Sore itu pukul 15.00 Philip kembali ke Lab PA membawa berkantong kantong ikan sakit untuk dinekropsi oleh Laura. Dia merasa cukup lelah dengan pengambilan sampel hari ini.
Laura yang sudah terbiasa dengan kerja lembur penelitian pun tidak keberatan membantu Philip. Dengan cekatan Laura memisah misahkan ikan yang sakit itu ke dalam bak bak dan memberinya keterangan lokasi pengambilan sampel sesuai data dari Philip. Laura mengambil sampel darah semua ikan dengan jarum suntik 3 ml dan meminta Philip memindahkannya ke tabung sampel darah satu per satu, total ada 20 ikan beraneka jenis yang harus dia matikan lalu dibedah bangkainya untuk diambil sampel organ kulit, insang, liver dan ginjalnya yang nantinya akan dibuat preparat histopat.
Philip sangat terkesan dengan kinerja Laura yang sangat terorganisir dan cekatan. Pantas saja ayahnya begitu antusias mengirimnya ke Indonesia untuk melakukan kolaborasi penelitian dengan Laura.
Hanya butuh waktu 2 jam bagi m
Akhirnya kuliah James di semester 6 telah selesai, minggu ini dia akan mengikuti ujian akhir semester. James sangat bersemangat karena dia terus menghitung hari menuju kelulusan S1 nya. Segalanya harus perfect tidak boleh ada kegagalan supaya rencananya menikahi Profesor Laura tidak mundur lagi. Dari hari ke hari irama percintaannya dengan Laura semakin intens. James seolah tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh tubuh Laura. James sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ujian Patologi Umum pagi ini. Dia duduk di bangku sesuai nomor absensi kemahasiswaan. Petugas pengawas ujian membagikan soal ujian ke semua mahasiswa di ruangan 101. Waktu yang tersedia 60 menit untuk mengerjakan soal ujian. Ujian Patologi Umum berlangsung dengan tenang, semua peserta ujian tampak menunduk dan dengan serius menuliskan jawaban di lembar ujian. Laura masuk ke ruangan 101 untuk mengecek jalannya ujian. Dia berdiri di depan papan tulis dan melempar senyumnya ketika
Leonard Indrajaya menghubungi James pagi itu dengan fitur video call sebelum dia berangkat ke kantor. Pasalnya, teman baiknya Enrico Tanurie memberitahunya bahwa putri tunggalnya, Brandy akan kuliah di FKH UGM tahun ini.Dia ingin menitipkan Brandy pada James yang telah berkuliah lebih dahulu di FKH UGM. Lagipula dulu mereka adalah teman main saat masih kanak kanak. Enrico sejak anak anak itu masih balita sudah membujuk Leonard untuk menjodohkan mereka. Tapi Leonard selalu menolak karena ingin memberikan kebebasan pada James untuk menemukan pasangannya sendiri ketika sudah saatnya. Dan keputusannya benar, kini James telah melabuhkan hatinya pada Laura. "Hallo James." sapa Leonard dari layar ponselnya. "Hallo Pi. Tumben pagi pagi sudah nelpon." tukas James dengan keheranan. "Memang gak boleh ya Papi nelpon pagi pagi?" goda Leonard. "Gak lah. Ada apa Pi?" tanya James tanpa basa basi. "Papi mau kasi tahu kalo Brandy, putrinya Om Ri
Acara ospek kampus berjalan dengan seru. Para mahasiswa baru menjalani tour kampus bersama kakak kakak panitia sie acara yang ramah dan asyik. Untuk sie kedisiplinan biasanya kebagian untuk memarahi adik adik mahasiswa baru dan mencari cari kesalahan sekecil apa pun dari mereka. Sebenarnya tujuannya baik yaitu menguatkan dan mempersiapkan mereka saat kuliah nanti seandainya menemui dosen yang killer karena tidak semua dosen baik dan ramah, ada pula yang sadis dan judes. "Semua MABA harap berkumpul di lobi dalam 5 menit. Kakak hitung dari sekarang!" seru Kak Johan dengan pengeras suara TOA. Di sampingnya Kak Julius memegang stop watch menghitung 5 menit tepat. (MABA: Mahasiswa Baru) Para MABA berlarian ke lobi. Tapi seorang MABA yang tampak cantik itu berjalan dengan santai ke lobi. Dia seolah acuh dengan ketergesaan teman temannya yang berlarian seperti orang gila ke lobi. "HEI KAMU YANG RAMBUT PANJANG, MAJU KE DEPAN!!!" teriak Kak Johan yang be
James terpaksa mengantar Brandy pulang ke Intercontinental Residence sesuai saran Laura. Dalam hatinya, James merasa agak kesal. Dia sebenarnya ingin menghindari kedekatan dengan Brandy supaya tidak berkesan memberi harapan lebih untuk hubungan mereka. Bagi James, Brandy hanya sekedar teman masa kecilnya. Dia harus memberitahukan hal ini pada Laura nanti. "Ehmm... Bang, Brandy mau nanya boleh?" tanya Brandy yang duduk di sebelah kursi pengemudi di mobil James. "Tanya aja Brandy. Kenapa?" sahut James masih memperhatikan jalanan sambil menyetir. "Apa boleh pinjam tool box dan alat pemeriksaan umum seperti stetoskop, termometer, pen light, sama jas lab? Butuh buat acara ospek besok pagi." ujar Brandy sambil memperhatikan James dari samping. Dia sudah menyukai James sejak kecil, sayangnya dia harus sekolah di Singapura dan berpisah dengan James bertahun tahun. Brandy selalu stalking medsos milik James yang sebenarnya jarang sekali di update. Baginya penam
Pagi hari berikutnya, Brandy bangun lebih pagi dari biasanya. Sebenarnya bukan kebiasaan Brandy untuk bangun pagi karena biasanya dia dilayani oleh banyak pelayan, jadi tidak perlu repot mengurusi dirinya sendiri. Sejak memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta dan tinggal di apartment, segalanya harus dilakukan sendiri. Semalam James mengatakan dia akan berangkat ke kampus pagi pagi sekali. Brandy ingin berangkat bersama James. Dia pun menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke kamar mandi dan mandi shower air hangat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, Brandy memakai seragam ospeknya yaitu kemeja putih lengan panjang, rok kain panjang warna hitam dan dasi hitam. Rambutnya yang panjang harus dikuncir 2 dengan pita kain warna ungu seperti warna veteriner. Brandy membedaki wajahnya yang halus itu dan memulaskan lip cream berwarna baby pink cherry. Tanpa harus berdandan berlebihan, Brandy sudah tampak cantik dan segar seperti kembang yang baru akan mekar. D
James dengan berat hati menemani Brandy makan siang di koridor depan ruang 101. Makan siang peserta dan panitia ospek sudah disediakan oleh kampus berupa nasi box. Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menyantap menu nasi box dalam diam. James tidak ingin terlalu akrab dengan Brandy. Dia sasaran empuk biang gosip di kampus. Mulut mulut usil yang lebih suka menyebarkan hoax yang kadang benar benar jauh dari kenyataan. Brandy pun mulai pembicaraan untuk mencairkan suasana. "Bang James, tadi pagi berangkat jam berapa? Aku sudah bangun pagi, tapi masih kalah pagi sama Bang James berangkat." James tersedak terbatuk batuk mendengar pertanyaan Brandy. Dia pun meminum air mineral untuk meredakan batuknya. Wajahnya pun memerah."Aku tadi ada janji dengan dosen untuk penelitian, jadi berangkat jam 06.00 pagi." Bohong! Protes Brandy dalam hatinya. Dia tadi ke basement pukul 05.30 dan mobil James sudah menghilang dari parkiran. Jadi benar James s
Laura mendapat pemberitahuan dadakan dari panitia ospek untuk mengisi sesi presentasi Young Professional. Pembicara yang seharusnya mengisi sesi itu mendadak tidak bisa hadir karena istrinya masuk rumah sakit. Pagi itu ruang kantornya yang kecil dipenuhi oleh 4 orang panitia ospek. Mereka berusaha meyakinkan Laura untuk mengisi acara ospek yang akan dimulai satu jam lagi. Laura mau tak mau menyetujui permintaan mereka supaya jadwal acara ospek tidak kacau karena ketidakhadiran pembicara utama. "Prof Laura maafkan kami yang telah merepotkan pagi pagi." ujar Kak Lani selaku ketua panitia ospek tahun ini, dia merasa bersyukur sekaligus bersalah karena harus menodong profesor cantik itu dengan setengah mendesak untuk menjadi pembicara pengganti dadakan. "Tidak perlu sungkan Dik Lani. Semoga acara hari ini dapat berjalan dengan lancar. Mungkin ada yang bawa flash disk untuk meng copy data curiculum vitae saya?"jawab Laura sambil tersenyum ramah pada adik adi
James memeluk pinggang Laura yang bersandar di dadanya. Mereka sedang berdiri di depan kaca apartment James memandangi pemandangan malam kota Yogyakarta dari lantai 12 Intercontinental Residence setelah makan malam. Laura menyukai aroma tubuh James yang segar seperti perpaduan hutan pinus dan musk. Pelukan James yang kokoh selalu menimbulkan rasa aman dan nyaman yang begitu alami bagi Laura. "Sayangku, apa kamu capek hari ini? Tadi pagi aku agak kaget saat melihatmu di ruang 101. Ternyata jadi tamu dadakan acara ospek." ujar James seraya terkekeh. Laura pun menjawab sambil membelai lengan James yang melingkari pinggangnya. "Iya. Pagi pagi ruang kantorku diserbu sama panitia ospek, kayak serangan fajar aja. Hehehe... Kasihan sih kalo sampai acara ospeknya berantakan karena nara sumbernya berhalangan hadir." "Ahh memang kekasihku ini punya hati yang mulia." puji James dengan tulus. "I love you, Honey ku." ucapnya lagi seraya mencium puncak kepala
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de
"James, apa sebaiknya kita berpamitan sambil makan malam sama Rey nanti?" tanya Laura yang baru saja selesai menutup kopernya. Dia pun bangkit berdiri dari posisi jongkoknya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk menatap layar ponselnya dengan serius di kepala ranjang. James pun segera menaruh ponselnya ke nakas. Tangannya meraih pinggang istrinya hingga Laura hilang keseimbangan. "Aarrhh! James kaget aku," ucap Laura bernada protes menepuki dada bidang suaminya yang tertimpa olehnya. Namun, pria muda itu hanya tertawa renyah lalu menghujani wajahnya dengan kecupan-kecupan.Tubuh Laura pun dibanting ke bawahnya dan dengan segera James melucuti kancing kemeja lomggar yang dikenakan wanita kesayangannya. "Aku lebih tertarik memikirkanmu dan gaya apa yang asik untuk kita. Doggy style mungkin?" godanya mengerling kepada Laura."Tapi ini masih siang—" James memotong kata-kata Laura, "Dan kita hanya berdua. Daddy dan Mommy libur, Keira bersama Mikha di ruang TV. Perfect bukan?"Maka
"Honey, ayo kita makan siang di kantin!" ujar James dari ambang pintu kantor Laura. Dia tahu kalau wanita yang sangat dicintainya itu sering telat bahkan lupa makan siang.Tatapan sepasang mata biru itu berpindah dari berkas skripsi mahasiswa bimbingannya ke seraut wajah oriental yang tampan. Dia pun melepas senyum manisnya. "On time banget jemputnya, Hubby!" balasnya.James mengitari meja kerja istrinya lalu merundukkan wajahnya hingga dia dapat menemukan bibir kenyal merah muda beraroma strawberry itu dengan pagutan bibirnya. Lengan Laura keduanya bergelanyut di leher berondong kesayangannya itu.Ciuman mereka begitu dahsyat efeknya bagi James sehingga membuat kepalanya pening berkunang-kunang dan celananya menjadi sesak karena hasrat yang mendadak bangkit."Hhh ... aku jadi ingin cepat pulang kerja dan menguncimu di kamar tidur, Honey!" ucap James terkekeh menatap indahnya sepasang mata bak permata safir di hadapannya."Nanti ya sore, aku akan jadi milikmu sepenuhnya. Untuk saat in