James mengajak Bang Mike menemaninya berbelanja bersama Laura di Mall H. Mereka akan berbelanja kebutuhan dapur. James sangat senang setiap kali Laura bereksperimen di dapur membuatkannya makanan atau desert yang lezat. Gadisnya itu memiliki terlalu banyak bakat. Dia sangat beruntung mendapatkannya. Terkadang Laura menyanyi refleks saat sedang memasak atau mandi, James sangat suka mendengar suaranya yang merdu.
James mendorong troli belanja yang masih kosong mengikuti Laura yang sibuk memilih berbagai macam bahan makanan.
"Mau masak apa Say?" tanya James pada Laura yang sedang memilih heavy cream dan whip cream.
"Ehmmm pengin coba bikin Dalgona Strawberry." jawab Laura singkat.
"Ohh desert ya?" sahut James seraya mendorong troli mengikuti Laura yang berjalan ke rak pendingin buah buahan dan sayuran.
Bang Michael membawa bungkusan handuk baru dan alat cukur pria lalu memasukkannya ke troli yang dipegang James. Dia melihat bahan bahan mas
James dan Laura kembali ke apartemen James berdua saja, meninggalkan Bang Mike bersama Brandy. Setelah menaruh barang belanjaan mereka di dapur. Mereka berganti pakaian rumah yang lebih santai dan membasuh kaki tangan mereka di kamar mandi. James memeluk Laura dari belakang lalu mengangkatnya seraya berlari ke tempat tidurnya. Dia membanting tubuhnya bersama Laura di atas spring bed. Laura menjerit jerit geli dengan tingkah kekanak kanakan James. Dia menciumi ceruk leher Laura dan menggigiti daun telinganya. "James hentikan, kau membuatku geli." protes Laura terkikik seraya mencoba kabur dari dekapan James yang begitu kuat. "Oohhh jadi mau yang gak geli, Say?" goda James lagi kemudian melumat bibir Laura. James menindih tubuh Laura, memaksanya membuka mulut dan memasukkan lidahnya ke mulut Laura lalu membelit lidah Laura hingga keduanya merasakan sensasi meledak ledak dalam otak mereka. Suara ciuman mereka terdengar begitu jelas di d
James masih terjaga dan sulit untuk memejamkan matanya. Dia memutuskan untuk membaca jurnal veterinary science sambil bersandar di tempat tidurnya di kamarnya. Jam tangannya menunjukkan pukul 23.45. Dia pun meraih ponselnya dan memilih nomor Laura dengan opsi video call. Panggilannya diangkat pada deringan ketiga. Laura : "Hallo, Baby Boy." James : "Hallo, Sayangku. Belum tidur?" Laura : "Belum. Sebentar lagi sepertinya aku akan tertidur, mataku sudah terasa berat. Kamu jangan begadang, Beb." James : "Baiklah. Selamat beristirahat, Cintaku. Love you so much." Laura : "Tidurlah, James. Love you too." James pun menutup panggilan video call nya. Dia menaruh jurnal veterinary science di nakas. Kemudian berbaring di spring bed nya menutup matanya dan mencoba untuk tidur. Tapi pikirannya hanya terisi oleh bayangan Laura, dia pun menjadi gelisah lalu berpindah pindah posisi tidur. Kepalanya pun menjadi pusing. Dia pun akhirnya kel
Laura membereskan barang barangnya di ruang kantornya sebelum mematikan lampu dan mengunci pintu. Dia menenteng tas kerjanya seraya berjalan menuju ke arah parkiran mobilnya.Laura menjerit terkejut ketika sebuah lengan yang kuat menarik pinggangnya saat melalui pintu lobi Lab. PA. Namun, mulutnya buru buru dibekap dengan telapak tangan sebelum jeritannya meluncur dari bibirnya. Dia mendadak merasa panik, tapi ketika menghirup aroma hutan pinus dan musk itu dia menjadi tenang. Laura menoleh dan mendapati wajah rupawan itu sedang menatapnya dengan emosi yang bercampur aduk, yang sulit untuk Laura tebak. Marahkah dia? Atau rindu? "Sayang, ada apa? Kau membuatku terkejut setengah mati." ucap Laura dengan bingung seraya menatap kekasihnya itu. James tersenyum, masih melingkarkan lengannya di pinggang Laura. "Aku rindu sekali padamu, Honey ku." James menundukkan kepalanya ke wajah Laura lalu melumat bibir Laura yang terasa kenyal dan manis yang me
Michael membuat reservasi di restorant fine dining di kota. Dia berencana untuk mengajak Brandy first date untuk meresmikan hubungan mereka. Michael berdandan rapi seperti yang disukai Brandy, dia juga mencukur wajahnya hingga licin seperti James. Michael tertawa tergelak ketika melihat wajahnya yang sangat mulus tanpa bulu, dia tampak begitu imut. Mobil AUDI abu abu milik Michael sudah dikirim sampai ke Yogyakarta siang tadi oleh karyawannya. Malam ini, dia akan menyetir mobilnya sendiri untuk kencan bersama Brandy. Michael merapikan dasi dan jasnya seraya bercermin kemudian dia keluar dari unit apartment James. Michael membunyikan bel unit apartment Brandy dan menunggu. Tak lama kemudian Brandy membukakan pintu untuknya. "Hallo, Manisku. Apa sudah siap berkencan denganku?" sapa Michael sambil menyunggingkan senyumnya. Brandy masih belum berganti baju sekalipun dia sudah berdandan. Dia memberi Michael jalan untuk masuk ke dalam unit apartmentny
Hari yang dinantikan oleh Leonard pun tiba. Leeray telah membantunya menyiapkan setiap detail transaksi jual beli lahan yang terletak di jalan utama Jakarta Pusat. Dia juga menyiapkan akte notaris untuk pemindahan hak kepemilikan. Ini adalah mahar pernikahan yang sangat mahal menurutnya. Leonard telah membayar 26 Milyar lebih untuk membeli lahan itu. Dia penasaran seperti apa reaksi Tuan Nicolas Carson saat dia menyodorkan sertifikat tanah tersebut. Leonard duduk di kursi kantornya di gedung utama di tengah kota Jakarta Pusat. Dia melirik jam tangan mewahnya yang bertatah berlian itu, saat ini pukul 10.00. Tidak terlalu pagi untuk mengundang Tuan Nicolas Carson untuk berkunjung ke kantornya. Leonard sudah memesan helikopter untuk menjemput Tuan Nicolas Carson dan istrinya di kediaman mereka di Yogyakarta. Pilot helikopter sudah melapor pada Brian, kepala keamanan Leonard, bahwa dia siap mendarat kapan saja. Helikopternya sudah mengudara di dekat langit kota Yog
James berangkat ke kampus sendiri dari apartment nya selama beberapa hari. Dia masih agak sulit tidur di malam hari karena tidur sendiri tanpa memeluk Laura. Dia hanya berharap papinya berhasil membujuk papanya Laura untuk mempercepat tanggal pernikahan mereka. Bang Michael benar benar keras kepala menjaganya setiap malam untuk tetap berada di apartmentnya. Laura pun tampaknya biasa saja, tidak mengeluh dengan pengaturan seperti itu. James saja yang terus merasa ada yang hilang dari dirinya. Pasalnya, di kampus mereka harus menjaga jarak dan berbicara dengan cara yang resmi seperti dosen dan mahasiswanya. Laura masih disibukkan dengan penelitian Aeromonas bersama Philip di sore hari. Jadi waktu bersama yang bisa mereka miliki berdua hanya saat makan malam hingga pukul 23.00 sebelum Bang Michael menyeretnya pulang. Padahal Laura sudah capek seharian bekerja nonstop di kampus, James tidak tega kalau harus meminta Laura melayani ini itu. James ada kelas kuliah Hyg
Michael melakukan kunjungan resmi ke cabang hotel milik perusahaan keluarganya, klan Indrajaya. Ada 3 hotel di Yogyakarta yang semuanya bintang 4 statusnya. Papinya memang tidak ingin menaikkan hotel hotel itu ke status hotel bintang 5 karena pajaknya berbeda dan harus melengkapi fasilitas lainnya untuk upgrade. Pagi itu dia berkeliling ke salah satu hotel yang bernama Starlet Sky. Dia melihat hotel ini memiliki prospek yang dapat dikembangkan karena lokasinya di jantung kota Yogyakarta. Alangkah baiknya bila hotel ini menambah kelab malam untuk tempat hiburan. Nanti dia akan berdiskusi dengan Papinya mengenai hal ini. Dari segi kebersihan dan pelayanan, hotel ini sudah bagus. Pengunjungnya pun lumayan banyak. Michael pun mengendarai mobil AUDI S8 plus grey nya menuju ke hotel kedua yang letaknya di dekat Bandara YIA, jaraknya agak jauh dari pusat kota karena masuk daerah Kulon Progo. Michael berpikir bahwa daerah itu masih sepi. Setelah berkendara hampir
Seperti beberapa hari terakhir, James mampir ke apartment Laura sebelum pulang ke apartment nya sendiri. Dia memiliki beberapa jam waktu berharganya bersama Laura sebelum harus pulang ke apartmentnya karena Bang Mike tidak mengizinkannya menginap di tempat Laura setidaknya sampai mereka menikah. Alangkah bahagianya James hari ini, dalam hitungan hari saja dia akan menyandang status resmi sebagai suami Laura. Papinya sungguh luar biasa, James berutang budi seumur hidup untuk campur tangannya dalam hubungannya dengan Laura. Papanya Laura sudah pasti akan menolak permohonannya untuk mempercepat tanggal pernikahan, bila James sendiri yang memintanya. Namun, entah jebakan atau apa yang membuat papinya berhasil mendesak papanya Laura untuk menyetujui hal ini. Itu tidaklah penting sekarang, James sangat senang menyambut hari hari menjelang tanggal pernikahannya dengan Laura. Tadi James dan Laura sudah makan malam bersama Philip untuk merayakan rencana pernikahan mereka. Jam
"Jake, Josh, Keira!" seru Midori yang baru saja selesai bersiap-siap di kamar tidurnya sebelum berangkat ke sekolah. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu berkepang dua dan memanggul sebuah ransel bergambar Little Ponny warna biru muda.Poseidon, saudara kembarnya sudah terlebih dahulu selesai mandi tadi dan bercengkerama dengan sepupu-sepupu mereka. Ada Leon juga yang terlihat necis dalam seragam sekolah berdasi sama seperti Midori dan Poseidon."Anak-anak, temu kangennya ditunda nanti sepulang sekolah ya? Kalian sarapan dulu bersama-sama di meja makan!" ujar Deasy mengatur kerumunan kumpul bocah keturunan klan Indrajaya tersebut."Yaah ... Mommy, apa kami tidak boleh membolos sehari saja?" protes Midori karena terlalu bersemangat bertemu kembali dengan para sepupunya yang jarang dia temui sehari-hari.Deasy tersenyum seraya berkata, "Tidak. Nanti sepulang sekolah, Jacob, Joshua, dan Keira masih akan ada di rumah kita. Bahkan, mereka akan bersekolah di sekolah yang sama dengan kalia
"Lee, aku ikut menemanimu menunggu di helipad!" ucap Deasy ketika melihat suaminya mengenakan jaket di luar piyama.Leeray tersenyum tipis lalu menjawab, "Oke, pakai baju yang agak tebal. Di luar berangin, Baby Girl!" Tanpa membantah, Deasy melangkah ke walk in closet dan mengambil mantel Burberry tebal miliknya di luar piyama yang senada dengan milik suaminya. Mereka berdua hanya keluar rumah berdua ke sisi barat rumah induk. Leeray memang membeli lahan luas yang kosong itu untuk lapangan berkuda, istal, dan membangun helipad. Ada lapangan basket mini juga yang biasa dipakai ketika saudara-saudaranya berkunjung bersama anak-anak mereka.Adik-adik Leeray semua sudah berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Michael menikahi Brandy Tanurie yang awalnya mengejar-ngejar James. Gadis mungil pewaris tunggal legacy klan Tanurie itu menjatuhkan hatinya ke kakak gebetan, cinta masa kecilnya. Mereka memiliki sepasang anak perempuan dan laki-laki. Si sulung Alice dan adiknya bernama Rayden.Seda
"James, apa kau sudah menyampaikan kepergian kita ke Perth kepada dekan kampus?" tanya Laura di dalam kamar mandi hotel setelah ketiga anak mereka terlelap. Jacob, Joshua, dan Keira telah menjalani hari yang melelahkan. Pria yang baru saja selesai mandi dan berlilitkan handuk itu menghampiri Laura. Dia memeluk istrinya seraya menjawab, "Aku akan kirim email resmi ke bagian akademik untuk permohonan cuti. Pak Dekan memberi instruksi demikian setelah kukirimkan pesan singkat tadi. Berita dan rumor paparazi telah menyebar dengan cepat di kota ini karena Jeremy Thompson bukan orang biasa, dia atlet terkenal!" "James, kurasa demi ketenangan keluarga kita, ada baiknya kita menetap saja di Perth bersama keluarga Bang Leeray dan Deasy. Setidaknya anak-anak bisa bersekolah bersama Midori, Poseidon, dan Leon. Kita pelan-pelan cari kampus yang membutuhkan dosen juga sesuai ilmu yang kita miliki!" saran Laura. Dia lebih memikirkan kesehatan mental anak-anaknya yang masih kecil.Pasangan suami i
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka