Kalaupun Celine mau mencari bukti, dia hanya akan mendapat notifikasi kalau ponsel Nicholas mati.Sheryn mengelus perutnya sambil tersenyum sinis."Kak Celly, maaf ya."Meski dia meminta maaf, di matanya sama sekali tidak ada tanda-tanda merasa bersalah.Setelah beberapa saat, dia teringat dengan nyonya itu dan segera menelepon nomor yang tertulis di kertas.Panggilan hanya berdering dua kali sebelum diangkat."Halo?" Terdengar suara dari seberang telepon.Sheryn berkata dengan penuh hati-hati, "Ini aku, Nyonya.""Oh, Nona Sheryn. Sudah selesai?" Suara Fera terdengar seperti sedang tersenyum, tapi matanya penuh dengan kedinginan."Nyonya, aku hanya bisa menyuruh Celine melewati tempat yang kamu bilang. Aku ... aku hanya bisa membantu sampai sini."Sheryn sudah memikirkan berbagai macam cara, tapi hanya satu ini yang kemungkinan dia ketahuan paling kecil.Dia tahu, dari penampilan nyonya itu, dia punya cara untuk membuat Celine pergi ke sana!Seperti yang dia duga, Fera segera berkata s
"Nenek, waktu aku syuting, aku pernah bertemu dengan seorang senior yang sudah veteran. Dia sangat suka bunga peony, juga sangat ahli dalam menanam bunga peony.""Peony kuning ini dia tanam dengan sangat susah payah, aku bujuk sekian lama dia baru rela memberikannya ke aku.""Terus bunga magnolia ini juga koleksi seorang ahli botani, dia sangat menyukainya.""Terus yang ini ...."Bella menjelaskan setiap bunga seakan-akan sedang memberi harta berharga ke Yuni.Setelah hari itu dia dan Andreas "tidur bersama" di hotel, sikap Yuni sangat dingin. Dia terus mencari kesempatan untuk memperbaiki kesan Yuni terhadapnya.Oleh karena itu, dia sudah mencari tahu hobi Yuni.Namun, sebelumnya dia tidak punya kesempatan, sekarang akhirnya dia mendapat undangan dari Yuni ke jamuan keluarga.Kebetulan, dia pun membawa bunga-bunga terkenal yang sebelumnya sudah dia dapatkan untuk menyanjung Yuni.Melihat Yuni yang mengamati tanaman-tanaman ini, Bella tahu kalau kali ini dia sudah berhasil.Seperti yan
Sedangkan Inez ... sudah mulai tidak tahan lagi!Dia mau menggunakan segala cara untuk mengeluarkan Timothy dari kantor polisi.Oleh karena itu, malam ini dia memutuskan untuk datang."Kata Nenek, Tuan Andreas mau membawa tamu ke sini. Apa maksudnya?"Waktu masih di taman bunga Bella sudah sangat penasaran.Dia dari tadi menebak-nebak. Sekarang sudah pindah ke ruang tamu, di sana ada Inez, juga ada Fera, jadi Bella akhirnya bertanya."Andreas mau membawa tamu?"Fera terlihat terkejut, seakan-akan tidak tahu sama sekali tentang ini.Bella melirik Fera sekilas, sikapnya terhadap Fera terlihat dingin.Meski Fera adalah istrinya Omar, dengar-dengar Andreas tidak suka dengan ibu tiri muda ini. Dia adalah calon istrinya Andreas, dia tentu saja juga tidak suka dengan Fera.Bella sengaja geser ke samping Inez dan berkata, "Tante, apa kamu tahu siapa yang mau dibawa Tuan Andreas?"Inez mana mungkin tahu?Suasana hati Inez sedang buruk, nada suaranya juga jadi terdengar ketus. "Nggak tahu."Reak
"Aku memberi beberapa tanaman ke Nyonya Tua, semua itu tanaman-tanaman terkenal, aku sampai menghabiskan banyak uang. Untungnya Nyonya Tua suka, kesannya terhadapku juga sudah jauh lebih baik!"Namun, baru saja dia selesai bicara, di dapur sebelah terdengar suara orang mengobrol."Tadi Nona Bella tanya aku, siapa tamu yang mau dibawa Tuan Andreas hari ini.""Kamu jawab?""Aku mana berani? Di sini kediaman Keluarga Jayadi! Apalagi Nyonya Tua sudah berpesan, terus ini menyangkut Tuan Andreas. Kalaupun punya sepuluh nyali, aku juga nggak berani memberi tahu orang luar masalah tuan rumah!"Orang luar?Bella merasa seakan-akan ditampar mendengar kata-kata ini.Beda kalau tadi Inez yang mengatainya, sekarang mendengar orang lain mendiskusikannya di belakang, gengsinya membuatnya ingin langsung pergi memberi orang-orang itu pelajaran.Bella mengepalkan tangannya, tapi baru saja melangkah, Inez sudah menariknya kembali.Bella terdiam.Dia langsung berbalik, tapi sebelum sempat mengatakan sesua
Di saat yang sama, di persimpangan jalan di luar kediaman.Di pinggir jalan berhenti sebuah mobil. Di dalamnya, Carla sedang duduk di kursi pengemudi matanya terlihat tidak fokus, hatinya sedang mengalami dilema yang sangat dalam.Dia melihat kegelapan yang menyelimuti jalanan sambil menggigit bibirnya. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang."Tante Fera ...."Suara Carla bergetar.Di seberang telepon adalah Fera yang tadinya duduk di ruang tamu. Setelah Bella dan Inez pergi, dia juga naik ke lantai dua.Saat ini, di kamar dia berada, dia bisa melihat ke jalanan di luar kediaman.Mendengar suara Carla, Fera tersenyum tipis. "Kenapa? Kamu tegang?"Tegang!Carla memang merasa tegang.Karena hal yang akan terjadi nanti juga berbahaya untuknya.Kalau tidak dikendalikan dengan baik ...."Tante Fera, aku takut, bisa ... pakai cara yang lain?" mata Carla berkelebat.Namun, baru saja dia bertanya, orang di seberang telepon sudah bertanya lebih banyak."Kamu mau membuatnya dat
Di lantai dua, Fera tersenyum puas."Apa yang terjadi?" tanya Omar yang baru saja keluar dari ruangan melukis.Begitu tahu Omar ada di belakang, Fera langsung menyimpan kembali senyumannya lalu berbalik menghadap Omar dengan ekspresi khawatir. "Coba kita pergi lihat."Pergi lihat sekalian bawa orangnya masuk!Mereka berdua pun turun.Sementara di bawah, Inez dan Bella yang baru saja masuk juga terkejut setengah mati karena suara keras itu."Sepertinya ... ada yang tabrakan ...."Bella berbalik melihat ke arah asal suara.Baru saja dia bicara, dia melihat Fera dan Omar berjalan keluar dengan terburu-buru.Dia bertatapan dengan Inez lalu ikut berlari keluar.Di dalam ruang baca Yuni.Waktu suara keras itu terdengar, Andreas merasa hatinya sakit, lalu dia juga jadi susah bernapas.Ada apa dengannya?Andreas mengelus dadanya, kelopak matanya terus berkedut.Hanya Yuni yang sedang memegang perjanjian kerja sama Grup Jayadi dan Grup Tjangnaka yang sama sekali tidak terpengaruh oleh suara itu
Yuni mana mungkin tidak tahu?Tadi waktu menerima telepon, Andreas seperti kehilangan rohnya, bahkan tidak peduli Yuni sedang bicara dan langsung berlari keluar. Siapa lagi orang yang bisa membuatnya panik begitu kalau bukan Celine?Agar Celine tidak perlu datang hari ini, cucunya ini bahkan menggunakan kerja sama dengan Grup Angkasa untuk meredakan amarahnya.Celine Maira ....Yuni menjadi semakin penasaran dengan Nona Celine ini."Aku jadi penasaran, gadis dari Binara ini sebenarnya sehebat apa, sampai-sampai bisa membuat cucuku ini terpesona sampai seperti ini!"Yuni meletakkan perjanjian kerja sama di tangannya.Kemudian, dia mengambil tongkat berjalannya dan berjalan keluar dengan santai.Di saat Andreas menerima telepon, Albert yang berada di Jade Garden juga menerima telepon yang sama."Kecelakaan? Terus dia bagaimana?" Albert yang tadinya mau minum-minum santai, langsung meletakkan gelasnya dan berjalan keluar.Melihat gerak-geriknya, Vicky yang duduk di samping juga segera men
Carla juga dibantu keluar dari mobil.Tidak ada yang tahu interaksi antara dia dan Fera, juga tidak ada yang tahu kebenaran dari "kecelakaan" ini.Semua orang ikut masuk kembali ke kediaman.Di jalanan yang lebih maju dari kediaman Keluarga Jayadi, Sheryn masih terus "menunggu".Dia berkali-kali melihat jam, lalu melihat ke ujung jalan yang tetap hening. "Harusnya sudah berhasil!"Nyonya itu sudah membawa Celine masuk, kalau tidak, sekarang Celine harusnya sudah sampai.Saat ini, Nicholas juga harusnya sudah bangun!Nicholas memang sudah bangun.Waktu dia bangun, seluruh kamarnya gelap gulita. Dia mengulurkan tangannya ke meja samping kasur untuk mengambil ponselnya dan melihat jam, tapi setelah sekian lama, dia tidak menemukan ponselnya.Dia segera membuka lampu kamar dan baru melihat kalau ponselnya dan juga chargernya jatuh ke lantai.Sebelum tidur, dia mengecas ponselnya ....Nicholas mengernyit, tapi langsung mengerti.Mungkin waktu dia tidur, tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.