Raut wajah Omar akhirnya membaik, dia menggandeng tangan Fera dan berkata, "Aku nggak apa-apa, tadi aku bosan di rumah, jadi pergi keliling sebentar."Omar tidak memberi tahu Fera kalau dia dibawa pergi oleh bawahan Andreas, juga tidak mengungkit kejadian "atap" tadi.Sebelum Fera sempat bertanya, Omar mengalihkan topik. "Ibu membawamu ke pesta Keluarga Tjangnaka, kenapa kamu pulang secepat ini?"Fera menyipitkan matanya, tapi langsung kembali normal."Aku sudah membawa kaligrafi itu pergi, kaligrafinya sudah ditinggal di sana. Mereka nggak butuh bantuanku lagi, jadi aku pulang duluan." Teringat wajah Yuni tadi, Fera sangat kesal, tapi dia tidak berani menunjukkannya.Namun, saat menghadapi suaminya, hal pertama yang harus dia lakukan adalah memegang erat rasa kasihan dan rasa suka suaminya.Benar!Hanya rasa kasihan dan rasa suka!"Kak Omar, tadi di pesta sangat ramai, tapi aku paling bahagia waktu ada di sampingmu." Fera bersandar di dada Omar.Dia mendengar suara detakan jantung, ta
Celine tidak suka dikelilingi orang, dia diam-diam menghela napas.Namun ....Dia melihat beberapa orang yang berjalan menghampirinya.Satu adalah pria paruh baya yang pertama bertemu terasa familier, kedua kali bertemu ternyata adalah ayah kandungnya. Dia sangat tenang dan berwibawa.Kemudian, kakak sepupunya yang selama ini selalu sayang padanya, yang awalnya cuma jadi saudara angkat, tapi tiba-tiba jadi saudara sedarah. Dia sangat berkarisma.Ketiga, kakaknya yang selalu melindunginya, yang jelas-jelas bisa menelan sendiri aset Keluarga Nadine, tapi tetap menuruti wasiat Kakek dan mengungkapkan identitasnya serta menyerahkan seluruh Keluarga Nadine padanya. Dia sangat lembut dan anggun.Kemudian ... Andreas!Mereka berjalan menghampirinya sambil bertatapan dengannya. Setiap mereka mendekat selangkah, hati Celine entah kenapa merasa lebih tenang.Orang-orang ini, satu saja sudah cukup untuk menghebohkan seluruh ruangan.Jadi, waktu mereka berjalan secara bersamaan menghampiri Celine,
Sementara bahaya yang mendatangi Celine .... Dengan adanya mereka, siapa pun jangan harap bisa melukai Celine sedikit pun!Tiba-tiba, sebuah mobil lewat di depan mereka. Orang yang duduk di mobil itu membuat mata mereka menyipit.Mobil itu melaju cepat.Albert terlihat serius. "Celly pulang ke kediaman Nadine, si Lala palsu ini apa nggak ....""Hansen nggak bakal kasih kesempatan!"Andreas yang dari tadi mengikuti mereka akhirnya bersuara.Nadanya terdengar yakin."Kamu seyakin itu?" Albert terkejut.Andreas berkata, "Iya, aku sangat yakin. Nggak hanya itu, dibandingkan kamu dan aku, Hansen bakal lebih membenci Lala palsu ini!"Tidak ada yang tahu perasaan Hansen terhadap Lala.Mereka bukan hanya saudara yang besar bersama, di antara mereka ada hal lain.Setelah Lala palsu ini "kembali", dia memanfaatkan perasaan Hansen terhadap Lala untuk membohongi Hansen, bahkan mencoba untuk mencelakai Celine.Hansen tentu saja sangat membenci dia.Sementara Lala palsu itu kalaupun licik, bisa mela
Setelah berkali-kali "baik", diikuti berkali-kali "bagus".Namun, di wajah Donny sama sekali tidak terlihat ekspresi senang.Setelah itu, dia menepuk bahu Andreas dan berkata, "Kalau begitu, aku tunggu pesta pernikahan megah yang kamu siapkan!"Memangnya kenapa kalau sudah buat akte nikah?Semuanya harus lihat keputusan Celine!Kalau Celine sedikit saja tidak puas dengan Andreas, atau Andreas tidak bisa memberi Celly kebahagiaan seumur hidup, akte itu tetap tidak dihitung!Donny berbalik dan pergi.Sedangkan Andreas tetap berdiri di tempat. Gian segera mendekat lalu bertanya, "Tuan, tadi Tuan Donny bilang apa?"Tadi Gian melihat dari jauh.Jelas-jelas Tuan Donny dan Tuan bicara sambil tertawa, tapi aura dingin yang terpancar darinya bahkan lebih dingin dari aura Tuan yang pernah dia lihat.Andreas meliriknya lalu berkata, "Kamu mau tahu?""Iya, iya."Gian mengangguk berkali-kali.Awalnya dia pikir pertanyaan di hatinya akan segera terjawab, tapi ternyata tuannya malah menjawab dengan d
Realistis dan mementingkan keuntungan, mulai gila dengan proyek perkembangan Grup Jayadi ke luar negeri.Dia dari awal sudah bisa menebak waktu neneknya tahu identitas asli Celine adalah putri Keluarga Tjangnaka, neneknya pasti tidak akan melepaskan kesempatan ini.Andreas memang mau mengembangkan Grup Jayadi, tapi kalau sudah melibatkan Celine, dia tidak bisa diam saja."Andreas ...."Yuni masih bermaksud mendesak Andreas, tapi Andreas malah langsung menutup telepon.Suara nada sibuk yang tiba-tiba membuat Yuni tertegun sejenak. Dia tidak percaya kalau Andreas sengaja menutup telepon, jadi dia anggap ada masalah dengan sinyalnya.Oleh karena itu, Yuni kembali menelepon Andreas.Kali ini, Andreas tidak menerima panggilan.Yuni telepon lagi berkali-kali, tapi tetap tidak terhubung.Kalau Yuni masih saja tidak tahu apa yang terjadi, berarti sia-sia dia hidup selama ini.Setelah mengerti maksud Andreas, hatinya langsung dipenuhi amarah."Si Andreas ini!" Tangan Yuni yang menggenggam ponse
Yuni refleks teringat dengan kebaya yang mau diperbaiki di ruang bacanya.Hari itu pas di kamar baca, dengar dari kata-kata Celine waktu itu, Yuni tahu Celine mengerti soal ini.Kebetulan, dia yang tua ini bisa menggunakan alasan memperbaiki kebaya untuk mengunjungi Celine, kedatangannya juga tidak akan terlihat sangat tiba-tiba.Berpikir seperti itu, Yuni akhirnya menunjukkan ekspresi puas.Sementara saat ini, ada orang lain yang juga sedang memikirkan Celine.Fera bersandar di pelukan Omar.Saat ini, perasaannya sudah tenang. Teringat ulang tahunnya yang akan datang, Fera tiba-tiba berkata, "Kak Omar, di ulang tahun kali ini, aku mau pakai lebih spesial. Aku mau meninggalkan lebih banyak kenangan yang tak terlupakan bersamamu."Omar tentu saja memanjakan Fera.Hanya sebuah pakaian saja, Omar langsung setuju. "Tentu saja boleh, gaun merek mana pun, asalkan kamu suka, aku belikan.""Merek yang lain bagus-bagus saja, tapi aku lebih suka gaun K&K. Ada seorang desainer yang desainnya sang
Orang itu memakai pakaian hitam, menggunakan payung hitam, bersembunyi dalam kegelapan malam. Kalau tidak dilihat dengan teliti, tidak akan terlihat ada orang di depan batu nisan.Orang itu juga tidak berbicara, hanya berdiri melamun sambil melihat batu nisan yang ada di depannya.Waktu berjalan detik demi detik, sampai sudah sangat malam, orang itu baru pergi.Tetap diam-diam, seakan-akan tidak pernah ada yang datang.Di kediaman Nadine.Waktu Celine dan Hansen kembali ke rumah, Carla dan Lala sudah pulang.Melihat Celine dan Hansen masuk, tatapan Lala berubah sekilas.Dia jelas-jelas melihat mereka berdua naik ke mobil dan pergi duluan, kalaupun ada hal tidak terduga di perjalanan, jarak waktunya dengan waktu dia tiba tetap terlalu lama.Namun setelah dia pulang, dia menunggu dua jam mereka baru tiba.Dalam dua jam ini, mereka ke mana?Lala merasa kesal.Namun, semua suasana hatinya seketika disembunyikan.Begitu Celine dan Hansen masuk rumah, Lala langsung berdiri dari sofa dan berl
"Tentu saja."Suara Hansen tetap seperti biasa, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. "Aku senang sekali kamu bisa ikut senang untuk Celly. Kamu nggak keberatan dengan wasiat Kakek, 'kan?"Waktu berbicara, Hansen sengaja melihat Carla yang tetap duduk di sofa.Hari ini Keluarga Tjangnaka mengundang wartawan ke pesta tadi.Kabar kalau Celine mewarisi seluruh aset Keluarga Nadine pasti akan segera tersebar ke seluruh Mastika.Saat ini Jessy masih belum dapat kabarnya, tapi di pesta hari ini, Lala hadir, begitu juga dengan Carla. Mereka berdua sudah tahu secara langsung."Nggak! Tentu saja nggak!" Lala lebih dulu menjawab.Sikapnya itu seakan-akan benar-benar sangat senang. "Aku diadopsi Kakek, dulu Kakek kasih aku sebuah rumah, aku sudah sangat berterima kasih. Semua keputusan dia pasti benar. Selain itu, Celly itu cucu kandung Kakek, punya hubungan darah dengannya, semua milik Keluarga Nadine memang seharusnya jadi punya dia!"Dia berkata dengan sangat tulus.Kalau bukan sudah tahu dia itu
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak