Pagi itu James masih ingin memeluk Laura, alarm tubuhnya tak pernah terlambat pukul 05.00 pagi dia selalu terbangun. Kekasihnya masih terlelap di alam mimpi dalam dekapannya. James tergoda untuk mengecup bibir merah yang merekah itu.
Bulu mata Laura bergetar dan mata biru itu pun membuka, menatap langsung ke mata James yang sedang menciumnya dengan begitu mesra.
"Selamat pagi Cintaku." ucap James seraya tersenyum.
Laura pun tersenyum dan menjawab. "Selamat pagi Baby Boy."
James menindih tubuh Laura dengan tubuh kekarnya dan menciumi payudara Laura yang lembut, membuat banyak kissmark di sana.
Laura tertawa geli dan memprotes. "Hentikan James, ciumanmu berbekas dan itu tahan lama kau tahu? Is this morning horny? Biasanya kau berolahraga..."
James menjawab dengan malas. "Ini sesi olahraga pagiku juga dan sekaligus sarapan istimewa." James masih menciumi apapun di tubuh Laura, dia menyukai semuanya setiap inchi tubuh indah itu dan a
Sore itu pukul 15.00 Philip kembali ke Lab PA membawa berkantong kantong ikan sakit untuk dinekropsi oleh Laura. Dia merasa cukup lelah dengan pengambilan sampel hari ini. Laura yang sudah terbiasa dengan kerja lembur penelitian pun tidak keberatan membantu Philip. Dengan cekatan Laura memisah misahkan ikan yang sakit itu ke dalam bak bak dan memberinya keterangan lokasi pengambilan sampel sesuai data dari Philip. Laura mengambil sampel darah semua ikan dengan jarum suntik 3 ml dan meminta Philip memindahkannya ke tabung sampel darah satu per satu, total ada 20 ikan beraneka jenis yang harus dia matikan lalu dibedah bangkainya untuk diambil sampel organ kulit, insang, liver dan ginjalnya yang nantinya akan dibuat preparat histopat. Philip sangat terkesan dengan kinerja Laura yang sangat terorganisir dan cekatan. Pantas saja ayahnya begitu antusias mengirimnya ke Indonesia untuk melakukan kolaborasi penelitian dengan Laura. Hanya butuh waktu 2 jam bagi m
Akhirnya kuliah James di semester 6 telah selesai, minggu ini dia akan mengikuti ujian akhir semester. James sangat bersemangat karena dia terus menghitung hari menuju kelulusan S1 nya. Segalanya harus perfect tidak boleh ada kegagalan supaya rencananya menikahi Profesor Laura tidak mundur lagi. Dari hari ke hari irama percintaannya dengan Laura semakin intens. James seolah tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh tubuh Laura. James sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ujian Patologi Umum pagi ini. Dia duduk di bangku sesuai nomor absensi kemahasiswaan. Petugas pengawas ujian membagikan soal ujian ke semua mahasiswa di ruangan 101. Waktu yang tersedia 60 menit untuk mengerjakan soal ujian. Ujian Patologi Umum berlangsung dengan tenang, semua peserta ujian tampak menunduk dan dengan serius menuliskan jawaban di lembar ujian. Laura masuk ke ruangan 101 untuk mengecek jalannya ujian. Dia berdiri di depan papan tulis dan melempar senyumnya ketika
Leonard Indrajaya menghubungi James pagi itu dengan fitur video call sebelum dia berangkat ke kantor. Pasalnya, teman baiknya Enrico Tanurie memberitahunya bahwa putri tunggalnya, Brandy akan kuliah di FKH UGM tahun ini.Dia ingin menitipkan Brandy pada James yang telah berkuliah lebih dahulu di FKH UGM. Lagipula dulu mereka adalah teman main saat masih kanak kanak. Enrico sejak anak anak itu masih balita sudah membujuk Leonard untuk menjodohkan mereka. Tapi Leonard selalu menolak karena ingin memberikan kebebasan pada James untuk menemukan pasangannya sendiri ketika sudah saatnya. Dan keputusannya benar, kini James telah melabuhkan hatinya pada Laura. "Hallo James." sapa Leonard dari layar ponselnya. "Hallo Pi. Tumben pagi pagi sudah nelpon." tukas James dengan keheranan. "Memang gak boleh ya Papi nelpon pagi pagi?" goda Leonard. "Gak lah. Ada apa Pi?" tanya James tanpa basa basi. "Papi mau kasi tahu kalo Brandy, putrinya Om Ri
Acara ospek kampus berjalan dengan seru. Para mahasiswa baru menjalani tour kampus bersama kakak kakak panitia sie acara yang ramah dan asyik. Untuk sie kedisiplinan biasanya kebagian untuk memarahi adik adik mahasiswa baru dan mencari cari kesalahan sekecil apa pun dari mereka. Sebenarnya tujuannya baik yaitu menguatkan dan mempersiapkan mereka saat kuliah nanti seandainya menemui dosen yang killer karena tidak semua dosen baik dan ramah, ada pula yang sadis dan judes. "Semua MABA harap berkumpul di lobi dalam 5 menit. Kakak hitung dari sekarang!" seru Kak Johan dengan pengeras suara TOA. Di sampingnya Kak Julius memegang stop watch menghitung 5 menit tepat. (MABA: Mahasiswa Baru) Para MABA berlarian ke lobi. Tapi seorang MABA yang tampak cantik itu berjalan dengan santai ke lobi. Dia seolah acuh dengan ketergesaan teman temannya yang berlarian seperti orang gila ke lobi. "HEI KAMU YANG RAMBUT PANJANG, MAJU KE DEPAN!!!" teriak Kak Johan yang be
James terpaksa mengantar Brandy pulang ke Intercontinental Residence sesuai saran Laura. Dalam hatinya, James merasa agak kesal. Dia sebenarnya ingin menghindari kedekatan dengan Brandy supaya tidak berkesan memberi harapan lebih untuk hubungan mereka. Bagi James, Brandy hanya sekedar teman masa kecilnya. Dia harus memberitahukan hal ini pada Laura nanti. "Ehmm... Bang, Brandy mau nanya boleh?" tanya Brandy yang duduk di sebelah kursi pengemudi di mobil James. "Tanya aja Brandy. Kenapa?" sahut James masih memperhatikan jalanan sambil menyetir. "Apa boleh pinjam tool box dan alat pemeriksaan umum seperti stetoskop, termometer, pen light, sama jas lab? Butuh buat acara ospek besok pagi." ujar Brandy sambil memperhatikan James dari samping. Dia sudah menyukai James sejak kecil, sayangnya dia harus sekolah di Singapura dan berpisah dengan James bertahun tahun. Brandy selalu stalking medsos milik James yang sebenarnya jarang sekali di update. Baginya penam
Pagi hari berikutnya, Brandy bangun lebih pagi dari biasanya. Sebenarnya bukan kebiasaan Brandy untuk bangun pagi karena biasanya dia dilayani oleh banyak pelayan, jadi tidak perlu repot mengurusi dirinya sendiri. Sejak memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta dan tinggal di apartment, segalanya harus dilakukan sendiri. Semalam James mengatakan dia akan berangkat ke kampus pagi pagi sekali. Brandy ingin berangkat bersama James. Dia pun menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke kamar mandi dan mandi shower air hangat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, Brandy memakai seragam ospeknya yaitu kemeja putih lengan panjang, rok kain panjang warna hitam dan dasi hitam. Rambutnya yang panjang harus dikuncir 2 dengan pita kain warna ungu seperti warna veteriner. Brandy membedaki wajahnya yang halus itu dan memulaskan lip cream berwarna baby pink cherry. Tanpa harus berdandan berlebihan, Brandy sudah tampak cantik dan segar seperti kembang yang baru akan mekar. D
James dengan berat hati menemani Brandy makan siang di koridor depan ruang 101. Makan siang peserta dan panitia ospek sudah disediakan oleh kampus berupa nasi box. Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menyantap menu nasi box dalam diam. James tidak ingin terlalu akrab dengan Brandy. Dia sasaran empuk biang gosip di kampus. Mulut mulut usil yang lebih suka menyebarkan hoax yang kadang benar benar jauh dari kenyataan. Brandy pun mulai pembicaraan untuk mencairkan suasana. "Bang James, tadi pagi berangkat jam berapa? Aku sudah bangun pagi, tapi masih kalah pagi sama Bang James berangkat." James tersedak terbatuk batuk mendengar pertanyaan Brandy. Dia pun meminum air mineral untuk meredakan batuknya. Wajahnya pun memerah."Aku tadi ada janji dengan dosen untuk penelitian, jadi berangkat jam 06.00 pagi." Bohong! Protes Brandy dalam hatinya. Dia tadi ke basement pukul 05.30 dan mobil James sudah menghilang dari parkiran. Jadi benar James s
Laura mendapat pemberitahuan dadakan dari panitia ospek untuk mengisi sesi presentasi Young Professional. Pembicara yang seharusnya mengisi sesi itu mendadak tidak bisa hadir karena istrinya masuk rumah sakit. Pagi itu ruang kantornya yang kecil dipenuhi oleh 4 orang panitia ospek. Mereka berusaha meyakinkan Laura untuk mengisi acara ospek yang akan dimulai satu jam lagi. Laura mau tak mau menyetujui permintaan mereka supaya jadwal acara ospek tidak kacau karena ketidakhadiran pembicara utama. "Prof Laura maafkan kami yang telah merepotkan pagi pagi." ujar Kak Lani selaku ketua panitia ospek tahun ini, dia merasa bersyukur sekaligus bersalah karena harus menodong profesor cantik itu dengan setengah mendesak untuk menjadi pembicara pengganti dadakan. "Tidak perlu sungkan Dik Lani. Semoga acara hari ini dapat berjalan dengan lancar. Mungkin ada yang bawa flash disk untuk meng copy data curiculum vitae saya?"jawab Laura sambil tersenyum ramah pada adik adi
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka