Laura membereskan barang barangnya di ruang kantornya sebelum mematikan lampu dan mengunci pintu. Dia menenteng tas kerjanya seraya berjalan menuju ke arah parkiran mobilnya.
Laura menjerit terkejut ketika sebuah lengan yang kuat menarik pinggangnya saat melalui pintu lobi Lab. PA. Namun, mulutnya buru buru dibekap dengan telapak tangan sebelum jeritannya meluncur dari bibirnya. Dia mendadak merasa panik, tapi ketika menghirup aroma hutan pinus dan musk itu dia menjadi tenang. Laura menoleh dan mendapati wajah rupawan itu sedang menatapnya dengan emosi yang bercampur aduk, yang sulit untuk Laura tebak. Marahkah dia? Atau rindu?"Sayang, ada apa? Kau membuatku terkejut setengah mati." ucap Laura dengan bingung seraya menatap kekasihnya itu.
James tersenyum, masih melingkarkan lengannya di pinggang Laura. "Aku rindu sekali padamu, Honey ku." James menundukkan kepalanya ke wajah Laura lalu melumat bibir Laura yang terasa kenyal dan manis yang me
Michael membuat reservasi di restorant fine dining di kota. Dia berencana untuk mengajak Brandy first date untuk meresmikan hubungan mereka. Michael berdandan rapi seperti yang disukai Brandy, dia juga mencukur wajahnya hingga licin seperti James. Michael tertawa tergelak ketika melihat wajahnya yang sangat mulus tanpa bulu, dia tampak begitu imut. Mobil AUDI abu abu milik Michael sudah dikirim sampai ke Yogyakarta siang tadi oleh karyawannya. Malam ini, dia akan menyetir mobilnya sendiri untuk kencan bersama Brandy. Michael merapikan dasi dan jasnya seraya bercermin kemudian dia keluar dari unit apartment James. Michael membunyikan bel unit apartment Brandy dan menunggu. Tak lama kemudian Brandy membukakan pintu untuknya. "Hallo, Manisku. Apa sudah siap berkencan denganku?" sapa Michael sambil menyunggingkan senyumnya. Brandy masih belum berganti baju sekalipun dia sudah berdandan. Dia memberi Michael jalan untuk masuk ke dalam unit apartmentny
Hari yang dinantikan oleh Leonard pun tiba. Leeray telah membantunya menyiapkan setiap detail transaksi jual beli lahan yang terletak di jalan utama Jakarta Pusat. Dia juga menyiapkan akte notaris untuk pemindahan hak kepemilikan. Ini adalah mahar pernikahan yang sangat mahal menurutnya. Leonard telah membayar 26 Milyar lebih untuk membeli lahan itu. Dia penasaran seperti apa reaksi Tuan Nicolas Carson saat dia menyodorkan sertifikat tanah tersebut. Leonard duduk di kursi kantornya di gedung utama di tengah kota Jakarta Pusat. Dia melirik jam tangan mewahnya yang bertatah berlian itu, saat ini pukul 10.00. Tidak terlalu pagi untuk mengundang Tuan Nicolas Carson untuk berkunjung ke kantornya. Leonard sudah memesan helikopter untuk menjemput Tuan Nicolas Carson dan istrinya di kediaman mereka di Yogyakarta. Pilot helikopter sudah melapor pada Brian, kepala keamanan Leonard, bahwa dia siap mendarat kapan saja. Helikopternya sudah mengudara di dekat langit kota Yog
James berangkat ke kampus sendiri dari apartment nya selama beberapa hari. Dia masih agak sulit tidur di malam hari karena tidur sendiri tanpa memeluk Laura. Dia hanya berharap papinya berhasil membujuk papanya Laura untuk mempercepat tanggal pernikahan mereka. Bang Michael benar benar keras kepala menjaganya setiap malam untuk tetap berada di apartmentnya. Laura pun tampaknya biasa saja, tidak mengeluh dengan pengaturan seperti itu. James saja yang terus merasa ada yang hilang dari dirinya. Pasalnya, di kampus mereka harus menjaga jarak dan berbicara dengan cara yang resmi seperti dosen dan mahasiswanya. Laura masih disibukkan dengan penelitian Aeromonas bersama Philip di sore hari. Jadi waktu bersama yang bisa mereka miliki berdua hanya saat makan malam hingga pukul 23.00 sebelum Bang Michael menyeretnya pulang. Padahal Laura sudah capek seharian bekerja nonstop di kampus, James tidak tega kalau harus meminta Laura melayani ini itu. James ada kelas kuliah Hyg
Michael melakukan kunjungan resmi ke cabang hotel milik perusahaan keluarganya, klan Indrajaya. Ada 3 hotel di Yogyakarta yang semuanya bintang 4 statusnya. Papinya memang tidak ingin menaikkan hotel hotel itu ke status hotel bintang 5 karena pajaknya berbeda dan harus melengkapi fasilitas lainnya untuk upgrade. Pagi itu dia berkeliling ke salah satu hotel yang bernama Starlet Sky. Dia melihat hotel ini memiliki prospek yang dapat dikembangkan karena lokasinya di jantung kota Yogyakarta. Alangkah baiknya bila hotel ini menambah kelab malam untuk tempat hiburan. Nanti dia akan berdiskusi dengan Papinya mengenai hal ini. Dari segi kebersihan dan pelayanan, hotel ini sudah bagus. Pengunjungnya pun lumayan banyak. Michael pun mengendarai mobil AUDI S8 plus grey nya menuju ke hotel kedua yang letaknya di dekat Bandara YIA, jaraknya agak jauh dari pusat kota karena masuk daerah Kulon Progo. Michael berpikir bahwa daerah itu masih sepi. Setelah berkendara hampir
Seperti beberapa hari terakhir, James mampir ke apartment Laura sebelum pulang ke apartment nya sendiri. Dia memiliki beberapa jam waktu berharganya bersama Laura sebelum harus pulang ke apartmentnya karena Bang Mike tidak mengizinkannya menginap di tempat Laura setidaknya sampai mereka menikah. Alangkah bahagianya James hari ini, dalam hitungan hari saja dia akan menyandang status resmi sebagai suami Laura. Papinya sungguh luar biasa, James berutang budi seumur hidup untuk campur tangannya dalam hubungannya dengan Laura. Papanya Laura sudah pasti akan menolak permohonannya untuk mempercepat tanggal pernikahan, bila James sendiri yang memintanya. Namun, entah jebakan atau apa yang membuat papinya berhasil mendesak papanya Laura untuk menyetujui hal ini. Itu tidaklah penting sekarang, James sangat senang menyambut hari hari menjelang tanggal pernikahannya dengan Laura. Tadi James dan Laura sudah makan malam bersama Philip untuk merayakan rencana pernikahan mereka. Jam
Siang itu Laura sedang membaca naskah skripsi mahasiswa bimbingannya di ruang kantor. Dia tidak menyadari ada sosok yang sedang memperhatikannya di ambang pintu kantornya sedari tadi. Laura masih asyik membolak balik lembar demi lembar naskah skripsi di mejanya karena dia sedang sampai pada halaman pembahasan isi utama dari penelitian itu, jadi dia harus berkonsentrasi penuh. Bibirnya bergerak gerak perlahan membaca dengan fokus penuh. Reynold sangat bergairah setiap kali melihat bibir Laura yang merah muda merekah seperti bunga itu bergerak gerak perlahan seperti saat ini. Ingin dia melumat bibir itu dan mencecap rasanya. Dia melupakan tujuan awalnya ke tempat Laura. Laura memijat pelipisnya yang terasa pening kemudian tak sengaja melihat ke arah pintu di hadapan meja kerjanya. Dia terkejut melihat Reynold di sana dan terkesiap. Namun, dia segera menenangkan dirinya. "Ya, Rey. Ada keperluan apa?" tanya Laura dengan nada ramah menatap Reynold. Reynold
Sore yang cerah itu, James mengantar Laura ke dokter spesialis obsgyn untuk berkonsultasi tentang jenis kontrasepsi yang aman dipakai sampai mereka yakin untuk memiliki keturunan. Beberapa pengunjung praktek dokter obsgyn itu menanyakan apakah James adik sepupu Laura, karena wajah mereka berdua berbeda bagai langit dan bumi. Yang satu oriental dan satunya lagi kaukasian. Banyak yang mengagumi ketampanan James dan ingin berkenalan dengannya. James hanya menanggapi mereka sebatas kesopanan saja. Padahal dia kesal karena mereka tidak menghargai Laura sebagai calon istrinya. Beruntung, Laura tidak mengatakan dengan jujur bahwa dia adalah calon istri James karena James kuatir mereka akan membully Laura. Akhirnya setelah setengah jam menunggu, nama Laura pun dipanggil masuk ke ruang praktek dokter obsgyn tersebut. James menggandeng Laura di lengannya untuk masuk ke sana. "Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" sapa Dokter Obsgyn itu dengan ramah. La
Laura mengajukan cuti 2 hari yaitu Kamis dan Jumat karena Sabtu dan Minggu kampus libur. Dia ingin memberi kesempatan untuk James menikmati hari hari awal pernikahan mereka dengan tenang tanpa diburu buru pekerjaannya di kampus. Sebetulnya jadwal Laura di kampus sangat padat karena mendekati pertengahan semester ganjil, dia harus menyiapkan modul kuliah dan juga soal soal ujian tengah semester. Masih ditambah review naskah skripsi yang seolah tak ada habisnya sepanjang semester baik ganjil maupun genap. Selain itu banyak pihak yang mengontaknya untuk mengadakan proyek penelitian patologi. Padahal penelitiannya dengan Philip masih belum selesai. Hari ini adalah hari pernikahannya. Deasy mengantarnya ke Arimbi Bridal and Salon karena mereka berangkat dari rumah keluarga mereka di Godean. Sudah seminggu terakhir ini, Laura tidak tinggal bersama James karena permintaan Mamanya, Louisa Carson. Beliau meminta Laura menghabiskan waktu bersama keluarganya sebelum
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de