puas menciumi dosennya itu, dia menatap wajah Reynold. "Apa enak ciuman saya, Dok?" tanyanya. Kemudian dia meraih tangan Reynold untuk meraba buah dadanya yang membulat penuh itu seraya berkata, "Ini juga boleh dipegang kok, Dok. Saya pasrah diapa-apain, Dok. Mau ya jadi pacar saya?"Reynold menghela napas panjang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap mahasiswi cantiknya yang binal itu. "Hesti yang cantik, apa kamu nggak malu begini sama saya? Pelajaran budi pekertinya nggak lulus ini pasti semester 1 dulu. Hahaha," seloroh Reynold.Jemari tangan Hesti menelusuri raut w
Sesampainya di basement parkiran mobil Jasmine Park Apartment, Reynold segera menekan remote mobil Honda Civic hitamnya untuk memasang autolock. Dia membukakan pintu mobil Honda Jazz merah milik Laura."Silakan turun, Princess!" sambut Reynold sambil menyunggingkan senyum di wajah gantengnya hanya untuk Laura.Istrinya pun tertawa berderai menanggapi perhatian Reynold. Dia turun dari mobilnya lalu menautkan tangannya di lekuk lengan kekar yang terbungkus jas setelan resmi itu. Mereka bercanda sembari naik lift ke lantai 8. Kemudian Reynold memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu unit apartment miliknya itu. Sebenarnya James juga memiliki sebuah apartment pribadi di Intercontinental Residence, tetapi unitnya di Jasmine Park memiliki lebih banyak kamar untuk anak kembar mereka dan juga Mikha, baby sitter kedua anak Laura dari James dan Reynold."Hai, Jake, Josh. Apa kalian sudah mandi?" sapa Laura seraya memeluk kedua anak kembarnya itu. Joshua menjawab, "Sudah, Mom! Kami bar
Sore itu sebelum naik ke mobil Fortuner putihnya, James mendapat telepon dari abang sulungnya, Leeray. Dia pun segera mengangkat panggilan itu."Halo, Bang. Gimana? Tumben nelpon," jawab James sambil duduk di bangku pengemudi. Dia menyalakan mesin mobilnya.Leeray pun menyahut, "Halo, James. Lusa ada rapat pemegang saham kuartal 1 di Perth. Kamu bisa datang nggak sama Laura?"Akhirnya James pun mengerti alasan abangnya tiba-tiba meneleponnya sore-sore. Dia dan Laura memang mendapat jatah masing-masing 5% porsi saham Indrajaya Realty cabang Perth. Bisnis keluarga Indrajaya yang meliputi hotel, mall, dan convention centre di sebuah bangunan superblock.(Cerita cinta Leeray dan Deasy ada di Trapped by Possesive Billionaire atau Terjerat Cinta Milyarder Seksi)"Aku sepertinya bisa berangkat dari Yogya besok sore, Bang. Kalau Laura akan aku tanyakan nanti di rumah. Bang Mike sama Brandy apa datang juga ke Perth?" balas James masih belum melajukan mobilnya dari parkiran kampus."Mereka data
Laura minum air putih lalu beranjak meninggalkan meja makan dengan setengah berlari masuk ke kamar tidurnya. Dari belakang Reynold mengejarnya dan menangkap pinggangnya dengan kedua lengannya yang kekar."Lepaskan, Rey! Aku ingin sendiri ...," seru Laura dengan suara parau karena mulai berair mata.Reynold mengeratkan pelukannya di tubuh Laura, dia tidak mau Laura mengambek kepadanya. "Hey, dengar dulu, Laura Sayang. Ceritaku belum selesai tadi. Aku nggak menanggapi godaan Hesti, aku mengancamnya akan memindahkan bimbingan skripsinya ke Prof. Hary Sutrisno. Dia pun berhenti bersikap genit kepadaku lagi. Kamu jangan marah ya?"Dia pun membalik tubuh Laura menghadapnya. Sepasang mata biru saphire yang indah itu berkaca-kaca membuat hatinya serasa teremas."Ohh ... maafkan aku, Laura. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu pasti tahu profesi kita sebagai dosen ditambah penampilan yang menarik, itu rawan godaan dari mahasiswa dan mahasiswi. Kamu sendiri sudah terjebak dalam asmara ked
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka