Tuan, kenapa aku lihat Nyonya dan Tuan Albert ... agak mirip?" Gian merasa tidak tahan dan mengungkapkan pendapatnya dengan suara rendah pada Andreas.Namun, tanpa menunggu Andreas memberi komentar, Gian sudah membuat kesimpulan sendiri. "Nyonya cantik, Tuan Albert juga tampan, normal kalau orang-orang cantik dan tampan terlihat mirip."Namun, apakah benar hanya karena alasan ini?Andreas menatap dua orang yang ada di atas panggung. Teringat dengan percakapan telepon semalam dengan James, dia tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.Semua orang yang ada di ruanganfokus pada Celine dan Albert.Saat ini, Albert mengangkat tangannya lalu mengelus kepala Celine. "Kamu bersedia jadi adikku?"Celine tentu saja bersedia.Celine mengangguk sambil tersenyum.Dia sebenarnya memang merasa akrab dengan Albert, begitu mengangguk, Celine merasa ada sesuatu di hatinya yang seketika membuat dia lega.Dia tidak tahu apa itu.Dia hanya tahu dia pernah merasakan perasaan ini waktu melihat Kakek."Kak Albert
"Kakak kenapa?" Terdengar suara Lala dari samping.Hansen tertegun sejenak.Dia merasakan kehangatan dari tangan Lala, lalu mendengar suara Lala lagi."Kakak, namanya Celine, ya? Aku senang sekali, di saat aku nggak ada, Kakak punya adik yang baru. Aku sangat berterima kasih padanya, dia bisa menggantikanku menemani Kakak."Lala berbicara sambil tersenyum, tapi Hansen mendengar kesedihan di suaranya.Hansen pun merasa kasihan padanya. "Lala, Celly ...."Hansen refleks ingin menjelaskan.Namun, Lala malah tersenyum cerah dan menghibur Hansen."Kakak jangan merasa bersalah, kamu bisa jadi kakakku, juga bisa jadi kakak orang lain, seperti Celine ....""Dia itu adikmu, juga bisa jadi adik orang lain, ini hal yang biasa.""Asalkan di dalam hati Kakak masih ada tempat untuk Lala, Lala sudah puas.""Jadi, Lala nggak sedih, Kakak juga nggak usah sedih!"Kening Hansen semakin berkerut.Benar, Celine bisa jadi adiknya, juga bisa jadi adik orang lain!Namun ... apa benar tidak usah merasa sedih?
"Nona pertama Keluarga Nadine bukannya Carla Nadine? Apa maksudnya ini?"Setelah kaget sejenak, semua orang mengutarakan kebingungan mereka.Hampir semua orang refleks melihat ke Carla, lalu melihat wajah Carla pucat, bahkan tubuhnya juga sedikit gemetar.Kalau tadi Carla masih bisa berusaha untuk mempertahankan sikapnya.Namun, sekarang kalaupun sudah berusaha sekuat tenaga, juga tidak bisa menjaga sikapnya lagi.Carla menatap Hansen lalu berkata dengan suara lantang, "Kak Hansen, dari mana kamu menemukan orang ini? Jangan lupa, dia sudah mati ....""Carla."Sebelum Carla selesai bicara, dia dipotong oleh seseorang.Orang itu tidak lain adalah "Lala Nadine" yang tadi diperkenalkan Hansen.Suara itu serak, tidak enak didengar.Hati Carla seakan-akan bergetar, lalu di saat ini, Lala sudah melepaskan tangan Hansen dan berjalan ke depan Carla.Dia melepaskan kacamatanya dan tersenyum lembut. "Carla, lama nggak bertemu. Waktu itu aku juga mengira aku sudah pasti mati, tapi nggak kusangka .
"Kakek menyayangi Lala, baik di luar atau di rumah, Lala adalah nona pertama Keluarga Nadine! Ada orang yang bisa membuktikan hal ini!"Ada orang?"Siapa?" ujar seseorang.Hansen melihat ke satu tempat, lalu semua orang mengikuti arah pandangnya. Begitu melihat orang yang dimaksud Hansen, semua orang tertegun."Tuan Andreas?"Semua orang menggumam.Orang itu ... adalah Tuan Andreas!Semua orang teringat sesuatu dan tiba-tiba mengerti. "Benar, nona pertama Keluarga Nadine dan Tuan Andreas adalah teman sejak kecil, Tuan Andreas pasti tahu jelas!"Namun, apakah Tuan Andreas akan ikut campur dalam masalah ini?Saat ini, Andreas sedang bermain dengan cincin di tangannya, seakan-akan hanya fokus pada cincin itu, sama sekali tidak peduli dengan hal yang sedang terjadi.Sikapnya yang dingin itu membuat mata Lala menjadi suram.Carla pun seakan-akan melihat seberkas harapan, tapi dia tahu tadi dia sudah menyinggung Andreas, dia tidak berani mengatakan apa-apa. Dia hanya bisa berdoa dalam hati A
Nada suara Hansen terdengar menyindir.Waktu itu dia sudah curiga kalau Carla sengaja pergi ke pesta itu.Juga sengaja memberi tahu orang kalau dia adalah "nona pertama Keluarga Nadine"."Dia sengaja mengambil identitas milik Lala!" Hansen menatap Carla dengan tatapan menyalahkan."Bukan, nggak begitu!" Carla refleks mengelak, tapi setelah Andreas membuktikan identitas Lala sebagai nona pertama Keluarga Nadine, pikirannya sangat berantakan.Carla merasakan tatapan merendahkan orang-orang yang tertuju padanya.Dia juga jadi semakin tidak percaya diri.Namun, dia harus tetap berusaha mencari alasan. "Aku nggak sengaja, aku bukan mau menggantikan dia. Lala sudah nggak ada, aku cuma ingin mengenangnya ...."Mengenang?"Mengenang dengan cara mengambil identitasnya?" Nada Hansen sangat dingin, jelas tidak percaya dengan alasan ini."Bu ... bukan ...."Carla membuka mulut, tapi suaranya perlahan-lahan ditutupi oleh suara diskusi orang-orang."Benar, mana ada orang yang mengenang seseorang den
Perkenalan Hansen disela Lala.Hansen tertegun memproses kata-kata Lala."Sudah saling kenal? Kenapa aku nggak tahu?" Hansen sangat terkejut."Kita kenal di luar tadi, waktu itu aku nggak tahu dia adiknya Kakak, terus tadi pas pelelangan ...."Lala melihat ke Celine dengan ekspresi bersalah. "Tadi aku dengar itu pakaian yang pernah dipakai Kakek, jadi aku hilang kendali. Untungnya pakaian itu tetap jadi milikmu, kalau nggak aku bakal merasa sangat bersalah. Apa aku boleh memanggilmu Celly?"Dia terlihat berniat baik, juga melihatnya dengan tatapan berharap, Celine tidak bisa menolak."Tentu saja boleh."Celine kembali dari lamunannya, dia tersenyum juga sambil berkata, "Justru aku harus berterima kasih padamu, sudah membantuku tadi."Celine berterima kasih dengan tulus.Mereka berdua bisa dibilang baru bertemu dua kali.Oleh karena itu, Celine tetap merasa ada jarak di antara mereka.Namun, Lala tiba-tiba maju dan menggenggam tangan Celine. "Untuk apa berterima kasih padaku? Harusnya a
Hansen tentu saja tidak akan diam saja melihat nama baik Keluarga Nadine rusak. "Saudara-saudara, jamuannya tetap dilanjutkan. Semua transaksi di pelelangan hari ini disahkan oleh notaris, lalu akan digunakan untuk amal oleh organisasi amal yang sudah didirikan oleh Kakek. Hari ini saudara-saudara sudah berbuat banyak amal, nantinya Grup Nadine akan mengumumkan daftar namanya ke publik."Orang yang datang hari ini semuanya demi berbuat amal.Semua orang pun mengangguk."Saudara-saudara, saya akan menemani kalian semua untuk jamuan makan malam ini," ujar Hansen dengan lantang.Lala yang berdiri di sampingnya sangat senang mengingat situasi Carla tadi. Sekarang, dia sudah kembali jadi nona pertama Keluarga Nadine, dia harus menjaga citranya dengan baik.Oleh karena itu, dia menyarankan,"Kakak, apa aku juga boleh ikut menemani para tamu?""Tentu saja boleh!" Hansen menggenggam tangan Lala sambil berkata, "Kamu adalah bagian dari Keluarga Nadine, kamu itu nona pertama Keluarga Nadine, sud
Albert berbicara terus menerus.Tidak hanya Celine, bahkan Vicky yang baru saja datang langsung tertawa.Mereka berdua sekarang mata sedikit membelalak karena terkejut, bibir membentuk senyuman penuh makna.Ekspresi Albert semakin jelek, lalu dia kembali mengetuk kepala Celine. "Kamu kenapa ketawa? Aku bicara panjang lebar, kamu nggak dengar?""Dengar, dengar, aku dengar semuanya!" Celine mengelus kepalanya yang sakit.Namun, Albert tetap tidak puas. "Kulihat kamu nggak akan menurutiku!"Celine teringat kata-kata Albert tadi, dia tahu kalau Albert sedang mengkhawatirkannya, tapi ...."Lala ...." Meski tidak tahu apa yang dia rasakan terhadap Lala, suaranya yang serak memang membuat orang merasa kasihan padanya. "Selama ini, dia pasti sangat menderita di luar!"Albert tetap tidak setuju. "Kalau memang menderita, harusnya dia sudah pulang dari dulu, kenapa menunggu sampai sekarang!"Dia tidak merasa kalau kemunculan Lala yang tiba-tiba hanya karena kematian Richard."Intinya, jauhi dia!"
"Ce ... Ce ...."Mata Sarah membelalak, bahkan suaranya juga bergetar.Sarah setakut itu padanya?Celine tidak tahu apakah dia harus senang.Namun, sebagai orang yang hidup bersama selama bertahun-tahun, sekarang bertemu setelah berpisah sekian lama, Celine tersenyum sopan dan menyambutnya. "Aku Celine, kamu nggak salah lihat."Celine!Sarah menelan ludahnya tanpa sadar.Dia segera menunduk dengan panik, sama sekali tidak berani melihat Celine.Sebelumnya di Binara, Andreas menangkapnya lalu "menjaganya" selama beberapa saat. Setelah itu, setiap memikirkan pengalamannya itu, dia seakan-akan bermimpi buruk.Andreas sengaja "menjaganya" secara khusus karena Celine.Celine adalah wanita yang dicintai Andreas!Meski Sarah tidak rela putrinya Aurora mendapatkan cinta pria sehebat itu, Andreas orangnya terlalu kejam.Dia bahkan tidak berani merasa iri lagi terhadap Celine.Setelah Andreas pulang ke Mastika, Sarah tetap sangat hati-hati, selalu meringkuk di rumahnya, takut menarik perhatian A
Kalau Lily benar-benar ada kesempatan menyakiti Celine ....Beberapa saat ini, setiap kali terpikirkan hal ini, Hansen selalu merasa takut.Amarahnya terhadap Lala palsu pun semakin besar."Kamu sudah berusaha keras untuk wajah ini."Hansen menarik kembali pandangannya, waktu dia melihat Lily, tatapannya kembali dingin dan tajam, lalu dia memanggil sebuah nama. "Lily Maira!"Lily Maira ....Di saat dia kembali mendengar nama ini dari mulut orang lain, sebuah bagian di hati Lily seketika runtuh.Hansen ... sudah tahu.Mereka ... sudah tahu!Namun, dia tidak mau jadi Lily!"Aku bukan Lily." Mata Lily berkilau, perlahan-lahan muncul kegilaan di matanya yang menatap Hansen dengan tatapan memohon."Kakak, aku Lala, aku bukan Lily. Aku Lala!"Di akhir, nada suaranya sangat yakin.Seakan-akan kalau dia sendiri percaya dia itu Lala, berarti dia itu Lala.Saat ini, di benaknya hanya ada satu pikiran, yaitu dia tidak boleh mengaku kalau dia itu Lily, tidak boleh!Namun tiba-tiba, terdengar suara
Hansen kembali berkata.Berulang kali, hampir setiap tahun ada satu masalah.Lily tentu saja menjawab dia ingat, dia juga cuma bisa jawab ingat. Semakin lama, Lily bahkan tidak berani menjawab lebih dari satu kata.Karena setiap kali dia menjawab, Hansen selalu mencibir.Sampai akhirnya, Lily merasa dia hampir menggila, kepalanya sampai berkeringat.Bahkan dia sampai takut mendengar "kamu ingat, nggak?" dari mulut Hansen. Dia itu sebenarnya harusnya ingat atau tidak?Akhirnya, Hansen berhenti bertanya.Namun, dia melihat lurus ke Lily dengan tatapan yang membuat Lily gelisah."Kak, Kakak ...." Lily memanggilnya dengan canggung.Kebencian di mata Hansen sudah sangat jelas. "Aku bukan kakakmu, kalau aku itu kakakmu, kamu mana mungkin nggak ingat kalau aku sama sekali nggak pernah kasih Lala kalung mutiara. Pas dia umur sepuluh tahun, yang hilang itu adalah gelang mutiara."Wajah Lily langsung memucat, dia menghindari tatapan Hansen sambil sibuk menjelaskan, "Benar, itu gelang, aku salah
Tak lama kemudian, semua tamu sudah pergi.Seluruh vila ini hanya tersisa anggota Keluarga Nadine dan juga dua orang luar.Dua orang itu memakai topeng, tadi mereka bersembunyi di kerumunan. Lily ingat mereka, tapi dia tidak memperhatikan mereka. Namun sekarang, waktu melihat mereka, dia baru terkejut.Itu Donny dan Albert!Mereka bukannya sudah pergi membawa abu Celine ....Tidak, bukan.Celine saja masih hidup, mereka mana mungkin pergi membawa abu Celine?Meski Lily tidak ingin percaya apa yang ada di depannya, dia tetap harus menerima sebuah kenyataan.Ini hanyalah sebuah pertunjukan ....Sejak kapan pertunjukan ini dimulai?Lily teringat dengan ledakan di gudang rumah sakit jiwa itu, apakah dimulai dari waktu itu?Tidak, bukan.Mungkin lebih awal lagi."Kamu lagi berpikir kamu salahnya di bagian mana?" Celine menatap Lily dengan tatapan seolah-olah mau melihat pikirannya.Lily langsung sadar kembali lalu berusaha untuk tersenyum. "Apa maksudmu? Aku nggak mengerti. Celly, Kakak, ay
Semua orang yang hadir setuju dengan kata-kata Celine ini.Sebagai tokoh utama acara hari ini, semua orang memperhatikan Lala. Hari ini dia memang terlihat sangat senang, bahkan sampai rela mengeluarkan properti seharga 20 miliar sebagai hadiah.Namun sekarang, Bu Celine masih hidup, 69% saham itu sudah tidak ada. Entah properti 20 miliar itu jadi diberikan atau tidak.Tidak ada yang berani bertanya.Juga tidak ada yang tahu kalau saat ini Lily sangat marah.Dia menyesal.Dari kapan situasinya jadi makin parah begini? Sejak melepas topeng .... Nggak!Melihat gaun Celine yang sempurna, Lily baru sadar kalau dia ditipu. Dia ditipu oleh Celine dan Lina!Bahkan Hansen ....Lily tidak berani berpikir lebih panjang, karena dia tidak bisa menanggung akibatnya.Apa yang harus dia lakukan sekarang?Di benak Lily ada begitu banyak pertanyaan, banyak ketidakpastian, juga sangat banyak ketakutan yang terus bertambah. Dia ingin kabur, ingin segera meninggalkan situasi ini lalu menganalisa kondisiny
Bu Celine ... sepertinya tidak tahu tentang ini?Tadi meski memakai topeng, mereka sepertinya pernah melihat wanita yang memakai gaun merah ini. Kalau dia adalah Bu Celine, berarti dari tadi sudah ada di sini.Di acara ini, ada begitu banyak orang yang membicarakan pembagian saham hari ini, kalaupun tadinya tidak tahu, sekarang juga harusnya sudah tahu!Seketika, suasananya sangat aneh.Semua orang hening, mereka melihat Celine lalu melihat Lala yang masih duduk di tanah dengan wajah pucat. Akhirnya, mereka melihat Hansen yang dari tadi tidak bersuara.Saat ini, Hansen yang sudah melihat Celine tetap tenang.Sama sekali tidak seperti orang yang baru tahu kalau Celine masih hidup, malah seperti orang yang sudah tahu dari awal.Kemudian, Hansen tersenyum tipis dan berkata, "Pembagian saham apa?"Beberapa kata itu membuat semua orang tertegun.Terutama Lily.Dia yang pikirannya sangat berantakan tiba-tiba jernih gara-gara kata-kata Hansen itu."Kak, hari ini di kantor, kamu memimpin rapat
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak