Winny tidak tahu pria ini mau membawanya ke mana, tapi dia punya firasat kalau tempat itu sudah pasti bukan tempat yang bagus.Seperti dugaannya ....Timothy berjalan ke sebuah meja kerja lalu memencet sebuah tombol, sebuah pintu rahasia pun terbuka.Tubuh Winny sangat lemas, tapi kesadarannya sangat jelas.Dia jelas-jelas melihat di belakang pintu rahasia itu ada kamar lain. Penerangan di kamar itu sangat bagus, lalu berbagai macam "mainan" yang memalukan membuat Winny ingin muntah.Orang ini punya hobi unik!"Suka, nggak?" Timothy menunduk melihat semua reaksi Winny.Kekagetan dan kejijikan di wajah polos Winny membuatnya tertawa."Kamu ...." Kalau di situasi biasa, Winny pasti sudah memarahinya "psikopat".Namun sekarang, dia masih di bawah kendali pria ini, dia masih tidak boleh membuat pria ini marah.Namun, dia juga tidak bisa memaksakan diri untuk memuji.Setelah berhenti sejenak, senyuman di wajah Timothy semakin lebar. "Nggak apa-apa, kamu boleh memarahiku psikopat!"Winny ter
Suka yang mana, pilih sendiri ....Setiap kali Winny melihat satu "mainan", hatinya dipenuhi dengan kejijikan.Namun, dia tetap melihat ke sekitar secara perlahan, seakan-akan memang sedang memilih. Dia sedang mengulur waktu.Tadi setelah dia meminum air itu, tangannya mulai bertenaga. Kelihatannya pria ini berhasil "dibujuk" olehnya dan memberinya obat penawar dari obat yang sebelumnya.Namun, meski dia sudah sedikit bertenaga, masih tidak cukup untuk melawan orang ini.Oleh karena itu, dia perlu waktu.Di saat yang sama, dia melihat alat-alat mesum itu, benar-benar sedang memilih.Memilih satu yang bisa dia gunakan.Tiba-tiba dia melihat sebuah cambuk, matanya pun berhenti di sana. "Aku suka yang itu."Timothy mengikuti arah pandang Winny. Begitu melihat cambuk itu, senyumannya terlihat jahat tapi juga nakal. "Oke, ikut kata kamu!"Timothy sangat bersemangat.Dia segera pergi mengambil cambuk itu. Ketika berbalik dan berjalan menghampiri Winny, Winny jelas melihat kekejaman di mata T
Gerakan Winny sangat lincah, dalam sekejap dia sudah memborgol Timothy di kaki kasur."Keluarga Jayadi bukan pemimpin mutlak!"Winny dulunya tidak punya perasaan apa-apa pada Keluarga Jayadi. Namun sekarang, dia hanya merasa jijik dan benci.Setelah itu, Winny berbalik.Dia ingin segera meninggalkan tempat ini. Dia hanya benar-benar aman setelah keluar dari gedung acara ini.Winny membuka pintu kamar rahasia, lalu lari ke lift.Timothy sudah bernapas normal, hatinya dipenuhi dengan amarah.Winny mau kabur? Dia akan membuktikan kalau itu hanya mimpi belaka!Saat ini, Timothy tidak punya ponsel, tapi di ruang rahasia ini ada satu alat yang bisa mengirim sinyal. Timothy melihat suatu tempat yang tidak menonjol.Dia mengulurkan tangannya lalu dengan mudah memencet sebuah tombol.Tombol itu terhubung dengan ponsel pengawalnya. Tidak sampai semenit, pengawalnya akan segera datang, Winny tetap tidak akan bisa kabur!Di luar kamar rahasia,Winny baru saja mendekati lift saat pintu lift terbuka
"Apanya masalah besar?"Timothy tidak setuju, dia bahkan malas melihat ke luar jendela.Ekspresi Inez semakin jelek. "Ada yang mati memangnya bukan masalah besar?"Timothy terkekeh lalu berkata dengan nada dingin, "Memangnya kenapa? Sebelumnya bukannya sudah pernah? Bukannya tetap bisa disembunyikan dengan mudah? Ibu, ingat bantu aku urus masalah ini!"Setelah itu, Timothy mengakhiri panggilan.Inez merasa sangat kesal. Meski setiap kali dia bisa mengurus hal ini dengan baik, seiring bertambahnya korban, pasti akan ada masalah.Dia tidak pernah memberi tahu Renald tentang perbuatan anaknya ini.Kalau Renald sampai tahu, takutnya dia akan semakin mendukung anak haram yang dia sembunyikan di luar!Anak haram itu ....Inez menghirup napas dalam-dalam, untuk sementara dia tidak berencana memberi tahu keberadaan anak haram itu ke Timothy. Dia mencari nomor tadi lalu mengirimkan sebuah pesan."Aku akan mengurus masalah ini, tapi lain kali jangan ulangi lagi, fokus ke pekerjaanmu. Bikin penca
"Dokter ... ambulans ...." Celine mulai menangis karena panik.Pengawal tadi mendesaknya, "Kamu kenapa masih belum pergi? Cepat pergi, kita sudah menelepon ambulans, mereka akan segera datang."Celine tidak percaya.Orang ini menyatakan kalau ini kecelakaan, tapi Celine tidak percaya.Untuk apa mereka mengusir semua orang?Celine menggenggam satu tangan Winny, lalu mengelus lembut wajah Winny yang berdarah sambil diam-diam menenangkannya, bahwa dia tidak akan meninggalkannya!Melihat Celine tidak bergerak, pengawal itu maju untuk menariknya, tapi seketika Celine mencengkeram pergelangan tangannya dan melemparnya dengan bantuan bahunya. Pengawal itu dibanting ke lantai dan meringis kesakitan.Pengawal lainnya tidak menyangka kalau wanita ini ternyata bisa berkelahi, mereka pun mulai waspada.Namun, mereka tidak takut.Wanita yang pernah berlatih ilmu bela diri juga tidak mungkin bisa menang melawan beberapa pengawal.Celine mematahkan pergelangan tangan pengawal yang terjatuh tadi.Kemu
Melihat situasinya tidak bagus, para pengawal tidak berani melawan Hansen, mereka terpaksa pergi."Winny ...." Celine berusaha sekuat tenaga untuk berdiri lalu berjalan terpincang-pincang menghampiri Winny. Dia menggenggam tangan Winny dengan tangan yang gemetar.Dia menyentuh detak nadi di pergelangan tangannya baru menghela napas lega."Kak, Winny ... Winny ...." Air mata mengalir deras dari mata Celine, wajahnya dipenuhi ekspresi panik.Dia bahkan tidak berani menyentuh Winny sembarangan, takut memperparah kondisinya.Hansen melihat kekhawatiran di wajah Celine, dia segera menenangkan Celine. "Jangan khawatir, aku sudah panggil ambulans, mereka bakal segera datang."Di Mastika, Keluarga Nadine punya rumah sakit swasta sendiri.Hanya dalam beberapa menit, bahkan tanpa kehebohan, ambulans itu sudah membawa Winny pergi.Pengawal tadi naik ke atas untuk melaporkan situasi ini ke Timothy, tapi sekarang Timothy sudah tidak ada di kamar tadi.Setelah menelepon Inez, dia pergi lewat pintu b
Setelah mengakhiri panggilan, Nicholas langsung berjalan ke pintu. Namun, begitu dia sampai di pintu, wanita di belakangnya mengejarnya sambil berkata, "Nicho, apa terjadi sesuatu pada Kak Celly? Aku mau ikut, bagaimanapun juga, kita harus membantu Kak Celly."Nicholas melirik wanita itu lalu tidak mengatakan apa-apa, yang berarti dia memperbolehkan wanita itu ikut dengannya.Nicholas naik pesawat yang paling cepat. Waktu tiba di bandara Mastika, langit masih gelap.Dia langsung ke rumah sakit mengikuti alamat yang dikirim Hansen.Namun, wanita yang datang bersamanya tidak ingin dia seburu-buru itu demi menemui Celine. "Nicho, kita bisa cari hotel untuk istirahat bentar, nggak? Aku agak lelah."Nicholas melihatnya sekilas dengan kening berkerut.Sekarang seluruh hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran terhadap Winny, tentu saja dia berkata dengan agak ketus, "Kamu cari satu hotel terus istirahat dulu sendiri."Setelah itu, Nicholas langsung mencari taksi.Wanita itu agak kesal, tapi tidak
Sheryn tahu kalau dia terus bersikeras tinggal di sini, hanya akan membuat Nicholas membencinya.Oleh karena itu, dia mengangguk lalu pergi menyapa Celine dan pergi.Di luar ruang operasi, suasananya sangat tegang, bahkan suara napas saja bisa terdengar jelas.Ketika langit mulai cerah, lampu ruang operasi akhirnya padam.Begitu pintu terbuka, Celine segera maju untuk menahan dokter yang keluar. "Bagaimana keadaannya?"Suara Celine terus bergetar."Nyawanya sudah selamat, tapi ... karena jatuh dari tempat yang tinggi, ada banyak tulangnya yang patah. Kami sudah melakukan perbaikan, tapi setelahnya harus lihat kondisi pemulihannya. Proses pemulihannya juga akan sangat menyakitkan."Suara dokter terngiang-ngiang di telinga Celine.Nyawanya selamat ....Bagus kalau nyawanya selamat.Untuk pemulihan ... dia akan menemani Winny!Hasil akhirnya tidak seperti yang dia takutkan, hati Celine yang tegang akhirnya merasa lega, tubuhnya yang dari tadi dipaksa untuk bertahan seketika lemas.Celine