*Flashback On*
Sejak malam Philip merawat Laura yang sakit, hubungan mereka tak lagi sama. Philip merasa perlakuan Laura padanya menjadi lebih hangat dan tatapannya pun begitu aneh seolah ada kembang api yang meledak ledak di sana. Laura seperti berbinar binar saat menatapnya. Apa Laura menyukainya? Philip tidak berani berharap banyak dalam hubungannya dengan Laura. Laura sangat cantik seperti bidadari dan otaknya sangat briliant. Latar belakang keluarga Carson juga begitu membuatnya minder, keluarga kaya turun temurun dan semua anak laki laki keluarga Carson adalah pebisnis yang handal.
Liburan antar semester kali ini klub pecinta alam akan mengadakan hiking ke Pigeon House Mountain, lokasinya dekat, masih di New South Wales. Philip bertanya pada Laura apa dia ingin ikut hiking bersamanya untuk mengisi waktu liburan. Ternyata Laura menerima tawarannya dengan antusias. Maka mereka pun mendaftar ke acara hiking itu berdua.
Pada pukul 12.00 rombongan peserta hi
*Flashback On* Laura menjalani pacaran dengan Philip selama tiga tahun. Sebentar lagi Laura akan lulus gelar S2 sains kedokteran hewan di University of New South Wales. Hari ini adalah hari ujian thesis nya, Laura merasa sangat gugup sekalipun dia sudah hapal di luar kepala segala yang berkaitan dengan thesis nya. Philip mendampinginya duduk di ruang tunggu sidang sambil menggenggam tangannya yang berkeringat dingin. Ada beberapa mahasiswa S2 lainnya yang mengantri giliran untuk menjalani sidang thesis juga. Setelah ini adalah giliran Laura untuk masuk ke ruang sidang. "Ohh Darling, wish me luck!" ucap Laura dengan gugup menatap Philip di sebelahnya. Philip mengecup jemari Laura dan berkata. "Tenanglah, aku yakin kau pasti bisa melaluinya dengan mudah Sayangku. Tarik napas dan hembuskan perlahan bila kau merasa gugup." Laura pun masuk ke ruang sidang thesis. Dia pun mempresentasikan hasil penelitiannya dalam bentuk power point deng
Pagi itu James masih ingin memeluk Laura, alarm tubuhnya tak pernah terlambat pukul 05.00 pagi dia selalu terbangun. Kekasihnya masih terlelap di alam mimpi dalam dekapannya. James tergoda untuk mengecup bibir merah yang merekah itu. Bulu mata Laura bergetar dan mata biru itu pun membuka, menatap langsung ke mata James yang sedang menciumnya dengan begitu mesra. "Selamat pagi Cintaku." ucap James seraya tersenyum. Laura pun tersenyum dan menjawab. "Selamat pagi Baby Boy." James menindih tubuh Laura dengan tubuh kekarnya dan menciumi payudara Laura yang lembut, membuat banyak kissmark di sana. Laura tertawa geli dan memprotes. "Hentikan James, ciumanmu berbekas dan itu tahan lama kau tahu? Is this morning horny? Biasanya kau berolahraga..." James menjawab dengan malas. "Ini sesi olahraga pagiku juga dan sekaligus sarapan istimewa." James masih menciumi apapun di tubuh Laura, dia menyukai semuanya setiap inchi tubuh indah itu dan a
Sore itu pukul 15.00 Philip kembali ke Lab PA membawa berkantong kantong ikan sakit untuk dinekropsi oleh Laura. Dia merasa cukup lelah dengan pengambilan sampel hari ini. Laura yang sudah terbiasa dengan kerja lembur penelitian pun tidak keberatan membantu Philip. Dengan cekatan Laura memisah misahkan ikan yang sakit itu ke dalam bak bak dan memberinya keterangan lokasi pengambilan sampel sesuai data dari Philip. Laura mengambil sampel darah semua ikan dengan jarum suntik 3 ml dan meminta Philip memindahkannya ke tabung sampel darah satu per satu, total ada 20 ikan beraneka jenis yang harus dia matikan lalu dibedah bangkainya untuk diambil sampel organ kulit, insang, liver dan ginjalnya yang nantinya akan dibuat preparat histopat. Philip sangat terkesan dengan kinerja Laura yang sangat terorganisir dan cekatan. Pantas saja ayahnya begitu antusias mengirimnya ke Indonesia untuk melakukan kolaborasi penelitian dengan Laura. Hanya butuh waktu 2 jam bagi m
Akhirnya kuliah James di semester 6 telah selesai, minggu ini dia akan mengikuti ujian akhir semester. James sangat bersemangat karena dia terus menghitung hari menuju kelulusan S1 nya. Segalanya harus perfect tidak boleh ada kegagalan supaya rencananya menikahi Profesor Laura tidak mundur lagi. Dari hari ke hari irama percintaannya dengan Laura semakin intens. James seolah tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh tubuh Laura. James sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ujian Patologi Umum pagi ini. Dia duduk di bangku sesuai nomor absensi kemahasiswaan. Petugas pengawas ujian membagikan soal ujian ke semua mahasiswa di ruangan 101. Waktu yang tersedia 60 menit untuk mengerjakan soal ujian. Ujian Patologi Umum berlangsung dengan tenang, semua peserta ujian tampak menunduk dan dengan serius menuliskan jawaban di lembar ujian. Laura masuk ke ruangan 101 untuk mengecek jalannya ujian. Dia berdiri di depan papan tulis dan melempar senyumnya ketika
Leonard Indrajaya menghubungi James pagi itu dengan fitur video call sebelum dia berangkat ke kantor. Pasalnya, teman baiknya Enrico Tanurie memberitahunya bahwa putri tunggalnya, Brandy akan kuliah di FKH UGM tahun ini.Dia ingin menitipkan Brandy pada James yang telah berkuliah lebih dahulu di FKH UGM. Lagipula dulu mereka adalah teman main saat masih kanak kanak. Enrico sejak anak anak itu masih balita sudah membujuk Leonard untuk menjodohkan mereka. Tapi Leonard selalu menolak karena ingin memberikan kebebasan pada James untuk menemukan pasangannya sendiri ketika sudah saatnya. Dan keputusannya benar, kini James telah melabuhkan hatinya pada Laura. "Hallo James." sapa Leonard dari layar ponselnya. "Hallo Pi. Tumben pagi pagi sudah nelpon." tukas James dengan keheranan. "Memang gak boleh ya Papi nelpon pagi pagi?" goda Leonard. "Gak lah. Ada apa Pi?" tanya James tanpa basa basi. "Papi mau kasi tahu kalo Brandy, putrinya Om Ri
Acara ospek kampus berjalan dengan seru. Para mahasiswa baru menjalani tour kampus bersama kakak kakak panitia sie acara yang ramah dan asyik. Untuk sie kedisiplinan biasanya kebagian untuk memarahi adik adik mahasiswa baru dan mencari cari kesalahan sekecil apa pun dari mereka. Sebenarnya tujuannya baik yaitu menguatkan dan mempersiapkan mereka saat kuliah nanti seandainya menemui dosen yang killer karena tidak semua dosen baik dan ramah, ada pula yang sadis dan judes. "Semua MABA harap berkumpul di lobi dalam 5 menit. Kakak hitung dari sekarang!" seru Kak Johan dengan pengeras suara TOA. Di sampingnya Kak Julius memegang stop watch menghitung 5 menit tepat. (MABA: Mahasiswa Baru) Para MABA berlarian ke lobi. Tapi seorang MABA yang tampak cantik itu berjalan dengan santai ke lobi. Dia seolah acuh dengan ketergesaan teman temannya yang berlarian seperti orang gila ke lobi. "HEI KAMU YANG RAMBUT PANJANG, MAJU KE DEPAN!!!" teriak Kak Johan yang be
James terpaksa mengantar Brandy pulang ke Intercontinental Residence sesuai saran Laura. Dalam hatinya, James merasa agak kesal. Dia sebenarnya ingin menghindari kedekatan dengan Brandy supaya tidak berkesan memberi harapan lebih untuk hubungan mereka. Bagi James, Brandy hanya sekedar teman masa kecilnya. Dia harus memberitahukan hal ini pada Laura nanti. "Ehmm... Bang, Brandy mau nanya boleh?" tanya Brandy yang duduk di sebelah kursi pengemudi di mobil James. "Tanya aja Brandy. Kenapa?" sahut James masih memperhatikan jalanan sambil menyetir. "Apa boleh pinjam tool box dan alat pemeriksaan umum seperti stetoskop, termometer, pen light, sama jas lab? Butuh buat acara ospek besok pagi." ujar Brandy sambil memperhatikan James dari samping. Dia sudah menyukai James sejak kecil, sayangnya dia harus sekolah di Singapura dan berpisah dengan James bertahun tahun. Brandy selalu stalking medsos milik James yang sebenarnya jarang sekali di update. Baginya penam
Pagi hari berikutnya, Brandy bangun lebih pagi dari biasanya. Sebenarnya bukan kebiasaan Brandy untuk bangun pagi karena biasanya dia dilayani oleh banyak pelayan, jadi tidak perlu repot mengurusi dirinya sendiri. Sejak memutuskan untuk kuliah di Yogyakarta dan tinggal di apartment, segalanya harus dilakukan sendiri. Semalam James mengatakan dia akan berangkat ke kampus pagi pagi sekali. Brandy ingin berangkat bersama James. Dia pun menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke kamar mandi dan mandi shower air hangat untuk menyegarkan dirinya. Setelah mandi, Brandy memakai seragam ospeknya yaitu kemeja putih lengan panjang, rok kain panjang warna hitam dan dasi hitam. Rambutnya yang panjang harus dikuncir 2 dengan pita kain warna ungu seperti warna veteriner. Brandy membedaki wajahnya yang halus itu dan memulaskan lip cream berwarna baby pink cherry. Tanpa harus berdandan berlebihan, Brandy sudah tampak cantik dan segar seperti kembang yang baru akan mekar. D
"Kita makan di restoran ini saja ya?" James memarkir mobil dengan rapi di halaman depan gerai fast food. Kemudian keluarga kecil itu turun dari mobil dan berjalan bersama-sama memasuki restoran penjual burger, hotdog, pretzel, dan makanan siap saji lainnya. Laura tak terlalu nyaman berada di tempat publik karena nampaknya kasus pelecehan yang dialaminya menjadi bumerang. Sosok Jeremy Thompson sebagai atlet football kebanggaan New South Wales dan sebagian besar penduduk Australia lebih dipercaya omong kosongnya dibanding dirinya yang bukan siapa-siapa.Pertanyaan wartawan tadi membuatnya malu, sehina itu tuduhan yang diberikan kepadanya. Padahal dia tak bersalah. Laura berdiri di belakang James dan putra putri mereka, melihat papan menu di sisi atas konter pemesanan."Apa yang ingin kamu pesan, Honey? Biar aku saja yang memesankan semua menu kita sekeluarga!" ujar James sambil mendengarkan teriakan Jacob, Joshua, dan Keira yang menyebutkan menu pilihan masing-masing. "Hubby, aku ingi
"Siapa kalian?! Jangan menggangguku!" teriak Laura putus asa di atas tempat tidur perawatannya di rumah sakit.Paparazzi yang mendominasi memenuhi ruang pasien VIP itu menahan tombol pemanggil perawat, mengambil foto tanpa izin dari Laura, dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menggiring opini salah tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jeremy Thompson kepadanya. Rasanya justru wanita jahat yang merayu atlet terkenal asal Sydney itu adalah Laura."Miss Carson, apa motif Anda menggoda Jeremy Thompson? Apa untuk popularitas? Anda ingin ikut tenar bersamanya ya?" tanya Herald Grey, paparazzi bayaran Jeremy.Laura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup telinga dengan kedua telapak tangannya. "Tidak ... itu tidak benar. Dia yang jahat!" jerit Laura histeris sementara berbagai pertanyaan ngawur dilontarkan kepada dirinya dan semakin membuat dirinya depresi.Wajah-wajah asing yang tak dikenalnya membuka mulut berbicara cepat dan keras menuduhkan hal yang sama sekali berbe
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama