Owen juga segera ikut turun mobil."Tuan ...."Sebelum mengerti apa yang mau dilakukan Andreas, mereka sudah melihat Andreas melewati mobil-mobil di samping lalu mulai mengotak-atik sepeda sewaan yang ada di pinggir jalan.Apakah Tuan bermaksud ....Sampai ketika Andreas sudah pergi dengan sepeda, mereka berdua masih bengong.Setelah entah berapa lama, Owen berkata secara perlahan, "Bagaimana persiapan pesta pernikahan Tuan dan Nyonya?"Dulu waktu di Binara, Andreas sudah memerintah Gian untuk mempersiapkan pesta pernikahan."Semuanya sudah siap, tapi Nyonya ...." Sebelum selesai berbicara, Gian menghela napas panjang.Dia bisa melihat kalau tuannya belum mendapatkan Nyonya!Owen tentu saja juga tahu kalau yang paling penting adalah Nyonya!Setelah pernikahan antara Keluarga Jayadi dan Keluarga Bakri sebelumnya, Tuan selalu melihat cincin itu sambil tertawa tanpa alasan, tawanya itu penuh dengan penantian. Owen tidak pernah melihat tuannya tertawa seperti itu."Pernikahan ini seharusny
"Itu bukannya wanita yang tadi menuang anggur merah ke kepala Nona Carla?""Siapa dia? Apa aku ketinggalan berita? Kenapa aku nggak ingat di Mastika ada orang seperti ini?""Dua puluh miliar? Kalaupun kerajinan dan bahan pakaian ini sangat berkualitas, ditambah dengan nama Tuan Richard, tapi 20 miliar ... sudah melewati harga pakaian ini.""Memang benar, uangnya banyak juga, siapa dia?"Mulai terdengar suara orang-orang berdiskusi.Tiba-tiba, ada orang yang melihat Hansen yang duduk di sampingnya. "Lihat, itu sepertinya Tuan Muda Hansen!"Wanita itu duduk bersama Tuan Muda Hansen ...."Oh, aku ingat! Kalian lihat baik-baik, bukannya dia itu wanita muda yang membawa foto almarhum Tuan Richard waktu acara pemakamannya?"Begitu diingatkan, beberapa orang mulai ingat."Sepertinya iya ....""Apanya sepertinya iya? Memang iya!""Dia anggota Keluarga Nadine? Kenapa dulu nggak pernah melihatnya? Dia itu siapanya Keluarga Nadine?"Berbagai macam pertanyaan membuat orang-orang yang hadir penasar
Selama dua hari ini, Hansen terus mencari wanita yang muncul di kuburan itu, tapi tidak disangka hari ini akan melihatnya di sini.Begitu melihatnya, Hansen yakin kalau itu dia!Namun suaranya ....Kenapa jadi seperti itu?Tiba-tiba, Hansen merasa seakan-akan tidak bisa bernapas.Namun, saat ini tidak ada yang memperhatikan keanehannya.Seluruh perhatian Celine tertuju pada pakaian Richard.Nona itu mengajukan harga 40 miliar, suaranya tegas dan bertenaga.Namun, Celine juga sama, dia mau mengambil kembali pakaian Kakek!Dia baru bisa tenang kalau pakaian itu ada di tangannya!Celine kembali mengangkat papan nomornya. "Aku ajukan 50 miliar!"Dia juga langsung menambah 10 miliar!Ketika juru lelang yang terkejut mau berbicara,nona nomor 77 itu kembali mengangkat papan nomornya. "Enam puluh miliar ...."Enam puluh miliar ....Celine tidak menyangka dia akan sekeras kepala itu.Namun, Celine tetap tidak ragu-ragu. "80 miliar.""Seratus miliar ....""Seratus dua puluh miliar!"Mereka bahk
Begitu melihat Albert, Celine refleks menggumamkan namanya.Suara itu kecil, tapi di suasana yang hening ini, ada yang mendengarnya.Awalnya, Albert memasang ekspresi datar sambil melihat lurus ke depan.Namun, begitu merasakan tatapan Celine, meski tahu saat ini semua orang sedang melihatnya, dia tetap bertatapan dengan Celine lalu tersenyum lembut.Tatapan itu seakan-akan sedang berkata, hanya satu pakaian saja, Kak Albert dapatkan untukmu!Namun, dalam sekejap, dia mengalihkan tatapannya.Kembali memasang wajah datar seperti tadi. Kemudian, dia mengangkat dagunya seakan-akan sedang memberi tahu semua orang yang ada di sini.Siapa lagi yang mau ikut lelang, silakan!Sikapnya membuat wanita yang ada di sudut mengernyit.Saat ini, semua orang yang hadir juga melihat ke arahnya, seakan-akan sedang menunggunya mengajukan harga lagi.Namun, suara serak itu tidak terdengar lagi.Juru lelang juga kembali bersuara. "Tuan ini mengajukan harga 300 miliar, apakah ada orang yang mau mengajukan h
Sosok itu terus muncul di benak Hansen.Seakan-akan takut sosok itu kembali menghilang, Hansen akhirnya membuat keputusan."Celly, aku keluar sebentar."Hansen tetap mengelus kepala Celine dengan lembut seperti biasa.Celine melihat sosok punggung Hansen dengan kening berkerut.Aneh.Malam ini Hansen sangat aneh!Namun, kenapa?Apakah ada hubungannya dengan "kenalan lama" yang dia bicarakan semalam?Saat Celine masih berpikir, Hansen sudah berjalan keluar dari ruangan.Dia berlari kecil, mencari-cari sosok itu di sekeliling. Namun, hampir seluruh aula sudah dia cari, dia tetap tidak menemukan sosok itu. Tepat ketika dia sedang kecewa dan mengira akan kehilangan petunjuk tentangnya seperti beberapa hari yang lalu, di belakangnya terdengar suara seseorang."Kakak ...."Suara itu serak, membuat hati Hansen seakan-akan diremas.Dia langsung berbalik dan melihat orang yang berdiri beberapa meter di depannya. Wanita itu memakai baju hitam putih dan memakai kacamata hitam. Namun, senyumannya
Kalau pulang lebih cepat, Lala bisa bertemu dengan Kakek.Namun ....Kenapa tidak pulang lebih cepat?Muncul kesedihan di mata Lala. "Baik di sisi Kakek ataupun di Keluarga Nadine, mana ada tempat untukku lagi?"Waktu itu, mereka sangat jarang muncul di depan publik.Semua orang di luar tahu nona pertama Keluarga Nadine, tapi mereka tahu hanya ada satu nona pertama. Dulu dia juga adalah Nona Pertama Keluarga Nadine, tapi setelah kejadian tahun itu, Keluarga Nadine tidak mengumumkan apa-apa.Setelah tidak ada dia, Carla pun menjadi nona pertama Keluarga Nadine.Memikirkan hal ini, Lala pun tersenyum pahit.Hansen merasa seakan-akan ada sebuah pisau yang menusuk hatinya. Dia langsung merasa sangat bersalah. "Maaf, Lala, aku nggak seharusnya menanyakan ini. Waktu itu ...."Kejadian waktu itu sudah sangat lama.Waktu itu, semua tanda-tanda memberi tahu Hansen kalau Lala sudah mati.Namun dia tidak percaya, masih tetap mencari Lala.Namun suatu hari, Carla tidak sengaja masuk ke sebuah pest
Celine mengikuti arah pandang Hansen dengan tatapan penasaran.Dia pun bertatapan dengan seseorang.Wanita itu!Wanita yang tadi membantunya di pintu masuk lalu bersaing di pelelangan baju Kakek tadi!Wanita itu tetap memakai kacamata hitam.Awalnya Celine mengira wanita itu sedang melihatnya.Namun perlahan-lahan, dia sadar kalau dia salah sangka.Orang yang dilihat wanita itu bukan dia, melainkan ....Kakak!Wanita itu sedang melihat Hansen!Tidak hanya itu, Celine jelas-jelas melihat waktu mereka berdua bertatapan, mereka saling tersenyum lembut.Teringat kejadian semalam ....Celine langsung mengerti.Saat ini, dia 90 persen yakin kalau wanita yang memakai kacamata hitam itu adalah "kenalan lama" yang dimaksud Hansen semalam!Apakah seperti dugaannya ... wanita itu mantan kekasih Hansen?Melihat interaksi antara dua orang itu, Celine semakin yakin dengan tebakannya.Pelelangan di atas panggung tidak ada hubungannya dengannya.Celine hanya duduk diam di samping, mulai sibuk memperha
Entah siapa yang menanyakan hal ini.Nyonya Jayadi ... maksudnya tentu saja jadi istrinya Andreas!Semua orang melihat Carla dengan wajah ingin tahu, seakan-akan sedang menunggu jawabannya.Maksud Carla tentu saja adalah "Nyonya Jayadi".Namun, dia tidak boleh menunjukkannya dengan terlalu jelas.Carla tersenyum nakal lalu berkata, "Jangan bicara sembarangan, aku nggak bilang begitu."Meski begitu, senyuman itu membuat orang menebak-nebak.Carla melihat pintu masuk ruangan. Andreas belum masuk, dia pun menghela napas dan kembali berkata dengan lantang,"Benda yang aku siapkan hari ini adalah sebuah cincin yang kudapatkan beberapa saat lalu."Begitu Carla selesai bicara, seorang staf naik ke panggung dengan mendorong sebuah troli.Benda yang mau dilelang ditutupi dengan kain.Ketika mendengar Carla bilang kalau benda yang dilelang adalah sebuah cincin, hati Celine seakan-akan diremas. Secara refleks, dia langsung teringat dengan cincin berlian merah yang dipakai Carla dulu.Carla pun me
Hilangnya Andreas adalah sebuah rahasia.Namun, Nicholas adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu tentang hal ini.Senyuman Celine berubah kaku sejenak, lalu sebuah senyuman pahit muncul. Dia tidak perlu berpura-pura kuat di depan Nicholas."Belum, tapi dia ... ada di Binara.""Kalau ada di Binara, harusnya sedikit lagi bakal ketemu."Celine menoleh lalu bertatapan dengan Nicholas. "Kak Nicholas, nggak usah khawatir, aku nggak apa-apa. Bagaimana denganmu? Belakangan bagaimana kabarnya? Terus Winny, belakangan ... aku nggak sempat memperhatikan dia."Dia sepertinya sudah sangat lama tidak berinisiatif menghubungi Winny. Setiap kali Winny mencarinya, dia juga tidak pernah menanyakan kondisi Winny.Celine merasa sedikit bersalah.Nicholas menyadari perasaan Celine dan segera menjawab, "Winny sangat baik, dia terapi setiap hari, membaik dengan sangat cepat. Sebelum aku pulang ke Binara kali ini, dia berpesan padaku minta fotomu terus kirim ke dia, dia sangat merindukanmu."Celine mer
Benar, asalkan bisa menemukan Andreas, semuanya terbayarkan.Mereka saling menyemangati lewat telepon.Setelah mengakhiri panggilan, Celine melihat jam dan langsung teringat hari ini hari apa.Hari ini babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional.Beberapa hari ini, dia fokus mencari Andreas, melupakan soal kompetisi ini.Noni juga tidak mengingatkannya.Celine tahu, pasti Hansen yang ada di Mastika yang berpesan pada Noni jangan mengganggu Celine dengan permasalahan kompetisi.Namun hari ini, dia harus hadir.Celine pun menyemangati dirinya.Setelah selesai mandi dan berpakaian, sebelum dia keluar, dia memakai cincin yang diberikan Andreas padanya.Lokasi babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional ditentukan di tempat yang sama dengan tahun lalu.Pagi-pagi sekali, sudah ada banyak wartawan yang datang.Selain peserta, orang-orang yang boleh masuk adalah para orang berpengaruh di Binara.Sheryn berhasil masuk dan berbaur dengan kerumunan orang.Kalau bukan karena pria yang dia
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta