Celine berteriak kaget, tapi mulutnya ditutup oleh tangan lainnya.Teriakannya pun berhenti.Celine mencium aroma arak yang sangat kuat, lalu dia mendengar suara pria yang sangat berat dari atas kepalanya. "Jangan bersuara, kalau nggak, nanti ada orang datang melihat kita, terus judul besar berita besok pasti akan sangat bagus." Andreas sengaja mengubah suaranya jadi lebih rendah.Dia sebenarnya ingin ada orang yang memotret mereka.Namun, teringat dengan kebencian Celine terhadap "Tuan Andreas", Andreas terpaksa berusaha sabar.Malam ini, dia berencana coba berinteraksi dengan Celine sebagai "Tuan Andreas". Lebih bagus lagi kalau bisa mengubah kesan Celine terhadapnya.Seperti dugaannya, kata-katanya membuat Celine lebih tenang.Aroma arak ini membuat Celine refleks teringat dengan malam di vila Keluarga Linoa itu.Saat itu, tubuh Tuan Andreas juga mengeluarkan aroma arak yang pekat seperti ini."Kamu ... siapa?"Celine bertanya dengan hati-hati, "Kamu ... kamu nggak bermaksud melukai
"Kamu sudah boleh pergi!"Suara Andreas seakan-akan sedang menutupi sesuatu, tiba-tiba kembali dingin.Reaksi yang tiba-tiba ini membuat Celine merasa aneh."Kamu ....""Nggak mau pergi? Kalau begitu ...."Sebelum Celine selesai berbicara, Andreas tiba-tiba melihat Celine dengan matanya yang terlihat berbahaya seperti mata binatang buas.Celine merasa hatinya seakan-akan bergetar."Pergi, aku pergi sekarang juga."Celine tertawa canggung, lalu langsung kabur seakan-akan takut orang di depannya ini berubah pikiran. Sosok Celine perlahan-lahan menghilang dari pandangannya, Andreas pun tersenyum tak berdaya lalu melepaskan topengnya.Saat ini, Celine sedang berjalan ke arah kerumunan orang.Carla perlahan-lahan berjalan keluar dari jalan kecil di samping.Dia mendapat kabar kalau Andreas ada di sini, jadi dia datang mencarinya. Namun, dia tidak menyangka akan bertemu Celine di sini.Tadi Celine bersama dengan Andreas?Carla mengernyit lalu terus berjalan ke dalam dan akhirnya melihat Andr
Sampai ketika Hansen muncul sambil mendorong Richard.Semua orang pun melihat ke arah mereka.Hari ini kondisi Richard sangat bagus. Dia duduk di kursi roda dan Hansen pun mendorongnya untuk menyapa para tamu.Di kerumunan orang, Nyonya Ratna melihat ke arah Richard, beberapa kali ingin membawa Reza pergi menyapa Tuan Richard.Namun, Reza malah terus mencari sosok Lily di antara kerumunan orang.Akhirnya, Reza menemukan Lily. Tepat ketika dia mau menghampirinya, Nyonya Ratna malah memanggilnya."Reza ....""Nenek, Lily hari ini juga datang. Aku bawa dia datang menyapa Nenek."Reza ingin memperbaiki kesan Celine di mata Nyonya Ratna.Dia percaya asalkan Nenek banyak berinteraksi dengan Lily, pasti Nenek akan menyadari kebaikan Lily.Namun, ketika dia lagi-lagi mau menghampiri Lily, Nyonya Ratna langsung menggenggam pergelangan tangannya dengan ekspresi kesal."Nenek ....""Kamu bisa berguna dikit, nggak? Dari tadi yang dipikirin cuma Lily, tapi dia nggak sebaik yang kamu kira," ujar Nyo
Selesai berbicara, Hansen melihat Celine sambil tersenyum.Celine malah terlihat tidak tahu harus berbuat apa.Kakek?Pak Tua adalah kakeknya Hansen? Bukannya berarti dia adalah tuan besar Keluarga Nadine?Terus ....Dia adalah orang yang ingin diajak Hansen untuk menemui kakeknya?Apa dia yang salah tangkap?Tidak ada maksud membawanya menemui keluarganya, 'kan?Celine diam-diam menghirup napas dalam-dalam dan menghindari tatapan Hansen. Dalam hati memberi tahu diri sendiri kalau Hansen pasti tidak bermaksud membawanya menemui keluarganya.Dia dan Kak Hansen hanya teman, membawa teman bertemu keluarga juga adalah hal yang sangat normal.Namun, sebagai pengamat, James sangat terkejut.Saat ini, tatapan Hansen terhadap Celine benar-benar tidak bisa dibilang biasa saja.Dia tiba-tiba menyadari kalau ada kemungkinan Hansen benar-benar menyukai Celine.Gila!Reaksi pertama James adalah hubungan Hansen dan Andreas sudah tidak mungkin baik kembali.Kali ini, Celine bukanlah Carla yang waktu
Carla berjalan ke arah Tuan Richard.Ketika dia melewati Lily, Lily langsung mengambil kesempatan ini untuk berkata padanya, "Selamat Nona, tadi aku baru saja lihat, semua orang di sini sangat iri padamu."Kemudian, dia tidak tahan untuk tidak melihat Celine."Di saat seperti ini, harusnya Nona yang berdiri di samping Tuan Richard. Kakakku memang nggak pengertian, Nona jangan salahkan dia."Carla melirik Lily, tahu jelas apa yang dia pikirkan.Dia tidak mengatakan apa-apa, melainkan tanpa sadar melihat ke arah Andreas yang terpisah dari kerumunan. Kemudian, dia terus berjalan maju."Ini adalah cucu perempuanku, namanya Celine Maira. Mulai sekarang, tolong banyak-banyak membantunya."Suara Tuan Richard kembali terdengar.Nama Celine terdengar jelas di telinganya, seakan-akan sebuah bom yang meledak.Hansen mengepal erat tangannya, seakan-akan hal yang dia takutkan akhirnya terjadi, bahkan matanya juga bergetar.Carla juga langsung menghentikan langkahnya.Senyuman di wajahnya langsung m
Lily merasa kata-kata orang-orang sangat menusuk telinga.Entah sejak kapan dia sudah mengepal tangannya.Kenapa jadi Celine?Kenapa dia orangnya?Tidak jauh darinya, Reza juga sedang menatap Celine dengan wajah kaget.Dia merasa kecuali Celine, siapa pun boleh jadi cucu Tuan Richard. Namun, sekarang Tuan Richard malah terlihat sangat menyayangi Celine."Celine ini hebat juga."Nyonya Ratna juga tidak menyangka kalau cucu perempuan baru Tuan Richard adalah Celine.Bisa-bisanya Celine yang mendapatkan keberuntungan sebesar ini.Kalau dulu Reza mendapatkan Celine, Keluarga Linoa akan besanan dengan Keluarga Nadine. Ini adalah kesempatan dan kehormatan yang sangat besar.Semua orang melihat ke arah Celine.Sementara saat ini, Celine terlihat kesusahan.Tiba-tiba, Richard menghela napas panjang, lalu setetes air mata mengalir keluar dari matanya.Teringat dengan kerinduan Tuan Richard pada anak perempuannya hari itu di taman, hati Celine tiba-tiba menolak dan dia berkata tanpa sadar, "Baik
Teringat sesuatu, Celine pun tersenyum pahit.Pelanggan barunya sudah pergi, untuk apa suaminya tetap di sini?"Aku masih ada urusan, aku pergi duluan ...."Kata-kata Carla tadi terngiang-ngiang di benak Celine, membuat hati Celine seperti ditusuk-tusuk."Ada urusan? Malam-malam begini bisa ada urusan apa?" ejek Celine.Setelah itu, selalu muncul adegan Carla dan suaminya bersama di benaknya, dia bahkan sudah malas menghadapi orang-orang yang datang menyelamatinya.Dia ingin pulang."Kak Hansen, aku mau pulang." Celine jelas-jelas baru minum sedikit, tapi dia sudah mulai sedikit mabuk.Saat ini, Tuan Richard sudah pergi istirahat.Sementara Hansen juga saat ini sangat sedih, jadi dia minum lumayan banyak arak.Namun, tanda-tanda mabuk di wajah Celine membuatnya tidak tenang membiarkan orang lain mengantar Celine pulang."Aku antar kamu pulang."Hansen menyiapkan mobil lalu naik ke baris belakang bersama Celine.Begitu Celine pergi, Lily berlari keluar.Melihat Celine naik ke mobil bers
Celine menoleh melihat Hansen.Tatapan Hansen saat ini membuatnya sedikit tertegun. "Ada yang mau Kak Hansen bilang ke aku?"Celine teringat dengan masalah setuju jadi cucu Tuan Richard, dia pun merasa dia seharusnya memberi Hansen sebuah penjelasan."Kak Hansen, aku nggak tahu dia adalah tuan besar Keluarga Nadine. Hari itu kita kebetulan bertemu ...."Celine pun menceritakan apa yang terjadi hari itu, termasuk saat dia mengantar Tuan Richard ke rumah sakit."Tapi aku nggak tahu kenapa dia mau mengakuiku sebagai cucunya." Sampai sekarang Celine masih bingung.Setelah itu, dia seakan-akan teringat sesuatu dan mengeluarkan kartu hitam yang diberikan Richard tadi."Kak Hansen, tolong kamu kembalikan kartu ini ke Pak Tua."Kartu ini terlalu berharga untuknya.Hansen masih tetap menatap Celine dan tidak mengambil kartu yang dia serahkan.Suasana di udara sangat hening.Celine merasa sangat canggung ditatap terus oleh Hansen, tepat ketika dia mau menjelaskan lagi, tiba-tiba Hansen tertawa.
Perasaan itu terus berputar di hati Celine untuk sekian lama.Sampai waktu Dylan dan Albert datang lalu melihat raut wajahnya yang pucat."Celly, kamu kenapa? Nggak enak badan?" Albert segera maju dan mengamati Celine dengan ekspresi khawatir.Sejak Celine datang ke Binara, meski mereka selalu menjaganya dengan hati-hati dan biasanya juga tidak ada yang aneh, Celine sedang hamil, mereka tetap tidak boleh lengah."Aku nggak apa-apa, mungkin semalam tidurnya nggak nyenyak."Celine berusaha tersenyum, rasa depresi dan tidak berdaya di dalam mimpi masih terasa, jadi senyumannya terlihat sangat terpaksa.Dylan dan Albert langsung menyadarinya.Mana mungkin tidak apa-apa?Albert juga tahu jelas alasannya. Sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Andreas, dia tidak tega bertanya lagi."Celly, hari ini kamu istirahat saja di rumah."Begitu Albert selesai bicara, Celine langsung teringat dengan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional. "Nggak bisa, aku harus ke kantor.""Di kantor m
"Bantu aku!"Nadanya sudah tidak memohon seperti tadi, malah terdengar seperti memerintah.Suasana seketika hening.Ekspresi "Master Gion" berubah-ubah, sementara wajah Lala terlihat dingin dan bertekad, seakan-akan sedang menekan seorang bawahannya.Dia sebenarnya harus langsung setuju, tapi dia akhirnya bertanya lagi. "Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"Mata Lala pun bergetar.Setelah terdiam beberapa saat, Lala mengangguk dengan tegas. "Aku hanya punya pilihan ini, aku nggak bisa kehilangan dia. Cuma sekali ini saja, hari ke luar negerinya sudah ditentukan. Setelah keluar negeri, semuanya akan baik-baik saja."Dia tidak percaya Celine bisa mencari sampai ke luar negeri.Kalaupun pusat bisnis Keluarga Tjangnaka ada di luar negeri, tapi dunia ini sangat luas, dia pasti bisa menghindari mereka. Selain itu, orang-orang dia juga di luar negeri."Nona, aku mengerti. Ini terakhir kalinya, setelah ini, aku benar-benar mau pensiun. Aku sudah tua, sudah nggak bisa kerja keras."Pangg
Pengemis itu tidak marah dengan sikap Lala yang jijik padanya.Di bawah rambut berantakan dan bau, pengemis itu tersenyum puas lalu berbalik pergi.Waktu dia menabrak Lala, dia sudah memberikan kertas itu padanya.Sekarang, dia tinggal menunggu Lala melihatnya.Muncul kilatan sinar di mata Lily, lalu segera berjalan kembali ke tempatnya.Lala ditabrak lumayan kuat.Waktu dia berdiri, hatinya tetap kesal. Melihat pengemis yang sudah pergi itu, Lala bahkan merasa jijik mau memarahinya.Andreas sudah pergi.Lala segera memanggil sebuah taksi untuk pulang.Lampu di kamar Andreas menyala. Lala berdiri lama di depan pintu, tapi akhirnya tidak masuk. Waktu dia kembali ke kamarnya untuk ganti baju, tiba-tiba di sakunya keluar sebuah kertas yang diremas.Kertas itu sangat berantakan, bahkan sedikit bau busuk.Ini bukan miliknya!Lala refleks teringat dengan pengemis yang menabraknya tadi.Ini dari pengemis itu!Kenapa pengemis itu menaruh kertas ini di sakunya?Lala membuka kertas itu, waktu di
Di kegelapan malam, sosok pengemis itu terlihat kotor dan bau. Orang-orang yang melihatnya refleks menghindar.Dia berjalan terhuyung-huyung ke satu arah.Di benaknya terus terngiang-ngiang informasi yang baru saja dia dengar. Hamil .... Celine hamil .... Hamil anak Andreas.Kenapa .... Kenapa dia seberuntung itu?Pantas saja Albert dan Dylan juga datang ke sini.Terus Andreas dan ....Bukan, ada yang salah.Lily tiba-tiba teringat dengan sosok itu.Orang itu jelas-jelas sedang mengikuti Tuan Andreas.Lala ... sedang menguntit Tuan Andreas?Seakan-akan mengetahui sesuatu, Lily langsung berjalan dengan terburu-buru. Tatapannya yang tadinya tidak fokus jadi cerah, dia mencari-cari ke sekitar sambil terus berjalan maju.Dia mencari-cari ingin menemukan orang itu.Namun, setelah sekian lama, dia tetap tidak menemukannya.Sampai dia melihat bar yang tidak jauh di depannya.Bar Artemis.Ada ingatan-ingatan yang muncul di benaknya, membuatnya menghentikan langkahnya.Sebelum dia sempat berpik
Selama beberapa hari, Andreas terus mengingat ulang adegan yang tiba-tiba muncul di benaknya waktu itu.Namun, tidak peduli seberusaha apa pun dia, adegan yang rusak itu tetap tidak bisa disatukan sampai sempurna.Akan tetapi, semakin hancur adegan itu, dia semakin ingin mencari tahu apa itu.Semakin dia memikirkannya, kepalanya semakin sakit.Kepalanya seperti mau meledak, tapi satu-satunya hasil adalah gambar yang dia gambar di kertas.Lebih tepatnya, gambar desain sepasang cincin.Dia teringat dengan telepon hari itu, sepertinya ada sebuah kekuatan yang mendorongnya, di otaknya ada sebuah pikiran yang terus menjadi semakin jelas.Dia mau mengikuti babak final dengan desain ini!Andreas pergi ke Perusahaan Perhiasan Nadine untuk mengumpulkan gambar desain ini.Setelah itu, dia jalan-jalan tanpa tujuan sampai malam. Tanpa dia sadari, dia lagi-lagi tiba di Bar Artemis.Lala terus mengikutinya.Namun, dia tidak tahu, waktu dia melewati alun-alun yang paling ramai di Binara, ada seseoran
Semakin Andreas tidak menjawab, Lala semakin menginginkan sebuah jawaban.Andreas mulai merasa kesal, teringat dengan suara di telepon tadi, tanpa dia sadari dia berkata, "Undangan babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional."Lala jelas terlihat terkejut. "Kamu ... lolos babak awal?"Andreas tidak menjawab.Lala tetap merasa gelisah. "Kak, kamu mana ada waktu ikut final? Katanya babak final kompetisi ini nggak hanya harus desain, tapi harus merealisasikan desain itu lalu membawanya ke babak final. Kak, kamu nggak pernah membuat perhiasan ...."Lala ingin membujuknya untuk menyerah.Tiba-tiba, sebuah adegan muncul di benak Andreas.Dia ingin menangkapnya, tapi adegan itu bagaikan sebuah gelembung busa, seketika hilang tanpa jejak. Setelah itu, Andreas merasa kepalanya nyeri."Kak, kalau nggak kita pergi lebih cepat saja. Aku dengar di luar negeri ...."Suara Lala masih terdengar di kamar, Andreas berusaha menahan kekesalannya, tapi akhirnya dia menyela, "Keluar."Lala tertegun.Dia
Di Perusahaan Perhiasan Nadine.Celine sudah berkali-kali menelepon nomor yang sama, tapi tidak diangkat.Dia melihat data peserta yang masuk ke babak final di depannya.Tuvin Sarwen.Celine sudah melihat karya peserta ini.Meski gambarnya agak kasar seperti digambar dengan buru-buru, desainnya adalah yang paling bagus di antara yang lainnya.Dia ingin orang ini berpartisipasi di babak final.Namun, orang ini hanya mengisi satu nomor telepon.Kalau telepon ini tidak terhubung, berarti tidak ada cara lain untuk menghubunginya.Karena tidak ingin melewatkan orang yang berbakat, Celine mencoba untuk terakhir kalinya.Kali ini, akhirnya panggilan terhubung.Saat panggilan terhubung, dia tidak bicara. Samar-samar, dia bisa mendengar suara napas yang entah kenapa membuat jantung Celine berdebar. Dia sadar kembali dan berkata, "Halo, apakah ini Tuan Tuvin Sarwen?"Suara itu membuat Andreas tertegun.Suara ini .... Kenapa terasa familier? Seakan-akan pernah dengar di mana, seakan-akan dia sang
Orang di depannya ....Begitu Celine memanggil nama itu, dia sudah tahu kalau dia salah panggil.Bukan Andreas, itu Dylan.Celine merasa kecewa, lalu melihat kekecewaan di wajah Dylan, dia juga merasa bersalah. "Dylan, maaf, aku ....""Nggak apa-apa ...."Tanpa menunggu Celine selesai minta maaf, Dylan sudah tersenyum cerah.Dia mana mungkin tidak tahu serindu apa Celine pada kakaknya!Namun, mereka sudah cari selama ini, tetap tidak ada kabar apa pun, Dylan juga merasa bersalah. Dia pun mendorong buket bunganya ke Celine sambil berkata, "Kak Celine, aku dan kakakku memang mirip. Ini untukmu, anggap saja aku ini kakakku. Aku juga menggantikan kakakku memberimu bunga ini."Menggantikan kakaknya memberinya bunga ....Celine pun menerima bunga itu. "Terima kasih, Dylan."Dia melihat-lihat bunga itu, lalu melihat orang itu. Namun, sosok yang muncul di benaknya adalah Andreas."Ah, bunganya sudah dikasih ...."Para wanita di sekitar refleks berteriak.Bisa menerima bunga dari pria tampan me
Mata para wanita pun berbinar-binar.Andreas seakan-akan tidak melihat tatapan mereka.Tiba-tiba, dia melihat seorang gadis kecil yang jualan bunga dan tanpa dia sadari, dia berjalan menghampirinya."Kak, mau beli bunga?" tanya gadis kecil itu.Andreas tiba-tiba sadar lalu tersenyum pahit. Apa yang sedang dia lakukan?Dia benar-benar menuruti kata-kata sopir itu?Wanita itu jelas-jelas tidak kenal dia."Pacar Kakak pasti bakal suka." Gadis kecil itu mengeluarkan sebuket bunga mawar.Warna merah yang mencolok itu membuat Andreas melamun sejenak. Di benaknya bisa-bisanya muncul seseorang yang memakai gaun merah. Dia ingin menangkap ingatan itu, tapi terlambat.Hatinya penuh dengan kekecewaan seakan-akan kehilangan sesuatu."Kakak ...."Gadis kecil itu mengulurkan bunga itu ke depan Andreas.Andreas sadar kembali, lalu akhirnya dia mengambil buket bunga itu dan bayar.Melihat bunga merah di tangannya, sebuah gejolak muncul di hatinya, di benaknya muncul adegan dia memberikan bunga ini ke