Namun, Hansen tidak memberi Celine tekanan. "Nggak apa, aku bakal bantu kamu. Kamu boleh lakukan apa pun yang kamu mau. Tapi Grup Nadine tetap milikmu! Dengan mewarisi Grup Nadine, wasiat Kakek baru bisa terpenuhi!"Sekarang, Grup Nadine ada di tangan Hansen.Celine sekarang baru tahu, selama beberapa saat ini, Hansen bangun pagi pulang malam, menyatukan bisnis Keluarga Nadine dan mengumpulkan kekuasaan Grup Nadine semuanya demi menyerahkan seluruh Grup Nadine kepadanya sesuai dengan wasiat Kakek!"Kak, aku ...."Seketika, Celine tidak tahu mau mengatakan apa.Dia menatap Hansen, melihat senyuman lembut di wajah Hansen."Celly, jangan menyia-nyiakan wasiat Tuan Richard dan ketulusan Tuan Muda Hansen!" Tiba-tiba terdengar suara Donny.Dia tidak peduli harta Grup Nadine, tapi dia bisa melihat makna dibalik perbuatan Hansen ini.Bahkan Albert juga menatap Hansen seakan-akan mengakui ketulusannya.Sekarang Hansen menguasai seluruh Grup Nadine.Dia punya kemampuan untuk menyembunyikan surat
Pesan dari Nyonya!Tatapan semua orang tertuju pada Celine, bahkan Hansen juga hanya melihat Celine.Melihat pesan dari Fera, Lala mengambil kesempatan untuk diam-diam keluar.Namun dia tidak menyangka ada seseorang yang terus memperhatikannya.Andreas hanya menunduk sesaat, tapi Gian sudah menerima kode itu dan langsung melaksanakan tugasnya.Angin di atap berembus kencang, membuat rambut Fera berantakan. Dia yang biasanya sangat memperhatikan penampilannya, saat ini malas merapikan rambutnya.Sejak dia mengirim pesan ke Lily, sudah lewat beberapa saat.Namun, setelah menunggu lama, Lily tetap belum datang. Fera melihat jam dan mulai kehilangan kesabaran.Akhirnya,dia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Fera tidak berbalik, melainkan langsung berkata dengan kesal, "Kenapa? Sudah jadi Nona Keluarga Nadine, kau mulai nggak peduli sama perintahku? Lily, kau sembunyikan soal Celine itu keturunan Keluarga Nadine, 'kan?"Fera memikirkan reaksi Lily tadi dan merasa ada yang aneh.La
Kematian Lala ... ada hubungannya dengan Nyonya!Begitu mengerti hal ini, Lala langsung panik, bahkan hatinya serasa sedang bergetar. Dulu dia kagum dan hormat pada Nyonya, tapi sekarang dia takut.Ketakutan yang ekstrem membuatnya menunduk, tidak berani melihat Fera.Sampai ketika suara itu kembali terdengar. "Kamu ... nggak mau?"Fera kembali menanyakan pertanyaan tadi.Tidak mau membunuh Celine secara langsung?"Mau, mau. Nyonya, aku mau," ujar Lala dengan suara bergetar."Bagus, aku tunggu kabar baikmu."Fera mengangkat alisnya dengan puas lalu tersenyum sinis. Kemudian, dia berbalik tanpa melihat Lala lagi, sosoknya pun menghilang dari penglihatan Lala.Di atap, selain Lala sudah tidak ada orang lain.Energinya seakan-akan terkuras dan dia langsung jatuh terduduk di lantai.Dia tahu jelas, Nyonya bisa membuatnya berubah dari Lily jadi Lala, juga bisa menyingkirkannya dengan mudah.Nyonya bisa membuat Lala yang asli "menghilang", juga bisa membuat dia yang palsu menghilang!Jadi, s
Mata Andreas berubah tajam.Dia mencibir. "Ada yang salah? Tuan Omar, mungkin kamu nggak pernah benar-benar mengenal istrimu ini. Salah atau nggak, pasti ada kesempatan untukmu melihatnya."Omar tertegun sejenak, lalu dia melihat Andreas dengan was-was. "Kamu ... mau melakukan apa?"Andreas tahu, sebelum memperlihatkan wujud asli Fera dengan jelas, Omar tetap akan berpihak dan melindungi istrinya itu.Andreas tidak peduli, dia melihat ke beberapa orang yang lain.Kalaupun dia tidak melakukan apa-apa, Donny, Albert dan Hansen takutnya akan melakukan apa-apa.Diamnya Andreas membuat Omar merasa panik dan takut.Dia mengedipkan matanya berulang kali sambil terus memberi tahu dirinya sendiri dalam hati.Orang yang ada di layar tadi bukan Fera, pasti ada kesalahpahaman.Fera itu orangnya sangat polos.Waktu mereka berkenalan, Fera masih kuliah, sangat polos, baik hati, murni. Hal yang paling penting adalah setelah bertahun-tahun, Fera makin bijaksana, anggun, tidak kalah dengan nyonya kaya
Raut wajah Omar akhirnya membaik, dia menggandeng tangan Fera dan berkata, "Aku nggak apa-apa, tadi aku bosan di rumah, jadi pergi keliling sebentar."Omar tidak memberi tahu Fera kalau dia dibawa pergi oleh bawahan Andreas, juga tidak mengungkit kejadian "atap" tadi.Sebelum Fera sempat bertanya, Omar mengalihkan topik. "Ibu membawamu ke pesta Keluarga Tjangnaka, kenapa kamu pulang secepat ini?"Fera menyipitkan matanya, tapi langsung kembali normal."Aku sudah membawa kaligrafi itu pergi, kaligrafinya sudah ditinggal di sana. Mereka nggak butuh bantuanku lagi, jadi aku pulang duluan." Teringat wajah Yuni tadi, Fera sangat kesal, tapi dia tidak berani menunjukkannya.Namun, saat menghadapi suaminya, hal pertama yang harus dia lakukan adalah memegang erat rasa kasihan dan rasa suka suaminya.Benar!Hanya rasa kasihan dan rasa suka!"Kak Omar, tadi di pesta sangat ramai, tapi aku paling bahagia waktu ada di sampingmu." Fera bersandar di dada Omar.Dia mendengar suara detakan jantung, ta
Celine tidak suka dikelilingi orang, dia diam-diam menghela napas.Namun ....Dia melihat beberapa orang yang berjalan menghampirinya.Satu adalah pria paruh baya yang pertama bertemu terasa familier, kedua kali bertemu ternyata adalah ayah kandungnya. Dia sangat tenang dan berwibawa.Kemudian, kakak sepupunya yang selama ini selalu sayang padanya, yang awalnya cuma jadi saudara angkat, tapi tiba-tiba jadi saudara sedarah. Dia sangat berkarisma.Ketiga, kakaknya yang selalu melindunginya, yang jelas-jelas bisa menelan sendiri aset Keluarga Nadine, tapi tetap menuruti wasiat Kakek dan mengungkapkan identitasnya serta menyerahkan seluruh Keluarga Nadine padanya. Dia sangat lembut dan anggun.Kemudian ... Andreas!Mereka berjalan menghampirinya sambil bertatapan dengannya. Setiap mereka mendekat selangkah, hati Celine entah kenapa merasa lebih tenang.Orang-orang ini, satu saja sudah cukup untuk menghebohkan seluruh ruangan.Jadi, waktu mereka berjalan secara bersamaan menghampiri Celine,
Sementara bahaya yang mendatangi Celine .... Dengan adanya mereka, siapa pun jangan harap bisa melukai Celine sedikit pun!Tiba-tiba, sebuah mobil lewat di depan mereka. Orang yang duduk di mobil itu membuat mata mereka menyipit.Mobil itu melaju cepat.Albert terlihat serius. "Celly pulang ke kediaman Nadine, si Lala palsu ini apa nggak ....""Hansen nggak bakal kasih kesempatan!"Andreas yang dari tadi mengikuti mereka akhirnya bersuara.Nadanya terdengar yakin."Kamu seyakin itu?" Albert terkejut.Andreas berkata, "Iya, aku sangat yakin. Nggak hanya itu, dibandingkan kamu dan aku, Hansen bakal lebih membenci Lala palsu ini!"Tidak ada yang tahu perasaan Hansen terhadap Lala.Mereka bukan hanya saudara yang besar bersama, di antara mereka ada hal lain.Setelah Lala palsu ini "kembali", dia memanfaatkan perasaan Hansen terhadap Lala untuk membohongi Hansen, bahkan mencoba untuk mencelakai Celine.Hansen tentu saja sangat membenci dia.Sementara Lala palsu itu kalaupun licik, bisa mela
Setelah berkali-kali "baik", diikuti berkali-kali "bagus".Namun, di wajah Donny sama sekali tidak terlihat ekspresi senang.Setelah itu, dia menepuk bahu Andreas dan berkata, "Kalau begitu, aku tunggu pesta pernikahan megah yang kamu siapkan!"Memangnya kenapa kalau sudah buat akte nikah?Semuanya harus lihat keputusan Celine!Kalau Celine sedikit saja tidak puas dengan Andreas, atau Andreas tidak bisa memberi Celly kebahagiaan seumur hidup, akte itu tetap tidak dihitung!Donny berbalik dan pergi.Sedangkan Andreas tetap berdiri di tempat. Gian segera mendekat lalu bertanya, "Tuan, tadi Tuan Donny bilang apa?"Tadi Gian melihat dari jauh.Jelas-jelas Tuan Donny dan Tuan bicara sambil tertawa, tapi aura dingin yang terpancar darinya bahkan lebih dingin dari aura Tuan yang pernah dia lihat.Andreas meliriknya lalu berkata, "Kamu mau tahu?""Iya, iya."Gian mengangguk berkali-kali.Awalnya dia pikir pertanyaan di hatinya akan segera terjawab, tapi ternyata tuannya malah menjawab dengan d