Lily merasa kata-kata orang-orang sangat menusuk telinga.Entah sejak kapan dia sudah mengepal tangannya.Kenapa jadi Celine?Kenapa dia orangnya?Tidak jauh darinya, Reza juga sedang menatap Celine dengan wajah kaget.Dia merasa kecuali Celine, siapa pun boleh jadi cucu Tuan Richard. Namun, sekarang Tuan Richard malah terlihat sangat menyayangi Celine."Celine ini hebat juga."Nyonya Ratna juga tidak menyangka kalau cucu perempuan baru Tuan Richard adalah Celine.Bisa-bisanya Celine yang mendapatkan keberuntungan sebesar ini.Kalau dulu Reza mendapatkan Celine, Keluarga Linoa akan besanan dengan Keluarga Nadine. Ini adalah kesempatan dan kehormatan yang sangat besar.Semua orang melihat ke arah Celine.Sementara saat ini, Celine terlihat kesusahan.Tiba-tiba, Richard menghela napas panjang, lalu setetes air mata mengalir keluar dari matanya.Teringat dengan kerinduan Tuan Richard pada anak perempuannya hari itu di taman, hati Celine tiba-tiba menolak dan dia berkata tanpa sadar, "Baik
Teringat sesuatu, Celine pun tersenyum pahit.Pelanggan barunya sudah pergi, untuk apa suaminya tetap di sini?"Aku masih ada urusan, aku pergi duluan ...."Kata-kata Carla tadi terngiang-ngiang di benak Celine, membuat hati Celine seperti ditusuk-tusuk."Ada urusan? Malam-malam begini bisa ada urusan apa?" ejek Celine.Setelah itu, selalu muncul adegan Carla dan suaminya bersama di benaknya, dia bahkan sudah malas menghadapi orang-orang yang datang menyelamatinya.Dia ingin pulang."Kak Hansen, aku mau pulang." Celine jelas-jelas baru minum sedikit, tapi dia sudah mulai sedikit mabuk.Saat ini, Tuan Richard sudah pergi istirahat.Sementara Hansen juga saat ini sangat sedih, jadi dia minum lumayan banyak arak.Namun, tanda-tanda mabuk di wajah Celine membuatnya tidak tenang membiarkan orang lain mengantar Celine pulang."Aku antar kamu pulang."Hansen menyiapkan mobil lalu naik ke baris belakang bersama Celine.Begitu Celine pergi, Lily berlari keluar.Melihat Celine naik ke mobil bers
Celine menoleh melihat Hansen.Tatapan Hansen saat ini membuatnya sedikit tertegun. "Ada yang mau Kak Hansen bilang ke aku?"Celine teringat dengan masalah setuju jadi cucu Tuan Richard, dia pun merasa dia seharusnya memberi Hansen sebuah penjelasan."Kak Hansen, aku nggak tahu dia adalah tuan besar Keluarga Nadine. Hari itu kita kebetulan bertemu ...."Celine pun menceritakan apa yang terjadi hari itu, termasuk saat dia mengantar Tuan Richard ke rumah sakit."Tapi aku nggak tahu kenapa dia mau mengakuiku sebagai cucunya." Sampai sekarang Celine masih bingung.Setelah itu, dia seakan-akan teringat sesuatu dan mengeluarkan kartu hitam yang diberikan Richard tadi."Kak Hansen, tolong kamu kembalikan kartu ini ke Pak Tua."Kartu ini terlalu berharga untuknya.Hansen masih tetap menatap Celine dan tidak mengambil kartu yang dia serahkan.Suasana di udara sangat hening.Celine merasa sangat canggung ditatap terus oleh Hansen, tepat ketika dia mau menjelaskan lagi, tiba-tiba Hansen tertawa.
"Aku ... nggak ke sana."Lily tidak ingin memberi tahu Bastian kalau orang itu adalah Celine."Kok bisa nggak ke sana?" Bastian melihat kekecewaan di wajah Lily dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu?"Lily melihat Bastian lalu tiba-tiba menangis sedih.Bastian dan Sarah langsung menghiburnya.Setelah bertanya berkali-kali, Lily akhirnya berkata dengan terisak-isak, "Keluarga Linoa ... mungkin mau membatalkan pernikahan.""Mana mungkin ...."Awalnya Bastian tidak percaya, tapi melihat Lily menangis sesedih itu, dia langsung berseru marah, "Keluarga Linoa kurang ajar, mereka benar-benar keterlaluan. Aku ke kediaman Keluarga Linoa sekarang juga untuk meminta penjelasan!"Bastian hendak keluar dengan emosi menggebu-gebu, tapi dihentikan oleh Lily.Lily melihat Bastian dengan tatapan yang terlihat sangat kasihan. "Ayah jangan pergi. Kalau nanti Nyonya Ratna menanyakan latar belakangku, apa yang akan Ayah katakan?"Bastian langsung tertegun.Dia seketika mengerti kalau alasan Keluarga Linoa mau
Muncul sedikit harapan di mata Lily.Dia harus menemukan alasan Tuan Richard memilih Celine. Kalau bisa, dia akan menggunakan segala cara agar impian Celine menjadi Nona Keluarga Nadine hancur sehancur-hancurnya.Namun, dia mau mulai cari tahu dari mana?Tiba-tiba, dia teringat dengan wanita yang dia lihat di bangunan utama vila Keluarga Nadine hari ini.Dia ingat, waktu Tuan Richard mengumumkan kalau Celine adalah cucu barunya, nona satu itu juga terlihat sangat kaget.Tuan Richard memanggilnya Carla ....Mata Lily langsung berbinar, dia segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari nama "Carla Nadine" di internet.Carla Nadine .... Nona Pertama Keluarga Nadine ....Ternyata wanita itu adalah nona Keluarga Nadine!Nona Carla tidak suka Celine, mungkin dia bisa mulai dari nona satu ini.Lily semakin bersemangat dan berjanji dengan suara kecil, "Bu, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan. Ibu tenang saja, pasti akan datang hari di mana Keluarga Linoa menyesal karena mau menggunakanku unt
Namun begitu teringat hubungan Celine dengan Keluarga Nadine, Reza terpaksa menahan diri.Langsung muncul senyuman di wajah Reza saat dia berkata, "Celine, kamu jangan marah, aku menelepon kamu karena ingin mentraktirmu makan."Celine terdiam.Mentraktir dia makan?Semalam di vila Keluarga Nadine, orang ini bukannya baru memberinya peringatan dan merendahkannya?Dalam waktu semalam, sikapnya sudah berubah?Celine tentu saja tahu apa alasannya, tapi dia tidak mengatakannya. "Kalau gitu coba kamu bilang, kenapa mau mentraktirku?"Reza menjawab, "Karena aku mau minta maaf ke kamu. Aku harap kamu jangan mempermasalahkan salah paham di antara kita. Dulu hubungan kita sangat baik, asalkan kita bisa melepaskannya, semuanya bisa kembali seperti dulu."Celine terdiam.Dia merasa dia baru saja mendengar lelucon terbesar tahun ini."Kenapa kamu bisa merasa kita dulu sangat baik? Kalau memang hubungan kita sangat baik, kamu mana mungkin bisa selingkuh sama Lily?"Celine tersenyum sinis lalu berkat
Celine bingung lalu merasa dunia ini benar-benar lucu.Bahkan dulu waktu dia masih punya perjanjian pernikahan dengan Reza, Nyonya Ratna juga selalu memanggil nama lengkap Celine dan bersikap seakan-akan dia lebih tinggi dari Celine.Celine tidak pernah melihat Nyonya Ratna seramah dan seakrab ini."Nyonya Ratna, aku masih ada urusan lain, Anda silakan urus urusan Anda," ujar Celine sambil melepaskan genggaman Nyonya Ratna.Nyonya Ratna pun tertegun sejenak.Namun, dia sepertinya melihat sesuatu yang membuat ekspresinya berubah.Celine melihat perubahan ini dan melihat ke arah tatapan Nyonya Ratna. Dia pun melihat Reza dan Lily berjalan kemari sambil bergandengan. Selain itu, sebelum Celine melihat mereka, sepertinya Reza mengatakan sesuatu untuk menggoda Lily, membuat wajah Lily tersipu dan malu."Ehem ...."Nyonya Ratna batuk dan akhirnya mendapatkan perhatian Reza dan Lily.Mereka berdua mendongak dan melihat Celine dan Nyonya Ratna.Mereka berdua tertegun sejenak lalu langsung mele
Celine lagi-lagi hanya bisa terdiam.Reza mengernyit, seakan-akan tidak tahan lagi, dia melihat ke arah Lily.Lily mengepal tangannya erat-erat, merasa sangat tidak adil.Namun, teringat dia masih mau memanfaatkan Reza untuk menghadapi Celine, dia terpaksa menahan diri lalu ikut berlutut di samping Reza."Hhh ...." Celine tanpa sadar berseru kaget.Lily merasa suaranya sangat menusuk telinga.Dia menggertakkan giginya diam-diam, tapi suaranya terdengar sedih dan tulus. "Kakak, aku yang salah, aku yang menggoda Kak Reza duluan. Kamu maafkan dia, dia hanya bingung sesaat, aku yang salah."Kalau bukan karena Celine cukup memahami adiknya ini, dia pasti hampir mengira ketulusan di mata Lily itu asli.Namun, Celine tahu Lily, Lily adalah orang yang tidak percaya diri, sombong dan angkuh.Oleh karena itu, pasti ada alasannya dia rela mengakui kalau dia yang menggoda Reza.Celine langsung mulai was-was.Dia melihat Reza dan Lily dengan ekspresi bingung. "Kalian ini ... apa maksudnya?"Reza te
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang
Orang di depannya ....Begitu Celine memanggil nama itu, dia sudah tahu kalau dia salah panggil.Bukan Andreas, itu Dylan.Celine merasa kecewa, lalu melihat kekecewaan di wajah Dylan, dia juga merasa bersalah. "Dylan, maaf, aku ....""Nggak apa-apa ...."Tanpa menunggu Celine selesai minta maaf, Dylan sudah tersenyum cerah.Dia mana mungkin tidak tahu serindu apa Celine pada kakaknya!Namun, mereka sudah cari selama ini, tetap tidak ada kabar apa pun, Dylan juga merasa bersalah. Dia pun mendorong buket bunganya ke Celine sambil berkata, "Kak Celine, aku dan kakakku memang mirip. Ini untukmu, anggap saja aku ini kakakku. Aku juga menggantikan kakakku memberimu bunga ini."Menggantikan kakaknya memberinya bunga ....Celine pun menerima bunga itu. "Terima kasih, Dylan."Dia melihat-lihat bunga itu, lalu melihat orang itu. Namun, sosok yang muncul di benaknya adalah Andreas."Ah, bunganya sudah dikasih ...."Para wanita di sekitar refleks berteriak.Bisa menerima bunga dari pria tampan me
Mata para wanita pun berbinar-binar.Andreas seakan-akan tidak melihat tatapan mereka.Tiba-tiba, dia melihat seorang gadis kecil yang jualan bunga dan tanpa dia sadari, dia berjalan menghampirinya."Kak, mau beli bunga?" tanya gadis kecil itu.Andreas tiba-tiba sadar lalu tersenyum pahit. Apa yang sedang dia lakukan?Dia benar-benar menuruti kata-kata sopir itu?Wanita itu jelas-jelas tidak kenal dia."Pacar Kakak pasti bakal suka." Gadis kecil itu mengeluarkan sebuket bunga mawar.Warna merah yang mencolok itu membuat Andreas melamun sejenak. Di benaknya bisa-bisanya muncul seseorang yang memakai gaun merah. Dia ingin menangkap ingatan itu, tapi terlambat.Hatinya penuh dengan kekecewaan seakan-akan kehilangan sesuatu."Kakak ...."Gadis kecil itu mengulurkan bunga itu ke depan Andreas.Andreas sadar kembali, lalu akhirnya dia mengambil buket bunga itu dan bayar.Melihat bunga merah di tangannya, sebuah gejolak muncul di hatinya, di benaknya muncul adegan dia memberikan bunga ini ke