James duduk di karpet ruang tengah apartment Laura di antara sofa dan meja, dia mengetik data penelitiannya di laptop. Laura menemani duduk di sebelahnya, dia membantu membacakan data kasar yang tertulis di buku catatan James dan membantu menganalisa hasil penelitian James. Tulisan James berbentuk latin tegak bersambung dan rapi. Begitu cantik seperti jari jarinya yang panjang dan lentik. Laura selalu merasa jatuh cinta setiap melihat James. Kekasihnya itu sangat tampan, dari ujung kepala hingga ujung kaki James, segalanya tampak begitu sempurna.
Philip memperhatikan James dan Laura yang sedang mengerjakan naskah skripsi James. Dia terkenang saat dulu Laura membantunya mengerjakan thesis S2. Gadis itu membuat pengerjaan thesis nya begitu mudah. Sejak dulu memang Laura begitu berbakat dalam hal akademis, otaknya seolah seperti prosesor masa depan yang sangat canggih merekam data dan menganalisanya, pemikirannya sungguh luar biasa.
"Woww kita sudah menyelesaikan dua ba
*Flashback On* (Kisah cinta Philip dan Laura yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit) Philip baru saja kembali dari minimarket untuk membeli barang keperluan pribadinya. Daddy nya memanggilnya ke ruang keluarga. Dia pun meletakkan barang belanjaannya di dekat loteng dan bergegas ke ruang keluarga. "Son, ini Laura, puteri Om Nicolas Carson. Dia akan mengambil program S2 kedokteran hewan di kampus kita." ujar Daniel Landon yang duduk di sofa panjang.Laura berdiri dan menjabat tangan Philip memperkenalkan dirinya singkat. Kemudian mereka bertiga pun duduk dan berbincang bincang di ruang keluarga keluarga Landon sepanjang sore sementara hujan turun dengan deras. Sehabis makan malam bersama Philip dan Prof Daniel, Laura pun berpamitan. Namun hujan masih turun dengan deras sementara dia tidak membawa payung. Philip pun menawarkan diri untuk mengantarnya berjalan kaki karena jarak rumah mereka hanya berbeda 3 rumah. Laura dan Philip
*Flashback On* Sejak malam Philip merawat Laura yang sakit, hubungan mereka tak lagi sama. Philip merasa perlakuan Laura padanya menjadi lebih hangat dan tatapannya pun begitu aneh seolah ada kembang api yang meledak ledak di sana. Laura seperti berbinar binar saat menatapnya. Apa Laura menyukainya? Philip tidak berani berharap banyak dalam hubungannya dengan Laura. Laura sangat cantik seperti bidadari dan otaknya sangat briliant. Latar belakang keluarga Carson juga begitu membuatnya minder, keluarga kaya turun temurun dan semua anak laki laki keluarga Carson adalah pebisnis yang handal. Liburan antar semester kali ini klub pecinta alam akan mengadakan hiking ke Pigeon House Mountain, lokasinya dekat, masih di New South Wales. Philip bertanya pada Laura apa dia ingin ikut hiking bersamanya untuk mengisi waktu liburan. Ternyata Laura menerima tawarannya dengan antusias. Maka mereka pun mendaftar ke acara hiking itu berdua. Pada pukul 12.00 rombongan peserta hi
*Flashback On* Laura menjalani pacaran dengan Philip selama tiga tahun. Sebentar lagi Laura akan lulus gelar S2 sains kedokteran hewan di University of New South Wales. Hari ini adalah hari ujian thesis nya, Laura merasa sangat gugup sekalipun dia sudah hapal di luar kepala segala yang berkaitan dengan thesis nya. Philip mendampinginya duduk di ruang tunggu sidang sambil menggenggam tangannya yang berkeringat dingin. Ada beberapa mahasiswa S2 lainnya yang mengantri giliran untuk menjalani sidang thesis juga. Setelah ini adalah giliran Laura untuk masuk ke ruang sidang. "Ohh Darling, wish me luck!" ucap Laura dengan gugup menatap Philip di sebelahnya. Philip mengecup jemari Laura dan berkata. "Tenanglah, aku yakin kau pasti bisa melaluinya dengan mudah Sayangku. Tarik napas dan hembuskan perlahan bila kau merasa gugup." Laura pun masuk ke ruang sidang thesis. Dia pun mempresentasikan hasil penelitiannya dalam bentuk power point deng
Pagi itu James masih ingin memeluk Laura, alarm tubuhnya tak pernah terlambat pukul 05.00 pagi dia selalu terbangun. Kekasihnya masih terlelap di alam mimpi dalam dekapannya. James tergoda untuk mengecup bibir merah yang merekah itu. Bulu mata Laura bergetar dan mata biru itu pun membuka, menatap langsung ke mata James yang sedang menciumnya dengan begitu mesra. "Selamat pagi Cintaku." ucap James seraya tersenyum. Laura pun tersenyum dan menjawab. "Selamat pagi Baby Boy." James menindih tubuh Laura dengan tubuh kekarnya dan menciumi payudara Laura yang lembut, membuat banyak kissmark di sana. Laura tertawa geli dan memprotes. "Hentikan James, ciumanmu berbekas dan itu tahan lama kau tahu? Is this morning horny? Biasanya kau berolahraga..." James menjawab dengan malas. "Ini sesi olahraga pagiku juga dan sekaligus sarapan istimewa." James masih menciumi apapun di tubuh Laura, dia menyukai semuanya setiap inchi tubuh indah itu dan a
Sore itu pukul 15.00 Philip kembali ke Lab PA membawa berkantong kantong ikan sakit untuk dinekropsi oleh Laura. Dia merasa cukup lelah dengan pengambilan sampel hari ini. Laura yang sudah terbiasa dengan kerja lembur penelitian pun tidak keberatan membantu Philip. Dengan cekatan Laura memisah misahkan ikan yang sakit itu ke dalam bak bak dan memberinya keterangan lokasi pengambilan sampel sesuai data dari Philip. Laura mengambil sampel darah semua ikan dengan jarum suntik 3 ml dan meminta Philip memindahkannya ke tabung sampel darah satu per satu, total ada 20 ikan beraneka jenis yang harus dia matikan lalu dibedah bangkainya untuk diambil sampel organ kulit, insang, liver dan ginjalnya yang nantinya akan dibuat preparat histopat. Philip sangat terkesan dengan kinerja Laura yang sangat terorganisir dan cekatan. Pantas saja ayahnya begitu antusias mengirimnya ke Indonesia untuk melakukan kolaborasi penelitian dengan Laura. Hanya butuh waktu 2 jam bagi m
Akhirnya kuliah James di semester 6 telah selesai, minggu ini dia akan mengikuti ujian akhir semester. James sangat bersemangat karena dia terus menghitung hari menuju kelulusan S1 nya. Segalanya harus perfect tidak boleh ada kegagalan supaya rencananya menikahi Profesor Laura tidak mundur lagi. Dari hari ke hari irama percintaannya dengan Laura semakin intens. James seolah tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh tubuh Laura. James sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ujian Patologi Umum pagi ini. Dia duduk di bangku sesuai nomor absensi kemahasiswaan. Petugas pengawas ujian membagikan soal ujian ke semua mahasiswa di ruangan 101. Waktu yang tersedia 60 menit untuk mengerjakan soal ujian. Ujian Patologi Umum berlangsung dengan tenang, semua peserta ujian tampak menunduk dan dengan serius menuliskan jawaban di lembar ujian. Laura masuk ke ruangan 101 untuk mengecek jalannya ujian. Dia berdiri di depan papan tulis dan melempar senyumnya ketika
Leonard Indrajaya menghubungi James pagi itu dengan fitur video call sebelum dia berangkat ke kantor. Pasalnya, teman baiknya Enrico Tanurie memberitahunya bahwa putri tunggalnya, Brandy akan kuliah di FKH UGM tahun ini.Dia ingin menitipkan Brandy pada James yang telah berkuliah lebih dahulu di FKH UGM. Lagipula dulu mereka adalah teman main saat masih kanak kanak. Enrico sejak anak anak itu masih balita sudah membujuk Leonard untuk menjodohkan mereka. Tapi Leonard selalu menolak karena ingin memberikan kebebasan pada James untuk menemukan pasangannya sendiri ketika sudah saatnya. Dan keputusannya benar, kini James telah melabuhkan hatinya pada Laura. "Hallo James." sapa Leonard dari layar ponselnya. "Hallo Pi. Tumben pagi pagi sudah nelpon." tukas James dengan keheranan. "Memang gak boleh ya Papi nelpon pagi pagi?" goda Leonard. "Gak lah. Ada apa Pi?" tanya James tanpa basa basi. "Papi mau kasi tahu kalo Brandy, putrinya Om Ri
Acara ospek kampus berjalan dengan seru. Para mahasiswa baru menjalani tour kampus bersama kakak kakak panitia sie acara yang ramah dan asyik. Untuk sie kedisiplinan biasanya kebagian untuk memarahi adik adik mahasiswa baru dan mencari cari kesalahan sekecil apa pun dari mereka. Sebenarnya tujuannya baik yaitu menguatkan dan mempersiapkan mereka saat kuliah nanti seandainya menemui dosen yang killer karena tidak semua dosen baik dan ramah, ada pula yang sadis dan judes. "Semua MABA harap berkumpul di lobi dalam 5 menit. Kakak hitung dari sekarang!" seru Kak Johan dengan pengeras suara TOA. Di sampingnya Kak Julius memegang stop watch menghitung 5 menit tepat. (MABA: Mahasiswa Baru) Para MABA berlarian ke lobi. Tapi seorang MABA yang tampak cantik itu berjalan dengan santai ke lobi. Dia seolah acuh dengan ketergesaan teman temannya yang berlarian seperti orang gila ke lobi. "HEI KAMU YANG RAMBUT PANJANG, MAJU KE DEPAN!!!" teriak Kak Johan yang be
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka