Setelah tertegun sesaat, dia mengangguk ke Celine dengan canggung baru berbalik pergi.Tuan Hadi lebih dulu memecahkan keheningan di ruangan. "Hahaha, sekarang Tuan Richard yang ada di atas sudah mendapatkan yang dia mau. Celly, mulai sekarang kalau ada apa-apa, tinggal bilang saja. Kita bertiga lebih muda banyak dari Tuan Richard, kesehatan kita masih baik, harusnya masih bisa hidup beberapa tahun lagi. Kalau perlu bantuan, jangan sungkan-sungkan."Tuan Kasim berkata, "Benar, kamu itu cucu kandung Tuan Richard. Sudah seharusnya Grup Nadine diserahkan ke kamu."Tuan Satria juga berkata, "Celly, nggak ada apa-apa juga boleh cari kami. Sekarang kami sudah pensiun, bosan sekali. Kalau ada waktu luang, boleh datang mengobrol sama kami."Tiga bapak tua itu tertawa.Celine tahu hari ini mereka bertiga datang untuk mendukungnya, dia merasa sangat berterima kasih. Dia langsung berdiri dan membungkuk hormat pada mereka. "Kakek-Kakek tenang saja, begitu ada waktu aku pasti langsung pergi menggan
Mata Lala penuh dengan kelembutan dan niat baik.Namun saat Hansen mendengar kata-katanya, dia merasa sangat menyindir.Membantunya?Lala mana mungkin membantu Celine? Kalau bukan karena memikirkan rencana Andreas, Hansen tidak mungkin membiarkan Lala palsu ini mendekati Celine. Namun, demi mempercepat rencana, ada hal-hal yang mau tidak mau harus dia lakukan.Karena tidak ingin Lala palsu ini menunjukkan terlalu banyak kebaikan palsu terhadap Celine, Hansen mengalihkan topik. "Celly, kamu sudah menerima Grup Nadine secara resmi, misiku sudah selesai."Celine melihat ke Hansen.Tiba-tiba dia merasa Hansen seakan-akan terlihat lega seakan-akan bebannya sudah terangkat.Beban terangkat?"Kak, aku nggak bisa menjalankan perusahaan, apalagi Grup Nadine yang sebesar ini. Aku terima wasiat Kakek, tapi aku harap semuanya tetap seperti semula. Aku taruh nama saja, semua keputusan tetap perlu Kakak yang buat."Celine benar-benar berpikir seperti itu.Apalagi kalaupun dia mewarisi Grup Nadine, d
Lala berjalan ke sisi Hansen lalu merangkul lengannya dengan akrab."Kak, nggak kusangka ternyata karisma Celly di sini sangat besar!"Nada suaranya dipenuhi dengan kekaguman.Selain kagum, dia terdengar seakan-akan merasa senang untuk Celine.Namun Hansen tahu, "kekaguman" itu palsu."Di mana pun Celly berada, dia punya kemampuan untuk membuat orang percaya padanya. Dia memang orang Keluarga Nadine asli!" Hansen melihat ke arah Celine.Kasih sayang yang nyata di matanya membuat Lala merasa sangat kesal.Orang Keluarga Nadine asli?Memangnya kenapa?Tuan Richard sudah mati, Aurora sudah mati, semua orang Keluarga Nadine sudah mati. Kalau Celine juga mati, di dunia ini sudah tidak ada orang Keluarga Nadine yang asli!"Kak, kamu berencana mau melakukan apa saja selama cuti?" Lala melihat Hansen.Dia bertanya secara asal, seakan-akan hanya perhatian dari seorang adik ke kakaknya. Dia menyembunyikan pikirannya dengan sangat bagus.Hansen seakan-akan sudah punya rencana dari awal. "Kamu ing
"Dasar kamu ini."Hansen menggeleng kepalanya dengan penuh kasih sayang.Kemudian, dia berlari ke pintu Lala dan membukakan pintu untuknya."Begini baru adil."Lala akhirnya puas. Dia berusaha pura-pura manja, tapi dalam hati berencana pergi lihat ada apa di gerbang kediaman Nadine sampai-sampai Hansen mau pulang dari pintu belakang.Oleh karena itu, waktu Hansen dan Celine sudah masuk ke ruang tamu, dia beralasan mau ganti baju dan kembali ke kamarnya lalu langsung menelepon seseorang.Orang yang dia telepon adalah pembantu di rumah yang diam-diam dia sogok.Dia suruh orang itu cari tahu ada apa yang berbeda di luar kediaman Nadine.Tak lama kemudian, dia mendapat jawabannya."Dengar-dengar Nyonya Tua Keluarga Jayadi ada di luar. Aku juga coba lihat keluar, memang benar ada sebuah mobil super mewah. Katanya nyonya itu datang untuk mencari Nona Celly. Pagi-pagi dia sudah datang terus menunggu sampai sekarang, kayaknya masih nggak ada maksud untuk pergi."Lala melihat ke langit yang sud
"Celly ...."Hansen tidak tahu tujuan Yuni datang.Dia cuma tahu Yuni sudah menunggu dari pagi sampai sekarang tapi tidak menyerah. Takutnya begitu menemui Celine, Yuni akan mempermasalahkan Keluarga Nadine yang mengabaikannya.Sementara amarah ini ...."Oke," ujar Hansen dengan ekspresi serius.Kalaupun Nyonya Yuni marah, dia tidak akan membiarkan Yuni melampiaskannya ke Celine.Hansen berpesan pada pengurus rumah untuk membiarkan mereka masuk.Tak lama kemudian, Nyonya Yuni terlihat dari jendela besar.Dari langkah kakinya terlihat kekesalan, Lala yang melihatnya pun mulai semangat mau melihat pertunjukan.Dia juga diam-diam berharap Yuni akan marah pada Celine lalu pergi dengan amarah di hati.Dengan begitu, akan susah kalau Celine mau menikah dengan Andreas!"Tuan Muda, Nyonya Yuni sudah datang ...."Pengurus rumah membawa Yuni masuk ke ruang tamu. Di meja sudah disiapkan sedikit makanan dan minuman.Begitu pengurus rumah selesai bicara, Hansen langsung maju untuk menyambut Yuni."
Celine tertegun.Tidak hanya dia, bahkan Lala juga tidak tahu apa yang terjadi.Sebentar! Nyonya Yuni bukannya mau mencari masalah dengan Celine? Apaan sikap yang tulus dan bahkan bisa dibilang "memohon" ini?Selain itu, dia seorang nyonya tua Keluarga Jayadi, apa yang bisa dibantu Celine? Sampai-sampai memohon padanya?"Nyonya Yuni, apa yang bisa kubantu?" tanya Celine.Di benaknya muncul beberapa hal, tapi langsung dielak olehnya."Cuma kamu yang bisa membantuku," gumam Yuni lagi. Kemudian, dia memanggil sopir yang datang bersamanya.Semua orang baru sadar kalau sopir itu membawa sebuah kotak.Kotak ini terlihat klasik dan indah, seperti sebuah barang antik. Hanya lihat sekilas saja sudah tahu kalau harganya tidak murah.Namun, isi dari kotak itu barulah inti dari semua ini.Semua orang fokus pada kotak itu, Yuni bahkan tidak menunggu sampai sopirnya menyerahkan kotak itu, dia langsung maju dan mengambil kotak itu sendiri.Sikapnya terlihat sangat terburu-buru."Celly, lihat ...." Yu
Celine langsung terkejut.Bahkan informasi ini saja bisa diketahui! Benar juga, apa yang tidak bisa diselidiki Keluarga Jayadi?Seharusnya bukan diselidiki setelah pesta kemarin, berarti sudah dari sebelumnya, Nyonya Yuni sudah tahu dia bisa memperbaiki kebaya.Celine semakin merasa Yuni sangat lucu."Kamu nggak mau melihat kebaya itu kembali ke bentuk awalnya?" kata Yuni mencoba untuk memancing Celine."Nggak."Dia tidak punya perasaan apa-apa pada kebaya itu.Yuni pun terdiam, apa perlu seterus terang itu?Yuni tidak bisa mengatakan apa-apa, tapi dia tetap tersenyum penuh kasih sayang seakan-akan sedang memikirkan sesuatu. Kemudian, dia menghela napas panjang dan berkata, "Kalau pengrajin itu masih hidup, entah apa yang akan dia rasakan waktu melihat kebaya yang hancur itu."Di benak Celine muncul kebaya yang dipajang di gelas kaca di kediaman Jayadi itu.Kalau dia masih hidup, apa yang akan dia rasakan?Dia bakal merasa sayang dan ingin mencoba memperbaiki bagian yang rusak agar kem
Celine tidak penting, masalahnya Hansen tadi berbalik sambil mengangkat telepon, lalu sambil mendengarkan telepon sambil naik ke atas, sama sekali tidak melihatnya.Seakan-akan dari awal sampai akhir hanya ada Celine dan Hansen, sedangkan dia tidak ada di sini.Tidak hanya itu, Yuni tadi bukannya datang untuk menyusahkan Celine?Kalaupun tidak, dia menunggu seharian di sini, amarah yang sudah mendidih seharian harusnya dilampiaskan, tapi situasi tadi ...."He ... hehe ...."Lala tertawa saking kesalnya.Di permukaan dia tertawa, tapi hatinya dipenuhi dengan amarah, diam-diam mengumpat Yuni .Lalu teringat Yuni mengundang Celine ke kediaman Jayadi sepuluh hari lagi untuk melihat kebaya, takutnya melihat kebaya hanya alasan, tujuan aslinya adalah untuk menyanjung Celine.Lala menyadarinya.Sekarang Celine mewarisi Grup Nadine, juga putri mantan kepala Keluarga Tjangnaka. Bahkan orang seperti Yuni juga harus merendah untuk menyanjung Celine.Perasaan iri membuat Lala semakin kesal.Dia se