Pagi hari berikutnya, Brandy bangun lebih pagi dari biasanya. Sebenarnya bukan kebiasaan Brandy untuk bangun pagi karena biasanya dia dilayani oleh banyak pelayan, jadi tidak perlu repot mengurusi dirinya sendiri. Sejak memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta dan tinggal di apartment, segalanya harus dilakukan sendiri.
Semalam James mengatakan dia akan berangkat ke kampus pagi pagi sekali. Brandy ingin berangkat bersama James. Dia pun menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke kamar mandi dan mandi shower air hangat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, Brandy memakai seragam ospeknya yaitu kemeja putih lengan panjang, rok kain panjang warna hitam dan dasi hitam. Rambutnya yang panjang harus dikuncir 2 dengan pita kain warna ungu seperti warna veteriner.
Brandy membedaki wajahnya yang halus itu dan memulaskan lip cream berwarna baby pink cherry. Tanpa harus berdandan berlebihan, Brandy sudah tampak cantik dan segar seperti kembang yang baru akan mekar. D
James dengan berat hati menemani Brandy makan siang di koridor depan ruang 101. Makan siang peserta dan panitia ospek sudah disediakan oleh kampus berupa nasi box. Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menyantap menu nasi box dalam diam. James tidak ingin terlalu akrab dengan Brandy. Dia sasaran empuk biang gosip di kampus. Mulut mulut usil yang lebih suka menyebarkan hoax yang kadang benar benar jauh dari kenyataan. Brandy pun mulai pembicaraan untuk mencairkan suasana. "Bang James, tadi pagi berangkat jam berapa? Aku sudah bangun pagi, tapi masih kalah pagi sama Bang James berangkat." James tersedak terbatuk batuk mendengar pertanyaan Brandy. Dia pun meminum air mineral untuk meredakan batuknya. Wajahnya pun memerah."Aku tadi ada janji dengan dosen untuk penelitian, jadi berangkat jam 06.00 pagi." Bohong! Protes Brandy dalam hatinya. Dia tadi ke basement pukul 05.30 dan mobil James sudah menghilang dari parkiran. Jadi benar James s
Laura mendapat pemberitahuan dadakan dari panitia ospek untuk mengisi sesi presentasi Young Professional. Pembicara yang seharusnya mengisi sesi itu mendadak tidak bisa hadir karena istrinya masuk rumah sakit. Pagi itu ruang kantornya yang kecil dipenuhi oleh 4 orang panitia ospek. Mereka berusaha meyakinkan Laura untuk mengisi acara ospek yang akan dimulai satu jam lagi. Laura mau tak mau menyetujui permintaan mereka supaya jadwal acara ospek tidak kacau karena ketidakhadiran pembicara utama. "Prof Laura maafkan kami yang telah merepotkan pagi pagi." ujar Kak Lani selaku ketua panitia ospek tahun ini, dia merasa bersyukur sekaligus bersalah karena harus menodong profesor cantik itu dengan setengah mendesak untuk menjadi pembicara pengganti dadakan. "Tidak perlu sungkan Dik Lani. Semoga acara hari ini dapat berjalan dengan lancar. Mungkin ada yang bawa flash disk untuk meng copy data curiculum vitae saya?"jawab Laura sambil tersenyum ramah pada adik adi
James memeluk pinggang Laura yang bersandar di dadanya. Mereka sedang berdiri di depan kaca apartment James memandangi pemandangan malam kota Yogyakarta dari lantai 12 Intercontinental Residence setelah makan malam. Laura menyukai aroma tubuh James yang segar seperti perpaduan hutan pinus dan musk. Pelukan James yang kokoh selalu menimbulkan rasa aman dan nyaman yang begitu alami bagi Laura. "Sayangku, apa kamu capek hari ini? Tadi pagi aku agak kaget saat melihatmu di ruang 101. Ternyata jadi tamu dadakan acara ospek." ujar James seraya terkekeh. Laura pun menjawab sambil membelai lengan James yang melingkari pinggangnya. "Iya. Pagi pagi ruang kantorku diserbu sama panitia ospek, kayak serangan fajar aja. Hehehe... Kasihan sih kalo sampai acara ospeknya berantakan karena nara sumbernya berhalangan hadir." "Ahh memang kekasihku ini punya hati yang mulia." puji James dengan tulus. "I love you, Honey ku." ucapnya lagi seraya mencium puncak kepala
James membiarkan shower air dingin mengguyur tubuhnya begitu lama, membasuh bekas pelukan Brandy di tubuhnya. James ingin menghilangkan rasa jijiknya atas pelukan Brandy di tubuhnya tadi. Beraninya gadis itu memeluknya dengan kondisi kotor. Padahal dalam kondisi bersih pun, James tidak ingin menyentuhnya. Dia memiliki mysophobia yang tidak banyak orang tahu. Dia bekerja di Lab Mikrobiologi yang jelas berhubungan dengan banyak mikrobia dan sejenisnya. Tapi dia selalu mengerjakan setiap prosedur lab dengan super steril, bersih dan rapi tanpa cela. Itu alasan Prof Widya sangat menyukai pekerjaannya yang perfeksionis. James merasa bimbang apakah malam ini dia akan ke apartment Laura atau tidak. Hampir setiap malam dia tidur sambil memeluk Laura. Beberapa waktu yang lalu, James pernah menemui ahli kejiwaan untuk mengetahui apakah dirinya waras atau mengalami gangguan psikologis karena dia mengalami insomnia setiap kali tidur sendiri tanpa Laura. Ahli kejiwaan
Leonard Indrajaya merasa gelisah malam ini memikirkan masalah yang dibuat oleh pangeran kecilnya. Selepas dia menutup panggilan telepon dari James, dia berjalan jalan di sekitar kolam renang pribadi di rumahnya yang bak istana. Langit malam ini sungguh cerah, dia bisa melihat dengan jelas bulan dan bintang yang menggantung di langit yang hitam pekat. Suara binatang malam bersahut sahutan memecah kesunyian malam, menemaninya dalam kesendirian. Dia butuh menyusun rencana untuk menghadapi Tuan Nicolas Carson, calon besannya. Pasalnya, fakta yang tadi dia ketahui dari putera kesayangannya sudah pasti akan membuat Tuan Nicolas Carson marah besar. Leonard masih belum menemukan bagaimana cara yang tepat dan aman untuk menyampaikan fakta bahwa kedua anak muda yang dimabuk asmara itu telah tinggal bersama dan 'tidur bersama' selama ini. Masih untung, si gadis tidak kehilangan kehormatannya dan juga tidak hamil. Leonard mendesah dalam dan menganalisa
James mengajak Bang Mike menemaninya berbelanja bersama Laura di Mall H. Mereka akan berbelanja kebutuhan dapur. James sangat senang setiap kali Laura bereksperimen di dapur membuatkannya makanan atau desert yang lezat. Gadisnya itu memiliki terlalu banyak bakat. Dia sangat beruntung mendapatkannya. Terkadang Laura menyanyi refleks saat sedang memasak atau mandi, James sangat suka mendengar suaranya yang merdu.James mendorong troli belanja yang masih kosong mengikuti Laura yang sibuk memilih berbagai macam bahan makanan."Mau masak apa Say?" tanya James pada Laura yang sedang memilih heavy cream dan whip cream."Ehmmm pengin coba bikin Dalgona Strawberry." jawab Laura singkat."Ohh desert ya?" sahut James seraya mendorong troli mengikuti Laura yang berjalan ke rak pendingin buah buahan dan sayuran.Bang Michael membawa bungkusan handuk baru dan alat cukur pria lalu memasukkannya ke troli yang dipegang James. Dia melihat bahan bahan mas
James dan Laura kembali ke apartemen James berdua saja, meninggalkan Bang Mike bersama Brandy. Setelah menaruh barang belanjaan mereka di dapur. Mereka berganti pakaian rumah yang lebih santai dan membasuh kaki tangan mereka di kamar mandi. James memeluk Laura dari belakang lalu mengangkatnya seraya berlari ke tempat tidurnya. Dia membanting tubuhnya bersama Laura di atas spring bed. Laura menjerit jerit geli dengan tingkah kekanak kanakan James. Dia menciumi ceruk leher Laura dan menggigiti daun telinganya. "James hentikan, kau membuatku geli." protes Laura terkikik seraya mencoba kabur dari dekapan James yang begitu kuat. "Oohhh jadi mau yang gak geli, Say?" goda James lagi kemudian melumat bibir Laura. James menindih tubuh Laura, memaksanya membuka mulut dan memasukkan lidahnya ke mulut Laura lalu membelit lidah Laura hingga keduanya merasakan sensasi meledak ledak dalam otak mereka. Suara ciuman mereka terdengar begitu jelas di d
James masih terjaga dan sulit untuk memejamkan matanya. Dia memutuskan untuk membaca jurnal veterinary science sambil bersandar di tempat tidurnya di kamarnya. Jam tangannya menunjukkan pukul 23.45. Dia pun meraih ponselnya dan memilih nomor Laura dengan opsi video call. Panggilannya diangkat pada deringan ketiga. Laura : "Hallo, Baby Boy." James : "Hallo, Sayangku. Belum tidur?" Laura : "Belum. Sebentar lagi sepertinya aku akan tertidur, mataku sudah terasa berat. Kamu jangan begadang, Beb." James : "Baiklah. Selamat beristirahat, Cintaku. Love you so much." Laura : "Tidurlah, James. Love you too." James pun menutup panggilan video call nya. Dia menaruh jurnal veterinary science di nakas. Kemudian berbaring di spring bed nya menutup matanya dan mencoba untuk tidur. Tapi pikirannya hanya terisi oleh bayangan Laura, dia pun menjadi gelisah lalu berpindah pindah posisi tidur. Kepalanya pun menjadi pusing. Dia pun akhirnya kel
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de
"James, apa sebaiknya kita berpamitan sambil makan malam sama Rey nanti?" tanya Laura yang baru saja selesai menutup kopernya. Dia pun bangkit berdiri dari posisi jongkoknya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk menatap layar ponselnya dengan serius di kepala ranjang. James pun segera menaruh ponselnya ke nakas. Tangannya meraih pinggang istrinya hingga Laura hilang keseimbangan. "Aarrhh! James kaget aku," ucap Laura bernada protes menepuki dada bidang suaminya yang tertimpa olehnya. Namun, pria muda itu hanya tertawa renyah lalu menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan.Tubuh Laura pun dibanting ke bawahnya dan dengan segera James melucuti kancing kemeja lomggar yang dikenakan wanita kesayangannya. "Aku lebih tertarik memikirkanmu dan gaya apa yang asik untuk kita. Doggy style mungkin?" godanya mengerling kepada Laura."Tapi ini masih siang—" James memotong kata-kata Laura, "Dan kita hanya berdua. Daddy dan Mommy libur, Keira bersama Mikha di ruang TV. Perfect bukan?"Maka