Kalau dilihat dengan saksama, pola yang sangat rapi itu adalah hiasan untuk baju pesta tersebut.Seperti tidak ada bekas kerusakannya.Celine merasa sangat puas. Wanita itu melihat ke arah Tuan Richard dan menunggu pemeriksaannya.Richard juga merasa sangat puas. Saat itu, ketika dia memperhatikan pola sulaman yang ada di baju pestanya, ekspresi wajahnya sedikit berubah. Dia kembali memperhatikannya dari setiap sudut dan mengangkat wajahnya memperhatikan Celine."Kenapa kamu bisa tahu pola ini?"Tuan Richard bertanya dengan suara yang cukup keras. Sorot matanya ketika melihat Celine terlihat sangat aneh.Celine lantas tertegun dan matanya berhenti di pola yang dijahitnya itu.Kenapa dirinya bisa membuat pola ini?Celine juga tidak tahu.Bahkan ketika Celine menjahitnya, Celine juga tidak mengerti kenapa dia hanya teringat pada pola ini.Dia hanya menjahitnya dan menjahitnya, lalu jadilah pola seperti itu."Bicaralah!"Tuan Richard terus mendesaknya. Pria itu terus menatap Celine dan so
Rupanya seperti itu, ya?Celine dan Lily pernah tinggal bersama. Wajar sekali kalau Celine pernah melihat pola yang ada di tubuh Lily.Akan tetapi, Tuan Richard tetap melirik Celine dan ingin memastikannya sendiri. "Apakah seperti yang dia katakan?"Celine masih kebingungan.Apakah seperti yang dikatakan oleh wanita ini?Celine merasa bukan seperti itu. Di alam bawah sadarnya, Celine sama sekali tidak ingin memercayai perkataan Lily.Celine terus mengerutkan dahinya dan diam seribu bahasa.Wanita ini sedang berpikir kenapa dia bisa membuat pola seperti itu.Kalau diingat-ingat kembali, dia membuat sulaman itu seperti karena sangat fokus. Celine hanya ingin memperbaiki bagian yang rusak tersebut. Dia bahkan sama sekali tidak memikirkan bentuk pola ini dan langsung bisa menyulamnya.Mungkinkah di dalam ingatannya yang menghilang terdapat kenyataan tentang pola tersebut.Pola ini pasti merupakan sesuatu yang sangat penting sehingga dia bisa mengingatnya di dalam sanubarinya.Selain itu, r
"Lily, aku merasa agak dingin." Tuan Richard tidak tertarik berkeliling. Dia ingin kembali ke kamarnya dan memperhatikan pola dari baju pesta tersebut.Lily menunjukkan ekspresi sedikit keheranan dan bertanya, "Kalau begitu aku akan membantu Kakek untuk mengambil baju ....""Nggak usah!"Ketika Lily hendak berbalik, Tuan Richard langsung berbicara untuk menghentikannya, "Aku ingin kembali ke kamar saja."Mata Lily menunjukkan ekspresi tidak senang. Akan tetapi, dia tidak bisa membantah keinginan Tuan Richard.Wanita itu pun mendorong sang kakek hingga kembali ke kamar. Begitu masuk ke kamar tersebut, Lily menyadari bahwa fokus Tuan Richard terus dipusatkan pada baju pesta tersebut.Padahal, Tuan Richard sendiri yang merusak baju pesta ini. Celine benar-benar menjijikkan.Lily kira meskipun Celine sudah memperbaikinya, barang ini tetap sudah rusak. Sama seperti perasaan Tuan Richard kepada Celine. Meskipun Celine berusaha untuk memperbaikinya, semuanya akan menjadi sia-sia belaka.Lily
Tuan Richard adalah orang yang berulang tahun di hari ini. Lalu para tamu undangan juga sudah menunggu kemunculannya.Pria itu duduk di lift yang transparan dan perlahan-lahan bergerak turun dari lantai dua.Tatapan semua orang sudah berhenti di tubuhnya.Sebelum pria itu keluar dari lift, Tuan Richard meminta pengurus rumah untuk membantunya berdiri. Begitu Richard berdiri, semua orang pun bisa melihat baju pesta yang dipakainya.Hansen tidak bisa menyembunyikan rasa kaget di dalam matanya.Padahal baju pesta ini sudah rusak, tapi kenapa ....Begitu melihat sang kakek keluar dari lift, Hansen segera tersadar dan melangkah maju untuk memapah Tuan Richard."Kakek, baju ini ...."Setelah berada di sisi Tuan Richard, Hansen tidak tahan dan bertanya."Tadi Celine sudah memperbaikinya." Tuan Richard mengatakannya dengan suara yang sangat ringan. Nadanya juga terdengar hangat.Hansen langsung melihat ke arah bagian yang rusak. Sebelum sempat merasa gembira karena sang kakek telah memakai baj
"Carla, kemarilah!" Tuan Richard memberi isyarat agar mereka berdiri bersama.Carla melihat kedua sisi Tuan Richard dan berdiri di samping Lily dengan tenang.Meskipun Lily memiliki darah Keluarga Nadine yang mengalir di tubuhnya, wanita ini bertahun-tahun tumbuh di Keluarga Maira. Keluarga Maira memang tergolong berkecukupan, tapi aura Lily masih kalah jika dibandingkan dengan aura Carla.Apalagi, wajah Lily juga tidak terlalu cantik.Begitu Carla berdiri di sana, terlihat perbedaannya sangat kontras. Tamu-tamu juga bisa menilai siapa yang lebih hebat di antara keduanya.Meskipun mereka tidak mengutarakannya, sorot mata kedua Nona besar ini terlihat berbeda.Para tamu undangan tersebut tidak seramah sebelumnya lagi. Di dalam hatinya, Lily menjadi semakin tidak senang. Ketika orang-orang sedang mengucapkan selamat pada Tuan Richard, Lily segera melihat ke arah Carla dengan tidak senang."Lily, kenapa kamu melihatku seperti itu?" Carla mendekati Lily.Keduanya terlihat seperti sedang be
Pengurus rumah itu membuka buku silsilah keluarga tersebut dan Tuan Richard pun menuliskan nama Lily Nadine di atasnya.Lily benar-benar terbawa emosi.Namanya sudah diganti dan tertera di dalam buku silsilah Keluarga Nadine. Sekarang, dia sudah menjadi Nona besar Keluarga Nadine.Tatapan Lily pun bergerak ke depan dan menemukan nama Linda Marni. Di dalam hatinya, Lily tersenyum dingin.Dia mendengar Tante Susi berkata bahwa Aurora dulu tinggal di Desa Kenanga dan diangkat sebagai anak Keluarga Marni. Selanjutnya, Keluarga Nadine berhasil menemukannya. Tidak lama setelah pulang ke Keluarga Nadine, wanita ini kembali ke Desa Kenanga.Entah apa yang telah terjadi. Aurora mengganti namanya dari Linda Marni menjadi Aurora Nadine.Hal yang lebih tidak jelas adalah, Aurora bisa menghapus jejak pergantian namanya.Tidak ada siapa pun yang mengetahui bahwa Linda dan Aurora adalah orang yang sama. Hal ini membuat Lily lebih mudah mendapatkan kesempatan.Membayangkan dirinya telah memperoleh sem
Lalu Lily yang meletakkan harga dirinya jadi terlihat polos dan tidak berwarna ketika berdiri di samping Celine."Dia Nona Celine ....""Tuan Richard memang memiliki kemampuan penilaian yang sangat bagus. Semua cucu pilihannya memang terlihat menonjol."Ada orang yang lantas melontarkan pujian.Begitu Lily mendengar "Cucu pilihan", Lily merasa seperti tidak termasuk di dalamnya.Apa hanya dia sendiri yang tidak terlihat menonjol?Di dalam hatinya, Lily merasa sangat geram. Akan tetapi, dia tetap menjaga sikapnya.Lily sadar bahwa auranya tidak bisa mengalahkan aura Carla, lalu kecantikannya juga tidak bisa mengalahkan kecantikan Celine. Dia tidak bisa melakukan hal yang lain selain pura-pura baik. Wanita itu berlari kecil dan melewati Celine. Dia sudah terlebih dahulu tiba di hadapan Tuan Richard dan berkata dengan manja, "Kakek, sekarang kita sekeluarga sudah berkumpul."Wanita ini begitu berlapang dada dengan menambahkan Celine ke dalam Keluarga Nadine. Sorot mata Tuan Richard ketika
"Usiaku sudah uzur dan aku juga sudah jarang ikut campur dalam masalah Perusahaan Perhiasan Nadine. Lily adalah satu-satunya darah dagingku ...."Ketika Tuan Richard mengungkitnya, hati semua orang yang ada di tempat itu seperti melambung.Nada pembukaan ini seperti ingin mengumumkan ahli warisnya.Para tamu awak media juga segera mengeluarkan rekaman mereka. Hal ini akan ada sebuah berita besar. Kalau berita ini sampai tersebar, seisi dunia bisnis akan gempar karenanya.Sorot mata Tuan Richard terlihat penuh kasih sayang ketika menatap Lily dan berkata, "Lily sangat suka merancang. Dia juga ingin melatih dirinya. Ke depannya dia akan bergabung dengan Perusahaan Perhiasan Nadine dan menjadi asisten direktur perancang.""Hansen, Carla, kalian harus membantu adik kalian."Aula itu pun menjadi hening.Semua seperti sedang menantikan Tuan Richard mengumumkan hal yang lebih penting.Akan tetapi setelah menunggu cukup lama, suara Tuan Richard tidak terdengar lagi.Keheningan sesaat itu seper
Misalnya, Nona Celine adalah cucu kandung dari Tuan Richard Nadine dan mewarisi Grup Nadine.Misalnya, Nona Celine menemukan ayah kandungnya. Dia adalah putri dari Keluarga Tjangnaka, pemilik Grup Angkasa.Lalu ... Tuan Andreas ...."Kamu jangan mengambil waktu Bu Celine terlalu banyak, Tuan Andreas bakal cemburu. Kita taruhan saja, dalam kurang dari satu jam, nggak, setengah jam, kamu pasti bakal diusir."Melvin semakin yakin kalau orang yang dia lihat tadi adalah Tuan Andreas.Dia seburu-buru itu pasti mau jemput Bu Celine."Kamu kok bisa tahu!"Cindy sudah sangat lama tidak bertemu Celine, ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Celine.Begitu mendengar kata-kata Melvin, Cindy segera mengakhiri panggilan.Dia ingin memberi tahu Celine, sejak Celine menyerahkan Aurora ke mereka, mereka menjalankan perusahaan dengan sangat baik.Sedangkan Tuan Andreas ....Setiap hari selalu menempel dengan Bu Celine, dia cuma mau sedikit waktu Bu Celine, Tuan Andreas harusnya tidak sepelit itu
Namun, melihat ekspresi Andreas yang agak mengeras, satpam itu pun menebak, "Kamu jangan-jangan bikin dia marah? Dengar kataku, dia marah, kamu harus bujuk.""Kalungmu ini untuk membujuk dia ya?""Sudah bagus kalau begitu, kamu buatkan kalung untuknya jauh lebih berguna daripada cuma bicara. Kamu tenang saja, dia pasti bakal memaafkanmu.""Cepat pulang, dia pasti lagi menunggumu pulang."Dia pasti sedang menunggumu pulang ....Beberapa kata ini masuk ke benak Andreas, seketika dia merasa seperti ada gejolak di hatinya.Aku menunggumu pulang ....Benaknya perlahan-lahan dipenuhi dengan kalimat ini.Seakan-akan ada suara yang terus bergumam di telinganya, "Aku menunggumu pulang."Suara itu sangat familier ...."Penantian," ujar Andreas tiba-tiba.Begitu menyadari kata yang dia ucapkan, Andreas terkejut.Dia merasa kata "penantian" ini sangat familier. Tadi waktu dia mengucapkan kata ini, hatinya seperti ditusuk sesuatu.Samar-samar terasa sakit.Namun, apa makna dari kata ini?Andreas se
Di gambar desain itu, terlihat kalung yang sangat bagus.Di bagian liontinnya ada sebuah pola yang rumit dan misterius. Waktu dia menggambar pola ini, dia hanya mengikuti hatinya.Namun, waktu sudah digambar, entah kenapa dia sangat suka.Dia bahkan tidak tahu apa arti gambar ini, tapi dia sangat puas dengan desain ini.Sangat suka!Suka sampai tidak sabar ingin merealisasikan desain ini.Melihat gambar desain di depannya, meski jelas-jelas adalah sebuah kalung, dia tiba-tiba seperti bisa melihat sepasang cincin.Andreas seakan-akan ingin menangkap sesuatu, tapi gambar itu hanya muncul sesaat lalu menghilang.Semakin dia berusaha ingin "mengingat" lebih banyak, dia semakin tidak bisa menangkap hal itu.Andreas menghirup napas dalam-dalam.Dia merilekskan diri untuk melanjutkan langkah selanjutnya.Selanjutnya, apa yang harus dia lakukan?Di ingatannya, dia tidak pernah membuat perhiasan, tapi dia bisa-bisanya tahu setiap langkah, seakan-akan ada suatu kekuatan sedang menuntunnya melaku
Satpam itu membuka pintu membiarkannya masuk.Andreas mengernyit lalu berkata, "Kamu ... kenal aku?"Seakan-akan karena mendekati kenyataan, jantung Andreas berdetak cepat."Kenal." Setelah selesai bicara, satpam itu mengernyit lalu terkekeh dan berkata, "Tapi nggak juga."Andreas bingung. "Apa maksudnya?"Satpam itu melihatnya dengan tatapan aneh. "Kamu sudah lupa? Benar juga, kamu kelihatannya seperti orang penting, orang penting mana mungkin ingat denganku?""Kamu juga harusnya sudah lupa di mana mesin itu, ayo aku bawa kamu ke sana."Satpam itu menuntun Andreas, Andreas juga mengikutinya."Malam itu sudah sangat gelap, mungkin kamu juga nggak melihatku dengan jelas. Tapi aku melihatmu dengan jelas.""Wajahmu ini .... Hehe, nggak ada maksud mau menyinggung. Wajahmu ini sangat mencolok, nggak mungkin lupa.""Nggak hanya itu, waktu itu auramu ...."Satpam itu pun berbalik melihat Andreas.Aneh sekali!Malam itu, pria ini jelas-jelas terlihat seperti seorang pemimpin yang berada tinggi
Sampai siang hari, Andreas tidak keluar kamar.Di siang hari, waktu Lala mengantarkan makan siang ke kamarnya, Andreas sedang menyiapkan karya yang mau dia sertakan di babak final.Kalau dulu, Lala pasti akan merasa gelisah.Namun sekarang, dia tahu kalaupun Andreas sudah membuat karyanya, setelah malam ini Andreas tetap tidak akan bisa ikut serta babak final ini lagi.Teringat rencananya malam ini, Lala tersenyum lalu maju melihat desain Andreas dengan rasa penasaran.Ketika dia melihat gambar kalung di kertas, Lala langsung tertegun."Ini .... Kamu yang gambar?"Begitu selesai bicara, Lala baru sadar kalau suaranya bergetar.Dia menyadari sesuatu lalu segera menutupinya, tapi Andreas menangkap keanehannya ini."Iya, ada yang salah?"Andreas berhenti menggambar lalu melihat Lala."Nggak, nggak ada."Lala berpura-pura tersenyum sealami mungkin. "Aku merasa gambarmu bagus sekali, desain kalung ini juga bagus.""Oh ya?"Andreas tidak percaya dengannya.Namun, sekarang dia juga tidak ingi
Namun, kemeja yang dia pakai ini ... dari mana?Lala teringat dengan tebakannya tadi, dia pun kembali bertanya, "Kak Tuvin, semalam kamu ke mana?"Andreas mulai merasa kesal.Dia tidak suka Lala yang terus bertanya seperti sedang menginterogasi."Memangnya aku harus lapor semuanya ke kamu?" Andreas menunduk lalu mengingatkan dengan dingin, "Hubungan kita sepertinya bukan hubungan di mana aku harus melaporkan semuanya ke kamu!"Lala tertegun sejenak."Tapi Kak ...."Baru saja Lala berbicara, Andreas sudah melangkah maju lagi.Sudut baju Andreas pun terlepas dari tangan Lala. Saat itu, dia merasa seakan-akan hatinya juga ikut kosong.Sampai ketika sosok Andreas sudah tidak terlihat, Lala masih tetap berdiri diam di tempat. Di benaknya, kata-kata Andreas tadi, "bukan hubungan di mana aku harus melaporkan semuanya ke kamu", terus terngiang-ngiang di benaknya."Heh ...."Tiba-tiba, Lala tertawa.Tawanya sangat menakutkan.Benar, waktu Andreas bangun, dia sebenarnya ingin memberi tahu Andrea
Lala terhuyung sejenak, di hatinya muncul ketakutan, membuatnya gelisah seakan-akan seluruh energi di tubuhnya tersedot."Bagaimana ini? Bagaimana?"Dia tidak boleh membiarkan Andreas pergi dari sisinya, dia tidak bisa menyerahkan Andreas ke Celine."Tapi semalam kalau Celine dan Andreas bertemu, bukannya berarti dia tidak akan pulang lagi?"Lala mulai merasa menyesal.Dia menyesal datang ke Binara, juga menyesal waktu memutuskan menghapus ingatan Andreas lagi, dia tidak bertekad menyuruh Gion langsung turun tangan.Memangnya kenapa kalau Andreas jadi gila?Dia mencintai Andreas, kalaupun Andreas jadi gila, dia tetap mencintainya dan akan terus menemaninya.Namun sekarang ....Apakah dia masih ada kesempatan?Tepat ketika dia mengira dia sudah tidak punya kesempatan, terdengar suara Gion di bawah."Tuvin, kamu sudah pulang?"Sudah pulang ....Lala seperti mendapatkan obat penguat. Andreas sudah pulang?Dia ingin segera mendapatkan kepastian, dia langsung berlari ke bawah meski hampir t
Namun, kelelahan Celine kemarin pagi sudah menunjukkan banyak tanda-tanda kalau dia sedang berusaha bertahan.Dylan tidak menjawab.Namun, Owen sudah tahu jawabannya."Cepat temukan kakakku, dia baru bisa baik kembali." Dylan melihat ke arah kamar, staf hotel sudah mengantarkan sarapan.Dari dalam kamar terdengar suara tawa Celine yang ringan.Namun, semakin dia tertawa, Dylan semakin kasihan padanya.Celine tertawa hanya karena tidak ingin orang lain mengkhawatirkannya."Iya, kita pasti akan menemukan Tuan Andreas." Owen juga membulatkan tekad untuk menemukan Andreas secepat mungkin!Di tangga darurat, di balik pintu,suara orang berbicara di dalam terdengar jelas. Andreas awalnya tidak suka menguping, tapi tadi entah kenapa dia tidak bisa pergi.Dia membiarkan informasi itu masuk ke telinganya.Suaminya ... hilang?Di benak Andreas muncul kata-kata Celine semalam, "aku rindu" dan juga "jangan pergi". Kata-kata itu tiba-tiba jadi masuk akal."Dylan, kamu lagi telepon? Cepat sini sarap
Bekas itu agak merah, tapi terlihat sangat jelas di kulitnya yang bersih dan putih.Seperti bekas dicengkeram, samar-samar terlihat bentuk jari.Dia ingat, kemarin tidak ada bekas ini.Dia teringat di mimpinya, Andreas sempat menggenggam lengannya. Celine pun tertawa, itu hanya mimpi, mana mungkin sampai berbekas di kehidupan nyata?Mungkin bekas ini karena dia sendiri tidak hati-hati.Celine pun berjalan ke kamar mandi.Selama perjalanan ke sana, semuanya normal. Namun, waktu melihat bak mandi yang sangat besar di kamar mandi, muncul sebuah adegan di benak Celine.Seketika wajahnya semakin merah.Waktu Albert dan Dylan menekan bel, kemerahan di wajah Celine masih belum menghilang.Begitu buka pintu, mereka berdua langsung melihat wajahnya."Kamu kenapa? Kenapa mukamu merah sekali? Demam ya?" Albert langsung waspada dan mengecek suhu kening Celine."Agak panas, ayo kita ke rumah sakit."Albert sangat buru-buru."Kakak, aku nggak apa-apa, aku cuma ... cuma ...."Cuma mimpi adegan dewasa