Sosok itu terus muncul di benak Hansen.Seakan-akan takut sosok itu kembali menghilang, Hansen akhirnya membuat keputusan."Celly, aku keluar sebentar."Hansen tetap mengelus kepala Celine dengan lembut seperti biasa.Celine melihat sosok punggung Hansen dengan kening berkerut.Aneh.Malam ini Hansen sangat aneh!Namun, kenapa?Apakah ada hubungannya dengan "kenalan lama" yang dia bicarakan semalam?Saat Celine masih berpikir, Hansen sudah berjalan keluar dari ruangan.Dia berlari kecil, mencari-cari sosok itu di sekeliling. Namun, hampir seluruh aula sudah dia cari, dia tetap tidak menemukan sosok itu. Tepat ketika dia sedang kecewa dan mengira akan kehilangan petunjuk tentangnya seperti beberapa hari yang lalu, di belakangnya terdengar suara seseorang."Kakak ...."Suara itu serak, membuat hati Hansen seakan-akan diremas.Dia langsung berbalik dan melihat orang yang berdiri beberapa meter di depannya. Wanita itu memakai baju hitam putih dan memakai kacamata hitam. Namun, senyumannya
Kalau pulang lebih cepat, Lala bisa bertemu dengan Kakek.Namun ....Kenapa tidak pulang lebih cepat?Muncul kesedihan di mata Lala. "Baik di sisi Kakek ataupun di Keluarga Nadine, mana ada tempat untukku lagi?"Waktu itu, mereka sangat jarang muncul di depan publik.Semua orang di luar tahu nona pertama Keluarga Nadine, tapi mereka tahu hanya ada satu nona pertama. Dulu dia juga adalah Nona Pertama Keluarga Nadine, tapi setelah kejadian tahun itu, Keluarga Nadine tidak mengumumkan apa-apa.Setelah tidak ada dia, Carla pun menjadi nona pertama Keluarga Nadine.Memikirkan hal ini, Lala pun tersenyum pahit.Hansen merasa seakan-akan ada sebuah pisau yang menusuk hatinya. Dia langsung merasa sangat bersalah. "Maaf, Lala, aku nggak seharusnya menanyakan ini. Waktu itu ...."Kejadian waktu itu sudah sangat lama.Waktu itu, semua tanda-tanda memberi tahu Hansen kalau Lala sudah mati.Namun dia tidak percaya, masih tetap mencari Lala.Namun suatu hari, Carla tidak sengaja masuk ke sebuah pest
Celine mengikuti arah pandang Hansen dengan tatapan penasaran.Dia pun bertatapan dengan seseorang.Wanita itu!Wanita yang tadi membantunya di pintu masuk lalu bersaing di pelelangan baju Kakek tadi!Wanita itu tetap memakai kacamata hitam.Awalnya Celine mengira wanita itu sedang melihatnya.Namun perlahan-lahan, dia sadar kalau dia salah sangka.Orang yang dilihat wanita itu bukan dia, melainkan ....Kakak!Wanita itu sedang melihat Hansen!Tidak hanya itu, Celine jelas-jelas melihat waktu mereka berdua bertatapan, mereka saling tersenyum lembut.Teringat kejadian semalam ....Celine langsung mengerti.Saat ini, dia 90 persen yakin kalau wanita yang memakai kacamata hitam itu adalah "kenalan lama" yang dimaksud Hansen semalam!Apakah seperti dugaannya ... wanita itu mantan kekasih Hansen?Melihat interaksi antara dua orang itu, Celine semakin yakin dengan tebakannya.Pelelangan di atas panggung tidak ada hubungannya dengannya.Celine hanya duduk diam di samping, mulai sibuk memperha
Entah siapa yang menanyakan hal ini.Nyonya Jayadi ... maksudnya tentu saja jadi istrinya Andreas!Semua orang melihat Carla dengan wajah ingin tahu, seakan-akan sedang menunggu jawabannya.Maksud Carla tentu saja adalah "Nyonya Jayadi".Namun, dia tidak boleh menunjukkannya dengan terlalu jelas.Carla tersenyum nakal lalu berkata, "Jangan bicara sembarangan, aku nggak bilang begitu."Meski begitu, senyuman itu membuat orang menebak-nebak.Carla melihat pintu masuk ruangan. Andreas belum masuk, dia pun menghela napas dan kembali berkata dengan lantang,"Benda yang aku siapkan hari ini adalah sebuah cincin yang kudapatkan beberapa saat lalu."Begitu Carla selesai bicara, seorang staf naik ke panggung dengan mendorong sebuah troli.Benda yang mau dilelang ditutupi dengan kain.Ketika mendengar Carla bilang kalau benda yang dilelang adalah sebuah cincin, hati Celine seakan-akan diremas. Secara refleks, dia langsung teringat dengan cincin berlian merah yang dipakai Carla dulu.Carla pun me
Dia secara refleks melihat ke Celine yang ada di sampingnya. Tepat ketika dia mau mengatakan sesuatu, terdengar ada suara dari pintu masuk.Suara itu lumayan besar.Banyak yang langsung melihat ke pintu.Ketika melihat orang yang masuk, semua orang tertegun.Tuan ... Andreas?Itu bukannya Tuan Andreas?Rambutnya sedikit basah, sepertinya basah karena keringat. Kemeja hitamnya sedikit terbuka di bagian atas, samar-samar menunjukkan dadanya. Napasnya yang masih terengah-engah seakan-akan baru saja melakukan olahraga ekstrem.Begitu memasuki hall pelelangan, Andreas langsung mencari Celine.Dia melihat ke sekeliling dan akhirnya menemukan Celine.Sayangnya hanya terlihat wajah sampingnya, Celine tidak melihat ke arahnya.Muncul kekecewaan di mata Andreas, tapi bisa melihat Celine saja dia sudah sangat puas.Andreas tidak ingin menimbulkan kehebohan, tapi pandangan orang-orang ini ....Dia mencari sebuah kursi kosong lalu duduk.Namun, tatapan-tatapan itu semakin penuh makna.Andreas menge
Tadi dia sudah membeli pakaian Tuan Richard dengan harga 600 miliar. Sekarang dia lagi-lagi mengajukan harga!Siapa dia?Kaya sekali!Celine entah kenapa merasa cemburu karena Andreas mengajukan harga. Suara Albert yang familier membuatnya sadar kembali lalu menoleh melihat Albert.Saat ini, Albert tersenyum tapi senyumnya terlihat mengandung niat buruk.Orang lain mungkin tidak menyadari "niat buruk" di balik senyuman itu, tapi Andreas melihatnya dengan jelas.Albert ... Apa yang mau dia lakukan?"Tuan nomor 95 mengajukan harga 400 miliar, apakah masih ada yang mau mengajukan harga lebih tinggi?"Seiring dengan suara juru lelang, seketika semua orang kembali melihat ke Andreas.Empat ratus miliar ....Dari semua orang di sini, sepertinya hanya Andreas yang mungkin akan mengajukan harga yang lebih tinggi!Seperti yang mereka duga, Andreas kembali mengajukan harga. "Enam ratus miliar."Enam ratus miliar?Seluruh ruangan hening sejenak.Namun, tanpa menunggu juru lelang mengulang, Albert
Carla tentu saja senang!Waktu itu di pertandingan desain nasional di Binara, sepasang cincin yang didesain Celine dibeli Andreas dengan harga 600 juta. Sekarang cincin ini dibeli Andreas dengan harga satu triliun.Hal ini pasti akan membuat Celine merasa hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk.Carla melihat ke arah Celine dengan sombong.Celine terlihat bengong, hatinya terasa sangat tidak nyaman.Meski dia tidak melihat cincin itu lagi, di benaknya terus muncul cincin itu. Di hatinya muncul berbagai macam tebakan yang terus dia singkirkan dengan berpura-pura tidak peduli.Suara Andreas yang terus mengajukan harga, menunjukkan keinginannya untuk mendapatkan cincin itu juga membuat hati Celine seakan-akan ditimpa batu, terasa sangat tidak nyaman."Celly ...." Tiba-tiba, Hansen yang ada di sebelahnya menggenggam tangannya.Celine melihat mata Hansen yang berusaha menghiburnya.Secara refleks, Celine memaksakan diri tersenyum. "Kak, aku nggak apa-apa."Namun, senyumnya terlihat sangat pahit,
Lelaki tampan wanita cantik, satunya kepala Keluarga Jayadi, satu lagi nona pertama Keluarga Nadine.Melihat mereka berdua berdiri bersama, semua orang merasa sangat serasi.Tatapan Nona Carla ke Tuan Andreas penuh cinta, bahkan juru lelang yang ada di atas juga merasa dirinya seperti obat nyamuk. Juru lelang segera menyerahkan cincin itu ke Carla lalu turun dari panggung.Di atas panggung tersisa dua orang.Dengan suasana yang semakin mesra, Carla bahkan tidak bisa menutupi perasaan gembiranya.Dia mengambil cincin di tangannya.Dia merencanakan semuanya ini awalnya hanya untuk membuat Celine tidak senang, untuk menjauhkan Celine dan Andreas, tapi sekarang dia menginginkan lebih.Dia berharap bisa berdiri di sisi Andreas seperti ini untuk selamanya, menerima tatapan kagum dari orang-orang.Di sisi Andreas hanya ada dia!"Nona Carla, cincinnya nggak mau dikasih ke aku?"Andreas tiba-tiba bersuara, desakannya ini membuatnya terlihat seakan-akan tidak sabar ingin mendapatkan cincin itu.
Hilangnya Andreas adalah sebuah rahasia.Namun, Nicholas adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang hal ini.Senyuman Celine berubah kaku sejenak, lalu sebuah senyuman pahit muncul. Dia tidak perlu berpura-pura kuat di depan Nicholas."Belum, tapi dia ... ada di Binara.""Kalau ada di Binara, harusnya sedikit lagi bakal ketemu."Celine menoleh lalu bertatapan dengan Nicholas. "Kak Nicholas, nggak usah khawatir, aku nggak apa-apa. Bagaimana denganmu? Belakangan bagaimana kabarnya? Terus Winny, belakangan ... aku nggak sempat memperhatikan dia."Dia sepertinya sudah sangat lama tidak berinisiatif menghubungi Winny. Setiap kali Winny mencarinya, dia juga tidak pernah menanyakan kondisi Winny.Celine merasa sedikit bersalah.Nicholas menyadari perasaan Celine dan segera menjawab, "Winny sangat baik, dia terapi setiap hari, membaik dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang ke Binara kali ini, dia berpesan padaku minta fotomu terus kirim ke dia, dia sangat merindukanmu."Celine mer
Benar, asalkan bisa menemukan Andreas, semuanya terbayarkan.Mereka saling menyemangati lewat telepon.Setelah mengakhiri panggilan, Celine melihat jam dan langsung teringat hari ini hari apa.Hari ini babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional.Beberapa hari ini, dia fokus mencari Andreas, melupakan soal kompetisi ini.Noni juga tidak mengingatkannya.Celine tahu, pasti Hansen yang ada di Mastika yang berpesan pada Noni jangan mengganggu Celine dengan permasalahan kompetisi.Namun hari ini, dia harus hadir.Celine pun menyemangati dirinya.Setelah selesai mandi dan berpakaian, sebelum dia keluar, dia memakai cincin yang diberikan Andreas padanya.Lokasi babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional ditentukan di tempat yang sama dengan tahun lalu.Pagi-pagi sekali, sudah ada banyak wartawan yang datang.Selain peserta, orang-orang yang boleh masuk adalah para orang berpengaruh di Binara.Sheryn berhasil masuk dan berbaur dengan kerumunan orang.Kalau bukan karena pria yang dia
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta