Suka yang mana, pilih sendiri ....Setiap kali Winny melihat satu "mainan", hatinya dipenuhi dengan kejijikan.Namun, dia tetap melihat ke sekitar secara perlahan, seakan-akan memang sedang memilih. Dia sedang mengulur waktu.Tadi setelah dia meminum air itu, tangannya mulai bertenaga. Kelihatannya pria ini berhasil "dibujuk" olehnya dan memberinya obat penawar dari obat yang sebelumnya.Namun, meski dia sudah sedikit bertenaga, masih tidak cukup untuk melawan orang ini.Oleh karena itu, dia perlu waktu.Di saat yang sama, dia melihat alat-alat mesum itu, benar-benar sedang memilih.Memilih satu yang bisa dia gunakan.Tiba-tiba dia melihat sebuah cambuk, matanya pun berhenti di sana. "Aku suka yang itu."Timothy mengikuti arah pandang Winny. Begitu melihat cambuk itu, senyumannya terlihat jahat tapi juga nakal. "Oke, ikut kata kamu!"Timothy sangat bersemangat.Dia segera pergi mengambil cambuk itu. Ketika berbalik dan berjalan menghampiri Winny, Winny jelas melihat kekejaman di mata T
Gerakan Winny sangat lincah, dalam sekejap dia sudah memborgol Timothy di kaki kasur."Keluarga Jayadi bukan pemimpin mutlak!"Winny dulunya tidak punya perasaan apa-apa pada Keluarga Jayadi. Namun sekarang, dia hanya merasa jijik dan benci.Setelah itu, Winny berbalik.Dia ingin segera meninggalkan tempat ini. Dia hanya benar-benar aman setelah keluar dari gedung acara ini.Winny membuka pintu kamar rahasia, lalu lari ke lift.Timothy sudah bernapas normal, hatinya dipenuhi dengan amarah.Winny mau kabur? Dia akan membuktikan kalau itu hanya mimpi belaka!Saat ini, Timothy tidak punya ponsel, tapi di ruang rahasia ini ada satu alat yang bisa mengirim sinyal. Timothy melihat suatu tempat yang tidak menonjol.Dia mengulurkan tangannya lalu dengan mudah memencet sebuah tombol.Tombol itu terhubung dengan ponsel pengawalnya. Tidak sampai semenit, pengawalnya akan segera datang, Winny tetap tidak akan bisa kabur!Di luar kamar rahasia,Winny baru saja mendekati lift saat pintu lift terbuka
"Apanya masalah besar?"Timothy tidak setuju, dia bahkan malas melihat ke luar jendela.Ekspresi Inez semakin jelek. "Ada yang mati memangnya bukan masalah besar?"Timothy terkekeh lalu berkata dengan nada dingin, "Memangnya kenapa? Sebelumnya bukannya sudah pernah? Bukannya tetap bisa disembunyikan dengan mudah? Ibu, ingat bantu aku urus masalah ini!"Setelah itu, Timothy mengakhiri panggilan.Inez merasa sangat kesal. Meski setiap kali dia bisa mengurus hal ini dengan baik, seiring bertambahnya korban, pasti akan ada masalah.Dia tidak pernah memberi tahu Renald tentang perbuatan anaknya ini.Kalau Renald sampai tahu, takutnya dia akan semakin mendukung anak haram yang dia sembunyikan di luar!Anak haram itu ....Inez menghirup napas dalam-dalam, untuk sementara dia tidak berencana memberi tahu keberadaan anak haram itu ke Timothy. Dia mencari nomor tadi lalu mengirimkan sebuah pesan."Aku akan mengurus masalah ini, tapi lain kali jangan ulangi lagi, fokus ke pekerjaanmu. Bikin penca
"Dokter ... ambulans ...." Celine mulai menangis karena panik.Pengawal tadi mendesaknya, "Kamu kenapa masih belum pergi? Cepat pergi, kita sudah menelepon ambulans, mereka akan segera datang."Celine tidak percaya.Orang ini menyatakan kalau ini kecelakaan, tapi Celine tidak percaya.Untuk apa mereka mengusir semua orang?Celine menggenggam satu tangan Winny, lalu mengelus lembut wajah Winny yang berdarah sambil diam-diam menenangkannya, bahwa dia tidak akan meninggalkannya!Melihat Celine tidak bergerak, pengawal itu maju untuk menariknya, tapi seketika Celine mencengkeram pergelangan tangannya dan melemparnya dengan bantuan bahunya. Pengawal itu dibanting ke lantai dan meringis kesakitan.Pengawal lainnya tidak menyangka kalau wanita ini ternyata bisa berkelahi, mereka pun mulai waspada.Namun, mereka tidak takut.Wanita yang pernah berlatih ilmu bela diri juga tidak mungkin bisa menang melawan beberapa pengawal.Celine mematahkan pergelangan tangan pengawal yang terjatuh tadi.Kemu
Melihat situasinya tidak bagus, para pengawal tidak berani melawan Hansen, mereka terpaksa pergi."Winny ...." Celine berusaha sekuat tenaga untuk berdiri lalu berjalan terpincang-pincang menghampiri Winny. Dia menggenggam tangan Winny dengan tangan yang gemetar.Dia menyentuh detak nadi di pergelangan tangannya baru menghela napas lega."Kak, Winny ... Winny ...." Air mata mengalir deras dari mata Celine, wajahnya dipenuhi ekspresi panik.Dia bahkan tidak berani menyentuh Winny sembarangan, takut memperparah kondisinya.Hansen melihat kekhawatiran di wajah Celine, dia segera menenangkan Celine. "Jangan khawatir, aku sudah panggil ambulans, mereka bakal segera datang."Di Mastika, Keluarga Nadine punya rumah sakit swasta sendiri.Hanya dalam beberapa menit, bahkan tanpa kehebohan, ambulans itu sudah membawa Winny pergi.Pengawal tadi naik ke atas untuk melaporkan situasi ini ke Timothy, tapi sekarang Timothy sudah tidak ada di kamar tadi.Setelah menelepon Inez, dia pergi lewat pintu b
Setelah mengakhiri panggilan, Nicholas langsung berjalan ke pintu. Namun, begitu dia sampai di pintu, wanita di belakangnya mengejarnya sambil berkata, "Nicho, apa terjadi sesuatu pada Kak Celly? Aku mau ikut, bagaimanapun juga, kita harus membantu Kak Celly."Nicholas melirik wanita itu lalu tidak mengatakan apa-apa, yang berarti dia memperbolehkan wanita itu ikut dengannya.Nicholas naik pesawat yang paling cepat. Waktu tiba di bandara Mastika, langit masih gelap.Dia langsung ke rumah sakit mengikuti alamat yang dikirim Hansen.Namun, wanita yang datang bersamanya tidak ingin dia seburu-buru itu demi menemui Celine. "Nicho, kita bisa cari hotel untuk istirahat bentar, nggak? Aku agak lelah."Nicholas melihatnya sekilas dengan kening berkerut.Sekarang seluruh hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran terhadap Winny, tentu saja dia berkata dengan agak ketus, "Kamu cari satu hotel terus istirahat dulu sendiri."Setelah itu, Nicholas langsung mencari taksi.Wanita itu agak kesal, tapi tidak
Sheryn tahu kalau dia terus bersikeras tinggal di sini, hanya akan membuat Nicholas membencinya.Oleh karena itu, dia mengangguk lalu pergi menyapa Celine dan pergi.Di luar ruang operasi, suasananya sangat tegang, bahkan suara napas saja bisa terdengar jelas.Ketika langit mulai cerah, lampu ruang operasi akhirnya padam.Begitu pintu terbuka, Celine segera maju untuk menahan dokter yang keluar. "Bagaimana keadaannya?"Suara Celine terus bergetar."Nyawanya sudah selamat, tapi ... karena jatuh dari tempat yang tinggi, ada banyak tulangnya yang patah. Kami sudah melakukan perbaikan, tapi setelahnya harus lihat kondisi pemulihannya. Proses pemulihannya juga akan sangat menyakitkan."Suara dokter terngiang-ngiang di telinga Celine.Nyawanya selamat ....Bagus kalau nyawanya selamat.Untuk pemulihan ... dia akan menemani Winny!Hasil akhirnya tidak seperti yang dia takutkan, hati Celine yang tegang akhirnya merasa lega, tubuhnya yang dari tadi dipaksa untuk bertahan seketika lemas.Celine
Inez melihat jam, lalu mulai melihat ke sekitar seperti sedang mencari sesuatu.Baru saja mereka berdua tiba di depan pintu restoran, tiba-tiba sekelompok orang turun dari mobil dan berkumpul bersama. Suara mereka langsung menarik perhatian Yuni.Orang Keluarga Bakri?Yuni langsung mengenali mereka lalu dia melihat Inez dengan tatapan bingung. "Kakakmu dan kakak iparmu? Heh, kebetulan sekali!"Inez tertawa canggung.Dalam hati berpikir mereka akhirnya datang juga.Saat ini, dia juga sudah tidak peduli lagi, dia segera menyapa anggota Keluarga Bakri. "Kak, Kakak Ipar, kalian kenapa sepanik itu? Apa yang terjadi?"Inez pura-pura bertanya, dia berusaha untuk berakting meyakinkan di depan Yuni."Terjadi sesuatu pada Bella." Orang yang berbicara adalah ibunya Bella, dia terlihat panik seakan-akan Bella sedang dalam bahaya.Inez pun pura-pura terkejut. "Bella ... ada apa dengan Bella?"Ibunya Bella sudah mulai menangis."Bella juga nggak cerita dengan jelas. Satu jam yang lalu, aku ditelepon
Seakan-akan dia tidak tertarik sama sekali dengan cincin itu.Sementara kata "bagus" itu juga hanya komentar objektif, atau mungkin diucapkan hanya untuk membuat Lala senang.Lala sangat senang dengan reaksi Andreas ini.Beberapa hari ini, dia terus mengamati Andreas.Kelihatannya cuci otak Gion kali ini sangat sempurna. Andreas tidak jadi gila, juga sepertinya melupakan semua hal yang berhubungan dengan Celine.Bagus sekali!"Kalau begitu, aku mau yang ini. Boleh, 'kan, Kak Tuvin?" Mata Lala dipenuhi dengan cinta.Seperti yang sudah dia duga, Andreas menjawab, "Boleh.""Kalau begitu, aku bungkus cincin pasangan ini," ujar penjaga toko.Namun, baru saja dia selesai bicara, Lala malah berkata, "Nggak mau sepasang, aku cuma mau yang model wanita, yang pria nggak usah.""Tapi ...." Bukannya mereka sepasang kekasih?Cincin ini bukan untuk tunangan atau cincin nikah? Jadi cincin kekasih juga bagus.Lala menyadari reaksi penjaga toko itu.Dia pun terkekeh."Cincin ini memang bagus, tapi ini
Lala sangat puas dengan hadiah yang akan dia berikan ke Celine.Juga sangat puas melihat tampang Andreas yang sempurna di depannya. Melihat jarak mereka yang sangat dekat, dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kesenangan di hatinya."Kak Tuvin ...." Lala tiba-tiba mendekati Andreas.Namun, Andreas malah mundur selangkah.Reaksinya ini jelas adalah refleks.Sejak Andreas sadarkan diri, berapa kali pun Gion mencuci otaknya dan terus memberitahunya kalau Lala adalah tunangannya,bahwa hubungan mereka sangat dekat,setiap kali Lala mau mendekat, Andreas selalu menghindar.Senyuman di wajah Lala jadi kaku, tapi dia segera kembali normal."Kak Tuvin, besok kita sudah mau pergi. Mulai besok, di sanalah rumah kita. Nanti waktu sudah sampai, kamu teruskan sekolahmu, aku bakal menemanimu.""Kak Tuvin, kamu boleh kasih aku sebuah hadiah?"Lala mendongak melihat Andreas, matanya penuh dengan harapan, sama sekali tidak ada hal lain."Boleh." Andreas tidak ada alasan untuk menolak.Lala tahu dia ti
Manajer hotel itu pun menceritakan semua yang terjadi hari itu dengan sangat mendetail.Mendengar ceritanya, hati Celine sangat bergejolak."Berarti benar!"Malam itu bukan mimpi, melainkan Andreas yang asli!"Aku sudah pernah menemuinya."Celine bergumam, bibirnya membentuk sebuah senyuman yang paling tulus dalam dua bulan ini.Dia juga perlahan-lahan semakin bersemangat. Dia melihat ke Albert dan Dylan sambil berkata, "Hari itu aku bertemu dengannya!"Albert dan Dylan saling bertatapan.Meski mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi malam itu, mereka percaya dengan Celine.Atau mungkin, Celine dan Andreas tidak hanya pernah bertemu.Andreas bahkan sedang melindungi Celine.Melihat Celine tersenyum, Albert juga ikut tersenyum.Dylan juga menghela napas lega.Dari informasi-informasi ini, mereka sudah bisa membuktikan kalau Andreas baik-baik saja. Hanya masalah waktu ... sampai dia kembali.Sementara hal yang harus dia lakukan sebelum Andreas pulang adalah mengurus Grup Jayadi dan
Selama dua bulan ini, Celine sangat sering memimpikan Andreas.Namun, kebanyakan di mimpinya, sosok Andreas hanya terlihat bagian punggungnya secara samar-samar. Bagaimanapun Celine memanggil dan mengejar Andreas, dia tetap tidak bisa menyentuhnya.Kecuali satu kali itu.Dia memimpikan Albert, melihat wajahnya dengan jelas.Celine bisa merasakan sentuhan Andreas, bahkan detak jantung dan juga napasnya. Semuanya terasa sangat nyata, seakan-akan dia tidak sedang bermimpi, melainkan benar-benar terjadi.Bukan mimpi ....Celine terkejut dengan tebakannya ini.Saat ini, dia seakan-akan menangkap sesuatu, seperti tadi waktu dia berharap Tuvin adalah Andreas.Meski panggilan tadi sudah membuktikan kalau Tuvin bukan Andreas,Celine tetap ingin mencoba menangkap harapan dan petunjuk sekecil apa pun.Sementara mimpi dan juga tempat di mimpinya ada di Hotel Binara."Ke hotel, Hotel Binara." Celine tiba-tiba berdiri.Dia bahkan mau langsung keluar tanpa memakai sepatu.Albert dan Dylan tahu Celine
Semuanya tergantung pada kata-kata Lala.Lala sangat suka dengan rasa di mana semuanya ada di dalam kendalinya."Oh ... oh begitu?" Celine merasa hatinya terasa berat.Seakan-akan ditimpa oleh sesuatu.Sementara wanita di seberang telepon malah terdengar semakin senang. "Iya, kami sudah mau menikah, kamu bakal mendoakan kami, 'kan?"Mendoakan?Celine tidak pernah bertemu "Tuvin", juga tidak pernah bertemu tunangannya.Sepasang orang tidak dikenal akan segera menikah, dia seharusnya mengucapkan selamat.Namun, saat ini, begitu memikirkan mau "mendoakan" mereka, hatinya seakan-akan ditusuk-tusuk, membuatnya kesusahan bernapas."Nona, kamu masih mendengar?"Lala kembali berkata.Dia seakan-akan tidak akan menyerah kalau belum mendapatkan ucapan selamat dari Celine.Terdengar suara napas yang kurang stabil di seberang, Lala pun tersenyum semakin lebar. Dia semakin bertekad mau mendengar ucapan selamat dari Celine.Celine menghirup napas dalam-dalam, dia ingin mengucapkan selamat, tapi mulu
Melihat nomor telepon itu, Celine merasa sangat tegang.Dia tahu jelas apa yang dia nantikan.Namun, semakin dia menginginkannya, hatinya semakin gelisah.Pertanyaan di hatinya juga semakin banyak, dia ingin mendapatkan jawaban.Setelah menghirup napas dalam, Celine akhirnya menelepon "Tuvin Sarwen".Ketika sedang menunggu panggilan terhubung, jantung Celine berdetak sangat kencang, seolah-olah akan segera melompat keluar.Setelah panggilan terhubung, apa yang harus dia katakan?Kalau "Tuvin" bukan dia ....Berbagai macam pikiran melintas di benak Celine.Akhirnya, suara dering telepon berhenti, lalu terdengar suara napas."Halo?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita.Celine tertegun sejenak, semua pikiran dan juga ketegangan tadi seakan-akan membeku."Halo, siapa ini?"Suara wanita itu membuat Celine seketika tersadar.Dia memastikan sekali lagi kalau ini nomor yang diberi Noni. Setelah itu, dia mencoba bertanya, "Apakah ini nomornya Tuvin Sarwen?"Orang di seberang telepon terdia
Owen mendongak melihat ke salah satu rumah.Ketika dia melihat Celine, dia menyadari Celine juga sedang melihat ke rumah itu.Hanya orang rumah ini yang belum mereka temui orangnya.Yang lainnya juga melihat tatapan Celine.Saat ini, fokus mereka semua tertuju pada satu-satunya rumah yang terkunci dan tidak ada orang ini.Mereka masih ingat jelas kata-kata tetangga tadi.Tetangga itu bilang orang yang tinggal di rumah ini adalah keluarga bermarga Sarwen. Cucu orang tua di rumah ini meski bentuk tubuhnya agak mirip dengan Andreas, wajahnya tidak mirip.Yang namanya tetangga tidak mungkin tidak kenal.Tetangga itu bilang bukan, harusnya benar bukan Andreas.Melihat mereka semua tidak berhasil menemukan orang yang ingin dicari, tetangga itu pun berkata, "Kalian lagi mencari orang yang sangat penting untuk kalian, ya? Pasti bakal ketemu, harus tetap berharap, pasti bisa ketemu. Seperti cucunya Gion ....""Tiga tahun lalu, kecelakaan itu parah sekali. Kami mengira Tuvin sudah pasti mati, ta
Di area yang ditentukan Owen ada banyak rumah kecil.Di sekitar tidak ada CCTV, jadi mereka hanya bisa bertanya ke satu-satu rumah.Begitu turun mobil, Celine langsung mengikuti nalurinya berjalan ke sebuah rumah lalu tidak bisa bergerak lagi."Celly, ada apa?" Albert mengikuti dia dari belakang.Dylan yang sedang menanyakan proses pencarian ke Owen juga segera menghampiri mereka waktu menyadari keadaan Celine."Kak Celine, ada apa?"Mereka berdua jelas terlihat khawatir.Celine melihat rumah di depannya dan berkata, "Dia ... ada di sini."Celine terdengar sangat yakin.Albert dan Dylan saling menatap lalu mengikuti arah pandang Celine.Mereka percaya dengan naluri Celine.Dylan langsung memanggil Owen dan berkata, "Kalian sudah cek rumah ini?""Waktu pagi-pagi tadi sudah ke sini, tapi pintunya tertutup. Jadi kita cuma coba panggil, seorang wanita bilang nggak bisa buka pintu. Kita juga nggak punya alasan untuk masuk.""Tadi waktu ke sini lagi, di dalam kayaknya nggak ada orang."Owen
...Di Kompleks Tiara.Sejak semalam datang, Albert dan Dylan tetap di sini.Mereka terus melihat rekaman CCTV berulang kali.Celine sudah tidak tidur semalaman, mereka berdua juga sama.Setiap setengah jam, Owen menyampaikan informasi terbaru.Mereka menemukan sopir taksi yang dinaiki Andreas dari plat mobil yang tertangkap di CCTV.Menurut informasi yang diberikan sopir taksi, penumpangnya turun di depan jalan area perumahan di pinggiran kota.Waktu menyusuri jalan itu, mereka tiba di sebuah perumahan pribadi dengan halaman.Bawahan Owen hanya memeriksa setiap rumah secara kasar, tapi mereka tidak menemukan Andreas.Waktu Celine mendapat informasi ini, detak jantung Celine bertambah cepat."Di sana, dia pasti di sana." Celine tidak percaya orang sebesar itu bisa tiba-tiba hilang.Hanya ada satu kemungkinan, yaitu pencariannya tidak cukup teliti."Aku mau ke sana, aku mau mencarinya."Waktu Celine menyampaikan keputusannya ini pada Dylan dan Albert, tatapannya sangat penuh tekad.Seja