Suara staf itu menyebar ke seluruh aula dengan bantuan mikrofon."Selamat kepada tamu beruntung hari ini. Hadiah yang Anda dapatkan adalah ... Surat rekomendasi untuk Sekolah Tari Kerajaan Skarlat!"Seiring dengan ucapan itu, suasana di aula hening seketika.Sebagian besar tamu di sini adalah penari atau orang-orang yang terlibat di dunia tari.Sekolah Tari Kerajaan Skarlat adalah tempat impian semua penari.Di benak mereka, terngiang-ngiang "Sekolah Tari Kerajaan Skarlat", seakan-akan sedang memastikan kalau yang mereka dengar tadi itu nyata.Setelah beberapa saat, orang-orang baru mulai berseru kaget."Surat rekomendasi untuk Sekolah Tari Kerajaan Skarlat .... Ini bukannya sama dengan diterima menjadi murid di sana?""Astaga, hadiahnya ternyata ini, tapi kenapa yang beruntung bukan aku?""Tapi dia bukan anggota tim tari kita ...."Semua orang melihat Celine, ada yang iri, ada juga yang berharap dia bukan penari. Mereka berharap dia menolak hadiah ini lalu penyelenggara kembali mengam
Ketika dia kembali, dia akan membawa kabar baik ini ke Winny.Setelah keluar dari aula, Celine mengikuti staf belok beberapa kali di gedung acara ini lalu naik ke sebuah lift.Namun, staf itu berdiri di luar lift, tidak ikut masuk.Celine bingung. "Kamu nggak ikut naik?""Bos sudah berpesan meminta Anda naik sendiri," ujar staf itu.Bos yang dimaksud staf itu kembali meyakinkan Celine kalau orang dibalik semua ini adalah Andreas. Begitu memikirkan akan menghadapi Andreas sendiri, Celine berusaha untuk tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, seiring dengan tertutupnya pintu lift, rasa sakit di hatinya tadi kembali terasa, kelopak matanya terus berkedut, seakan-akan ada firasat buruk.Perasaan itu terus mengikuti Celine sampai suara lift terdengar. Lift itu berhenti di lantai paling atas lalu pintunya terbuka. Celine melihat sebuah kamar yang sangat luas ....Di bawah,Andreas yang tadi menerima telepon kembali ke aula. Ketika dia mencari Celine, dia tidak melihat soso
Sementara wanita yang Timothy sukai itu ....Bagus kalau wanita itu tipe yang suka harta dan ketenaran, tapi malam ini dia terus memperhatikan Winny. Winny bukanlah wanita yang materialistis.Dia sepertinya dibesarkan dengan sangat baik. Ketika mendengar surat rekomendasi Sekolah Tari Kerajaan Skarlat, lalu mendengar temannya menanyakan soal memberikan hadiah itu ke orang lain ....Di mata Winny hanya ada impian dan mimpi.Impian?Heh .... Orang seperti ini takutnya akan merasa seperti masuk neraka saat jatuh ke tangan Timothy.Wanita itu tersenyum sinis, dalam hatinya tidak ada rasa kasihan.Melihat para penari yang mengelilingi Winny perlahan-lahan bubar dan sibuk minum-minum, tidak ada yang memperhatikan Winny lagi, wanita itu memberi kode pada salah satu "staf" di sana.Setelah itu, "staf" itu langsung menghampiri Winny.Sebelum staf itu mendekat, Winny sudah mengenalinya. Tadi staf ini yang membawa Celine pergi.Winny melihat ke belakang staf itu, tapi tidak melihat Celine.Seketi
Ke toilet?Winny melihat ke sekitar, sepertinya sedang mencari toilet.Timothy melihat kekhawatiran Winny terhadap Celine. Dia pun melambaikan tangannya ke Winny dan berkata, "Nona Winny, sini duduk dulu."Winny mengalihkan tatapannya dan melihat baik-baik pria yang duduk di sofa itu.Kemeja hitam, kaca mata emas, umurnya terlihat seperti dua puluhan tahun. Jelas-jelas pria itu sedang tersenyum ramah, tapi Winny merasa sangat tidak nyaman dengan tatapannya."Sini duduk, minum teh dulu. Nanti Nona Celine sudah balik kita bicarakan masalah surat rekomendasi Sekolah Tari Kerajaan Skarlat."Timothy menuangkan segelas teh untuk Winny.Winny ragu-ragu sejenak lalu akhirnya berjalan menghampiri Timothy.Timothy menyadari sesuatu saat melihat Winny lebih rileks ketika dia mengungkit Celine.Setelah Winny duduk, Timothy terus mengungkit Celine. "Kata Nona Celine, kamu dan dia adalah sahabat terbaik?""Iya."Winny agak waspada, dia sengaja duduk di tempat yang paling jauh dari Timothy.Timothy a
Winny menggertakkan giginya karena tidak dijawab, dia berseru, "Mana Celly? Apa yang kalian lakukan padanya?""Kamu bukannya seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri?"Terdengar suara pria di belakangnya.Winny merasa jantungnya seakan-akan berhenti berdetak, dia menoleh dengan susah payah.Dia melihat pria yang tadi duduk di sofa sedang berjalan menghampirinya, senyuman di wajahnya membuatnya merinding."Siapa kamu?" Winny berusaha untuk menopang diri sendiri agar dia bersandar pada dinding, dia tidak mau terbaring lemas di lantai."Kamu nggak tahu aku?"Timothy sudah bisa menebak kalau Winny tidak tahu identitasnya.Namun, begini juga bagus.Timothy terkekeh, tatapannya ke Winny semakin berani."Aku bermarga Jayadi! Demi kamu, aku melakukan banyak hal, misalnya ... mensponsori pertunjukan hari ini, lalu menyediakan tempat untuk acara penutupan."Demi dia?Pria di depannya ini membuat Winny merasa takut.Namun, saat ini masih ada satu hal yang harus dia pastikan. "Mana Celine?"Timot
Celine naik mobil, tapi melihat di mobil itu tidak ada kuncinya, jadi tidak bisa dinyalakan.Di jalanan tidak ada orang, juga tidak ada mobil lain.Celine terpaksa berjalan mengikuti peta. Baterai ponselnya sudah hampir habis, Celine juga tidak mengenali jalanan di Mastika.Oleh karena itu, dia terpaksa berlari sambil berusaha mengingat jalan yang ditunjukkan peta.Akhirnya, sebelum baterai ponselnya benar-benar habis, dia melihat ada sebuah sepeda sewaan di pinggir jalan. Setelah memindai kode QR di atasnya, Celine mengendarai sepeda itu ke gedung acara tadi.Angin malam berembus, Celine entah kenapa merasa dingin.Kedinginan itu bersatu dengan kekhawatiran di hatinya.Ingin sekali rasanya dia segera muncul di sisi Winny dan memastikan kalau Winny baik-baik saja, memastikan kalau ponsel Winny hanya hilang dan Winny sekarang sedang berdansa.Namun, mengingat semua yang terjadi malam ini, Celine semakin gelisah.Tempat acara yang tiba-tiba diganti .... Gedung acara milik Grup Jayadi ...
Di belakang ada orang yang berjalan menghampirinya lalu menempel di punggungnya.Orang itu bukan Celine!Andreas sangat familier dengan tubuh Celine.Andreas refleks mencengkeram tangan yang merangkulnya dari belakang, tenaganya seakan-akan ingin mematahkan tulang orang itu. "Siapa kamu!"Bella berseru kaget.Dia jelas-jelas melihat Andreas sudah meminum anggur merah itu, kenapa tenaganya masih sekuat ini?"Aku ...." Meski kamar ini gelap gulita, Bella tetap ketakutan merasakan aura yang dipancarkan Andreas.Untuk sesaat, dia tidak berani menyebut namanya.Dia ketakutan, tapi juga iri.Dia tidak ingin mengakui perasaan Andreas terhadap Celine, tapi dia tetap harus menggunakan anting-anting Celine untuk menjebak Andreas.Tadi, seharusnya karena satu anting itu yang membuat Andreas meminum anggur merah itu tanpa ragu."Apa yang kamu lakukan ke Celine?" Suara Andreas kembali terdengar.Kali ini, cengkeramannya semakin kuat.Bella merasa tangannya akan segera patah.Dia menggigit bibirnya
Namun, setelah berdering sekian lama, tidak ada yang menerima panggilan.Bella melempar ponselnya dengan kesal. Dia tidak rela, malam ini dia harus memastikan hubungannya dengan Andreas karena bagaimanapun juga, dia sudah menghubungi media dan Inez.Besok pagi-pagi, mereka akan kebetulan muncul di sini dan melihat "hubungan" antara dia dan Andreas.Bella menatap Andreas, wajahnya benar-benar tampan.Bella tidak peduli akibatnya kalau sampai Andreas tahu dia menjebaknya. Asalkan Keluarga Bakri dan media memberinya tekanan, meski dia adalah Kepala Keluarga Jayadi, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa padanya.Sementara untuk kesan Andreas terhadapnya, asalkan mereka menikah, dengan pesona dan juga triknya, dia yakin bisa menjatuhkan Andreas dengan mudah.Sementara kesempatan sekarang ini adalah kesempatan yang paling bagus.Oleh karena itu, dia harus menggenggamnya erat-erat!"Andreas, kamu itu milikku. Posisi Nyonya Keluarga Jayadi juga milikku!"Bella bertekad mendapatkannya.Dia meng
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja