Albert berpikir dengan serius.Dia minum sambil terkadang melirik Andreas, seakan-akan ada banyak ide yang bisa merusak kehormatan Andreas muncul, tapi ditolak.Andreas minum dengan ekspresi santai.Seakan-akan apa pun permintaan Albert, dia akan menyetujuinya.Akhirnya setelah entah berapa lama, Albert tersenyum, jelas sudah memutuskan apa yang mau dia minta dari Andreas.Albert melihat ke sekeliling bar.Setiap wanita yang bertatapan dengannya langsung merona.Albert melihat setiap wanita yang dandanannya berbeda-beda, lalu akhirnya tatapannya berhenti di satu tempat."Kamu lihat orang itu?" Albert minum seteguk lalu mengangkat dagunya, menyuruh Andreas melihat ke sana.Andreas pun mengikuti arah pandangnya.Dia melihat di sebuah meja bar tidak jauh dari mereka, duduk seorang pria.Pria itu wajahnya biasa saja, tidak ada yang unik, tapi Andreas menyadari kalau pria itu sedang melihat mereka, apalagi tatapannya ....Membara, sangat tertarik ....Waktu pria itu melihat mereka sedang me
"Boleh minum bersama?" ujar Andreas sambil mengangkat gelasnya.Ketika menanyakan kalimat ini, dia tiba-tiba menyadari kalau kalimat ini sangat familier. Tadi waktu menyapa Albert, dia juga menanyakan kalimat ini ....Satu kalimat yang sangat biasa ini punya makna yang berbeda di situasi yang berbeda.Ketika Andreas masih merenung, pria yang dia sapa itu terkejut. "Tentu saja boleh, sini, duduk di sini."Pria itu bicara sambil menarik kursi untuk Andreas.Andreas tidak mau duduk di kursi itu, tapi dia memaksakan dirinya. Namun, waktu dia sudah duduk, dia bisa merasakan kalau lengan pria itu mengitari punggungnya.Gerakan ini membuat mereka terlihat sangat mesra.Andreas merasa jijik di dalam hati.Selain Celine, dia tidak suka terlalu dekat dengan wanita lain, apalagi pria.Saat ini, Andreas ingin sekali balik dan memberi Albert pelajaran, tapi demi perjanjian kerja sama itu, dia terpaksa menahan diri.Setelah mendapatkan perjanjian dengan Keluarga Tjangnaka, neneknya bakal senang, Cel
Apa yang dia lakukan semalam?Begitu Gian bertanya, Andreas langsung meliriknya dengan tatapan dingin.Tatapan itu seakan-akan mau membunuhnya.Juga memberinya peringatan, kalau sampai ada yang mengungkit semalam lagi, dia akan menghukum orang itu!Gian merinding lalu segera menekan rasa penasarannya. "Nggak jadi, nggak jadi tanya."Mungkin karena terpengaruh dengan tatapan menakutkan tadi, Gian jadi panik dan mulai menyanjung Andreas. "Memang Tuan paling hebat, seorang diri saja sudah mengalahkan usaha orang-orang lain selama ratusan hari! Tuan benar-benar cerdas, Tuan ...."Dia sudah menyanjung sekuat tenaga begini, Tuan pasti tidak akan memarahinya karena menanyakan hal yang tidak patut ditanyakan, 'kan?Namun, kenapa ekspresi Tuan malah jadi makin buruk?"Tuan ...." Gian tiba-tiba merasa minder dan penuh waspada."Kamu sepertinya nggak ada kerjaan?" Andreas menatap Gian dengan tatapan membunuh.Gian tahu, sanjungannya yang dipikirnya efektif itu malah jadi menuang minyak ke api.Sa
Kalau sampai dia ketahuan menguping, suasananya pasti akan canggung. Secara refleks, Celine langsung berbalik dan pergi ke belokan untuk bersembunyi di balik dinding.Dia mendengar suara langkah kaki yang menjauh.Setelah sengaja menunggu sebentar, Celine baru berjalan keluar dari belokan.Dia mengira mereka sudah pergi, tapi ternyata begitu dia keluar, dia melihat Sheryn yang berdiri di samping pintu tangga darurat.Celine tertegun sejenak, dan di saat ini, Sheryn menoleh dan mereka pun bertatapan.Suasana di sekitar sangat aneh.Untungnya Celine segera bereaksi, dia tersenyum dan berusaha untuk menyapa Sheryn senatural mungkin. "Sheryn, kamu juga di sini?"Setiap kali dia dan Nicholas gantian, Sheryn selalu menemani Nicholas.Dia seperti seorang istri yang bijaksana, selalu menjaga Nicholas di sisinya.Sheryn yang sadar kembali refleks mengelap air mata di wajahnya.Sambil mengelap, sambil tersenyum senang."Kak Celly, maaf membuatmu melihatku menangis. Sebelumnya aku dengar orang bi
Sheryn bisa kuliah di Universitas Binara dengan bantuan finansial dari Celine.Di Binara, dia bekerja paruh waktu di restoran mewah, sudah sering sekali melihat orang kaya. Dia tahu hanya karena kesalahan kecil, dia mungkin akan dimarahi habis-habisan.Dia sudah terbiasa bersikap hati-hati.Saat ini, suara klakson mobil itu seakan-akan memancing refleksnya."Maaf ...." Sheryn menunduk dan terus meminta maaf.Dia tidak sanggup menyinggung orang kaya di Binara, apalagi di Mastika.Jendela mobil mewah itu turun secara perlahan, Fera melihat Sheryn dan seketika tertegun, dia seakan-akan melihat dirinya yang dulu.Namun, dalam sekejap, Fera sadar kembali.Dia melirik Sheryn sekilas lalu seketika tersenyum dan turun dari mobil menghampiri Sheryn."Nona, kamu nggak terkejut, 'kan?" Fera tersenyum penuh perhatian.Suaranya terdengar sangat baik hati, membuat Sheryn tertegun sejenak.Dia perlahan-lahan mendongak. Waktu melihat nyonya kaya di depannya, dia terlihat terpesona. Dia tidak bergerak
"Berteman mana mungkin lihat pantas atau nggak? Aku merasa sangat cocok denganmu, aku suka sekali denganmu." Fera menepuk-nepuk tangan Fera.Perlahan-lahan, Sheryn jadi lebih rileks.Dia melihat Fera dan bertanya, "Kamu perlu bantuan apa?""Sangat simpel, aku dengar Celine bisa desain perhiasan, aku mau minta dia desain satu set perhiasan untukku. Malam ini aku kebetulan ada waktu, apa kamu bisa tolong bawa dia ke alamat ini?"Fera menyerahkan sebuah kertas ke Sheryn."Gunung Salma nomor 1?"Sheryn tidak tahu tempat apa ini.Tanpa menunggu Sheryn mengatakan sesuatu, Fera menepuk tangannya dengan lembut. "Aku yakin kamu bisa. Malam ini jam tujuh, aku tunggu di sana."Sampai ketika Sheryn sudah turun, dia masih tetap bengong.Mobil mewah tadi sudah tidak terlihat, tapi kertas yang ada di genggamannya mengingatkannya kalau kejadian tadi benar terjadi."Gunung Salma nomor 1 .... Celine ...."Sheryn melihat alamat yang tertulis di kertas.Selain alamat, tertulis sebuah nomor telepon.Dia ti
Sheryn?Sheryn kenapa bisa menelepon dia?Setidaknya di ingatan Celine, mereka sudah sangat jarang berhubungan lewat telepon.Terutama saat bertemu di Mastika, Celine merasa Sheryn seakan-akan berubah jadi orang yang berbeda.Setelah terkejut sesaat, mendengar Sheryn sedang menangis, Celine segera menenangkannya. "Sheryn? Apa yang terjadi? Kamu jangan takut, jelaskan pelan-pelan."Perhatian Celine tulus dan bertenaga.Kalau saat ini Sheryn benar-benar sedang dalam bahaya, pasti bisa merasa tenang.Sheryn tertegun sejenak, tapi hanya dalam sekejap, dia membuang suatu emosi dan kembali menangis dengan panik."Kak Celly, maaf, aku membohongimu. Tadi pagi di rumah sakit, aku bukan menangis karena bahagia.""Acara pernikahan kami harusnya di lusa, aku meminta Nicholas pulang ke Binara bersama untuk menikah, tapi dia menolak. Dia bilang mau mengundur acara pernikahannya ...."Celine tidak menyangka Sheryn akan mengungkit hal ini.Sementara saat ini suara Sheryn masih terdengar di telepon."A
Kalaupun Celine mau mencari bukti, dia hanya akan mendapat notifikasi kalau ponsel Nicholas mati.Sheryn mengelus perutnya sambil tersenyum sinis."Kak Celly, maaf ya."Meski dia meminta maaf, di matanya sama sekali tidak ada tanda-tanda merasa bersalah.Setelah beberapa saat, dia teringat dengan nyonya itu dan segera menelepon nomor yang tertulis di kertas.Panggilan hanya berdering dua kali sebelum diangkat."Halo?" Terdengar suara dari seberang telepon.Sheryn berkata dengan penuh hati-hati, "Ini aku, Nyonya.""Oh, Nona Sheryn. Sudah selesai?" Suara Fera terdengar seperti sedang tersenyum, tapi matanya penuh dengan kedinginan."Nyonya, aku hanya bisa menyuruh Celine melewati tempat yang kamu bilang. Aku ... aku hanya bisa membantu sampai sini."Sheryn sudah memikirkan berbagai macam cara, tapi hanya satu ini yang kemungkinan dia ketahuan paling kecil.Dia tahu, dari penampilan nyonya itu, dia punya cara untuk membuat Celine pergi ke sana!Seperti yang dia duga, Fera segera berkata s