"He, hehe ...." Wanita itu tertawa senang.Seakan-akan berhasil melampiaskan kekesalannya.Sementara Celine malah membelalak melihat kelakuannya. Namun, melihat sosok Bella yang menjauh, dia tahu kebencian Bella terhadapnya pasti akan semakin besar.Namun saat ini, dia merasa sangat puas.Ketika mereka saling bertatapan, mereka pun tertawa."Kalau begitu ... kita termasuk teman?" Wanita itu menatap Celine. Meski ditutupi kacamata, Celine bisa merasakan ketulusan di matanya."Tentu saja, kita teman!"Tidak hanya karena tadi wanita ini membantunya.Juga karena ....Celine merasa orang di depannya ini membuatnya merasa familier."Aku sudah harus pergi, aku ada janji sama orang lain." Wanita itu melihat jam, lalu berpamitan dengan buru-buru sama Celine, setelah itu dia berlari ke arah lift.Melihat sosok belakang itu, Celine tiba-tiba mengernyit.Kenapa untuk sesaat dia seakan-akan melihat Lily?Lily ....Bagaimana mungkin?Meski wanita tadi memakai kacamata hitam, wajahnya bukan wajah Lil
Banyak yang sudah tahu tujuan lain Carla mengadakan acara pelelangan malam ini, tapi mereka tidak mengungkapkannya."Aku mana tahu jadwal Tuan Andreas?" Meski bicara begitu, Carla tersipu.Membiarkan mereka salah paham.Namun, Andreas ....Dia sudah mengirimkan undangan untuk Andreas.Namun, dia tidak yakin apakah Andreas akan datang atau tidak.Namun ... agar Andreas datang, dia sudah melemparkan umpan, dan umpan itu ....Carla merasakan sebuah tatapan, waktu dia melihat ke sana, dia kebetulan melihat Celine sedang menghampirinya.Heh, sudah datang?Bagus kalau sudah datang!"Maaf, saya permisi dulu." Carla tersenyum dan langsung berjalan menghampiri Celine juga.Begitu sampai di depan Celine, Carla langsung merangkul lengan Celine dengan akrab.Celine mengernyit lalu berkata, "Aku sudah datang seperti yang kamu suruh. Kamu bilang kamu punya informasi tentang lokasi Lily, aku harap kamu nggak ingkar janji.""Aku tentu saja nggak bakal ingkar janji."Carla menatap Celine, senyumannya p
Cairan berwarna merah dituang ke kepala Carla. Sampai ketika rasa dingin itu menyadarkan Carla, dia baru berseru kaget."Ah!"Suara itu menutupi suara piano yang sedang mengalun.Semua orang seketika menoleh ke asal suara."Itu Nona Carla ....""Ada yang menuangnya dengan anggur merah ....""Siapa? Siapa seberani itu?"Sebelum amarah memenuhi hati Carla, dia mendengar suara orang-orang yang membelanya. Dia terpaksa menekan keinginannya untuk membalas Celine."Celly, apa yang kamu lakukan? Aku nggak melakukan apa-apa padamu!" Carla memasang wajah tidak adil.Celine tidak hanya sekali melihat kemampuan mengubah ekspresi secepat kilat ini.Membuatnya merasa kemampuan Carla hanya biasa-biasa saja.Celine tersenyum tipis lalu tiba-tiba mendekat Carla dan memberinya peringatan. "Carla, aku terima soal pakaian Kakek, tapi ini hukumanmu karena nggak menghormati benda peninggalan Kakek. Kalau nanti kamu lupa apa alasanku datang hari ini, menurutmu, apakah aku berani menyayat mukamu dengan gelas
Vicky datang bersama Albert, mereka dituntun pelayan ke tempat mereka. Kemudian, Vicky menyadari Albert sedang mencari-cari sesuatu dan langsung mengerti.Dia ikut melihat sekeliling lalu lebih dulu menemukan Celine. "Bos, Celly ada di sana!"Ketika melihat Celine, dia juga melihat Hansen.Mereka datang bersama?Mereka sepertinya sedang mengatakan sesuatu. Meski terpisah sangat jauh, dia tetap bisa melihat jelas senyuman di wajah Celine."Heh!"Albert menatap Hansen dengan ekspresi kesal.Di benaknya muncul keinginan untuk ke sana dan duduk di samping Celine."Tuan, Nona, acara pelelangannya sudah mau dimulai, ini tempat duduk kalian." Pelayan tadi mengingatkan mereka untuk duduk.Albert mengernyit.Melihat sekilas saja Vicky sudah tahu apa yang mau Albert lakukan. "Bos, di sana ... nggak ada kursi kosong. Di Mastika kita nggak boleh terlalu menonjol."Albert terdiam.Kemudian, dia melihat Hansen mengelus kepala Celine.Albert langsung mendengus dingin dan duduk dengan enggan.Aura cem
Owen juga segera ikut turun mobil."Tuan ...."Sebelum mengerti apa yang mau dilakukan Andreas, mereka sudah melihat Andreas melewati mobil-mobil di samping lalu mulai mengotak-atik sepeda sewaan yang ada di pinggir jalan.Apakah Tuan bermaksud ....Sampai ketika Andreas sudah pergi dengan sepeda, mereka berdua masih bengong.Setelah entah berapa lama, Owen berkata secara perlahan, "Bagaimana persiapan pesta pernikahan Tuan dan Nyonya?"Dulu waktu di Binara, Andreas sudah memerintah Gian untuk mempersiapkan pesta pernikahan."Semuanya sudah siap, tapi Nyonya ...." Sebelum selesai berbicara, Gian menghela napas panjang.Dia bisa melihat kalau tuannya belum mendapatkan Nyonya!Owen tentu saja juga tahu kalau yang paling penting adalah Nyonya!Setelah pernikahan antara Keluarga Jayadi dan Keluarga Bakri sebelumnya, Tuan selalu melihat cincin itu sambil tertawa tanpa alasan, tawanya itu penuh dengan penantian. Owen tidak pernah melihat tuannya tertawa seperti itu."Pernikahan ini seharusny
"Itu bukannya wanita yang tadi menuang anggur merah ke kepala Nona Carla?""Siapa dia? Apa aku ketinggalan berita? Kenapa aku nggak ingat di Mastika ada orang seperti ini?""Dua puluh miliar? Kalaupun kerajinan dan bahan pakaian ini sangat berkualitas, ditambah dengan nama Tuan Richard, tapi 20 miliar ... sudah melewati harga pakaian ini.""Memang benar, uangnya banyak juga, siapa dia?"Mulai terdengar suara orang-orang berdiskusi.Tiba-tiba, ada orang yang melihat Hansen yang duduk di sampingnya. "Lihat, itu sepertinya Tuan Muda Hansen!"Wanita itu duduk bersama Tuan Muda Hansen ...."Oh, aku ingat! Kalian lihat baik-baik, bukannya dia itu wanita muda yang membawa foto almarhum Tuan Richard waktu acara pemakamannya?"Begitu diingatkan, beberapa orang mulai ingat."Sepertinya iya ....""Apanya sepertinya iya? Memang iya!""Dia anggota Keluarga Nadine? Kenapa dulu nggak pernah melihatnya? Dia itu siapanya Keluarga Nadine?"Berbagai macam pertanyaan membuat orang-orang yang hadir penasar
Selama dua hari ini, Hansen terus mencari wanita yang muncul di kuburan itu, tapi tidak disangka hari ini akan melihatnya di sini.Begitu melihatnya, Hansen yakin kalau itu dia!Namun suaranya ....Kenapa jadi seperti itu?Tiba-tiba, Hansen merasa seakan-akan tidak bisa bernapas.Namun, saat ini tidak ada yang memperhatikan keanehannya.Seluruh perhatian Celine tertuju pada pakaian Richard.Nona itu mengajukan harga 40 miliar, suaranya tegas dan bertenaga.Namun, Celine juga sama, dia mau mengambil kembali pakaian Kakek!Dia baru bisa tenang kalau pakaian itu ada di tangannya!Celine kembali mengangkat papan nomornya. "Aku ajukan 50 miliar!"Dia juga langsung menambah 10 miliar!Ketika juru lelang yang terkejut mau berbicara,nona nomor 77 itu kembali mengangkat papan nomornya. "Enam puluh miliar ...."Enam puluh miliar ....Celine tidak menyangka dia akan sekeras kepala itu.Namun, Celine tetap tidak ragu-ragu. "80 miliar.""Seratus miliar ....""Seratus dua puluh miliar!"Mereka bahk
Begitu melihat Albert, Celine refleks menggumamkan namanya.Suara itu kecil, tapi di suasana yang hening ini, ada yang mendengarnya.Awalnya, Albert memasang ekspresi datar sambil melihat lurus ke depan.Namun, begitu merasakan tatapan Celine, meski tahu saat ini semua orang sedang melihatnya, dia tetap bertatapan dengan Celine lalu tersenyum lembut.Tatapan itu seakan-akan sedang berkata, hanya satu pakaian saja, Kak Albert dapatkan untukmu!Namun, dalam sekejap, dia mengalihkan tatapannya.Kembali memasang wajah datar seperti tadi. Kemudian, dia mengangkat dagunya seakan-akan sedang memberi tahu semua orang yang ada di sini.Siapa lagi yang mau ikut lelang, silakan!Sikapnya membuat wanita yang ada di sudut mengernyit.Saat ini, semua orang yang hadir juga melihat ke arahnya, seakan-akan sedang menunggunya mengajukan harga lagi.Namun, suara serak itu tidak terdengar lagi.Juru lelang juga kembali bersuara. "Tuan ini mengajukan harga 300 miliar, apakah ada orang yang mau mengajukan h