Kematian Lala ... ada hubungannya dengan Nyonya!Begitu mengerti hal ini, Lala langsung panik, bahkan hatinya serasa sedang bergetar. Dulu dia kagum dan hormat pada Nyonya, tapi sekarang dia takut.Ketakutan yang ekstrem membuatnya menunduk, tidak berani melihat Fera.Sampai ketika suara itu kembali terdengar. "Kamu ... nggak mau?"Fera kembali menanyakan pertanyaan tadi.Tidak mau membunuh Celine secara langsung?"Mau, mau. Nyonya, aku mau," ujar Lala dengan suara bergetar."Bagus, aku tunggu kabar baikmu."Fera mengangkat alisnya dengan puas lalu tersenyum sinis. Kemudian, dia berbalik tanpa melihat Lala lagi, sosoknya pun menghilang dari penglihatan Lala.Di atap, selain Lala sudah tidak ada orang lain.Energinya seakan-akan terkuras dan dia langsung jatuh terduduk di lantai.Dia tahu jelas, Nyonya bisa membuatnya berubah dari Lily jadi Lala, juga bisa menyingkirkannya dengan mudah.Nyonya bisa membuat Lala yang asli "menghilang", juga bisa membuat dia yang palsu menghilang!Jadi, s
Mata Andreas berubah tajam.Dia mencibir. "Ada yang salah? Tuan Omar, mungkin kamu nggak pernah benar-benar mengenal istrimu ini. Salah atau nggak, pasti ada kesempatan untukmu melihatnya."Omar tertegun sejenak, lalu dia melihat Andreas dengan was-was. "Kamu ... mau melakukan apa?"Andreas tahu, sebelum memperlihatkan wujud asli Fera dengan jelas, Omar tetap akan berpihak dan melindungi istrinya itu.Andreas tidak peduli, dia melihat ke beberapa orang yang lain.Kalaupun dia tidak melakukan apa-apa, Donny, Albert dan Hansen takutnya akan melakukan apa-apa.Diamnya Andreas membuat Omar merasa panik dan takut.Dia mengedipkan matanya berulang kali sambil terus memberi tahu dirinya sendiri dalam hati.Orang yang ada di layar tadi bukan Fera, pasti ada kesalahpahaman.Fera itu orangnya sangat polos.Waktu mereka berkenalan, Fera masih kuliah, sangat polos, baik hati, murni. Hal yang paling penting adalah setelah bertahun-tahun, Fera makin bijaksana, anggun, tidak kalah dengan nyonya kaya
Raut wajah Omar akhirnya membaik, dia menggandeng tangan Fera dan berkata, "Aku nggak apa-apa, tadi aku bosan di rumah, jadi pergi keliling sebentar."Omar tidak memberi tahu Fera kalau dia dibawa pergi oleh bawahan Andreas, juga tidak mengungkit kejadian "atap" tadi.Sebelum Fera sempat bertanya, Omar mengalihkan topik. "Ibu membawamu ke pesta Keluarga Tjangnaka, kenapa kamu pulang secepat ini?"Fera menyipitkan matanya, tapi langsung kembali normal."Aku sudah membawa kaligrafi itu pergi, kaligrafinya sudah ditinggal di sana. Mereka nggak butuh bantuanku lagi, jadi aku pulang duluan." Teringat wajah Yuni tadi, Fera sangat kesal, tapi dia tidak berani menunjukkannya.Namun, saat menghadapi suaminya, hal pertama yang harus dia lakukan adalah memegang erat rasa kasihan dan rasa suka suaminya.Benar!Hanya rasa kasihan dan rasa suka!"Kak Omar, tadi di pesta sangat ramai, tapi aku paling bahagia waktu ada di sampingmu." Fera bersandar di dada Omar.Dia mendengar suara detakan jantung, ta
Celine tidak suka dikelilingi orang, dia diam-diam menghela napas.Namun ....Dia melihat beberapa orang yang berjalan menghampirinya.Satu adalah pria paruh baya yang pertama bertemu terasa familier, kedua kali bertemu ternyata adalah ayah kandungnya. Dia sangat tenang dan berwibawa.Kemudian, kakak sepupunya yang selama ini selalu sayang padanya, yang awalnya cuma jadi saudara angkat, tapi tiba-tiba jadi saudara sedarah. Dia sangat berkarisma.Ketiga, kakaknya yang selalu melindunginya, yang jelas-jelas bisa menelan sendiri aset Keluarga Nadine, tapi tetap menuruti wasiat Kakek dan mengungkapkan identitasnya serta menyerahkan seluruh Keluarga Nadine padanya. Dia sangat lembut dan anggun.Kemudian ... Andreas!Mereka berjalan menghampirinya sambil bertatapan dengannya. Setiap mereka mendekat selangkah, hati Celine entah kenapa merasa lebih tenang.Orang-orang ini, satu saja sudah cukup untuk menghebohkan seluruh ruangan.Jadi, waktu mereka berjalan secara bersamaan menghampiri Celine,
Sementara bahaya yang mendatangi Celine .... Dengan adanya mereka, siapa pun jangan harap bisa melukai Celine sedikit pun!Tiba-tiba, sebuah mobil lewat di depan mereka. Orang yang duduk di mobil itu membuat mata mereka menyipit.Mobil itu melaju cepat.Albert terlihat serius. "Celly pulang ke kediaman Nadine, si Lala palsu ini apa nggak ....""Hansen nggak bakal kasih kesempatan!"Andreas yang dari tadi mengikuti mereka akhirnya bersuara.Nadanya terdengar yakin."Kamu seyakin itu?" Albert terkejut.Andreas berkata, "Iya, aku sangat yakin. Nggak hanya itu, dibandingkan kamu dan aku, Hansen bakal lebih membenci Lala palsu ini!"Tidak ada yang tahu perasaan Hansen terhadap Lala.Mereka bukan hanya saudara yang besar bersama, di antara mereka ada hal lain.Setelah Lala palsu ini "kembali", dia memanfaatkan perasaan Hansen terhadap Lala untuk membohongi Hansen, bahkan mencoba untuk mencelakai Celine.Hansen tentu saja sangat membenci dia.Sementara Lala palsu itu kalaupun licik, bisa mela
Setelah berkali-kali "baik", diikuti berkali-kali "bagus".Namun, di wajah Donny sama sekali tidak terlihat ekspresi senang.Setelah itu, dia menepuk bahu Andreas dan berkata, "Kalau begitu, aku tunggu pesta pernikahan megah yang kamu siapkan!"Memangnya kenapa kalau sudah buat akte nikah?Semuanya harus lihat keputusan Celine!Kalau Celine sedikit saja tidak puas dengan Andreas, atau Andreas tidak bisa memberi Celly kebahagiaan seumur hidup, akte itu tetap tidak dihitung!Donny berbalik dan pergi.Sedangkan Andreas tetap berdiri di tempat. Gian segera mendekat lalu bertanya, "Tuan, tadi Tuan Donny bilang apa?"Tadi Gian melihat dari jauh.Jelas-jelas Tuan Donny dan Tuan bicara sambil tertawa, tapi aura dingin yang terpancar darinya bahkan lebih dingin dari aura Tuan yang pernah dia lihat.Andreas meliriknya lalu berkata, "Kamu mau tahu?""Iya, iya."Gian mengangguk berkali-kali.Awalnya dia pikir pertanyaan di hatinya akan segera terjawab, tapi ternyata tuannya malah menjawab dengan d
Realistis dan mementingkan keuntungan, mulai gila dengan proyek perkembangan Grup Jayadi ke luar negeri.Dia dari awal sudah bisa menebak waktu neneknya tahu identitas asli Celine adalah putri Keluarga Tjangnaka, neneknya pasti tidak akan melepaskan kesempatan ini.Andreas memang mau mengembangkan Grup Jayadi, tapi kalau sudah melibatkan Celine, dia tidak bisa diam saja."Andreas ...."Yuni masih bermaksud mendesak Andreas, tapi Andreas malah langsung menutup telepon.Suara nada sibuk yang tiba-tiba membuat Yuni tertegun sejenak. Dia tidak percaya kalau Andreas sengaja menutup telepon, jadi dia anggap ada masalah dengan sinyalnya.Oleh karena itu, Yuni kembali menelepon Andreas.Kali ini, Andreas tidak menerima panggilan.Yuni telepon lagi berkali-kali, tapi tetap tidak terhubung.Kalau Yuni masih saja tidak tahu apa yang terjadi, berarti sia-sia dia hidup selama ini.Setelah mengerti maksud Andreas, hatinya langsung dipenuhi amarah."Si Andreas ini!" Tangan Yuni yang menggenggam ponse
Yuni refleks teringat dengan kebaya yang mau diperbaiki di ruang bacanya.Hari itu pas di kamar baca, dengar dari kata-kata Celine waktu itu, Yuni tahu Celine mengerti soal ini.Kebetulan, dia yang tua ini bisa menggunakan alasan memperbaiki kebaya untuk mengunjungi Celine, kedatangannya juga tidak akan terlihat sangat tiba-tiba.Berpikir seperti itu, Yuni akhirnya menunjukkan ekspresi puas.Sementara saat ini, ada orang lain yang juga sedang memikirkan Celine.Fera bersandar di pelukan Omar.Saat ini, perasaannya sudah tenang. Teringat ulang tahunnya yang akan datang, Fera tiba-tiba berkata, "Kak Omar, di ulang tahun kali ini, aku mau pakai lebih spesial. Aku mau meninggalkan lebih banyak kenangan yang tak terlupakan bersamamu."Omar tentu saja memanjakan Fera.Hanya sebuah pakaian saja, Omar langsung setuju. "Tentu saja boleh, gaun merek mana pun, asalkan kamu suka, aku belikan.""Merek yang lain bagus-bagus saja, tapi aku lebih suka gaun K&K. Ada seorang desainer yang desainnya sang