"Aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu."Tatapan Andreas yang membara membuat wajah Celine tersipu.Celine memalingkan tatapannya ke ujung celana Andreas. "Kamu duluan.""Pejamkan matamu!" Andreas ingin memberinya kejutan.Celine mengernyit karena tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Andreas, tetapi dia tetap memejamkan matanya. Lama kemudian, tidak ada pergerakan apa-apa. Tiba-tiba, suaminya meraih tangannya.Saat Celine ingin membuka mata, Andreas memperingatkan, "Jangan buka mata!"Kemudian, Celine merasakan ada sesuatu yang dingin dipakaikan ke pergelangan tangannya.Dari pengetahuannya selama bertahun-tahun di bidang perhiasan, Celine tahu itu adalah gelang.Andreas memberinya gelang?Saat Celine terkejut dan bingung apa maksudnya, suara Andreas berbunyi di sisi telinganya."Nenekku bilang kalau ketemu orang yang kusuka, berikan ini padanya. Celine, sekarang kuberikan ini padamu."Suara Andreas rendah, dalam, dan sangat memikat.Pikiran Celine menjadi kosong. Detik beri
"Aku nggak suka kamu, sudah waktunya untuk mengakhiri kontrak pernikahan kita!"Setelah itu, Celine langsung kembali ke kantornya.Wajah Andreas sangat masam.Tidak menyukainya?Bagaimana mungkin Celine tidak menyukainya?Celine jelas-jelas sangat terpukau oleh ketampanannya!Andreas tidak pernah merasa frustrasi seperti ini. Dia melihat gelang giok di tangannya dengan heran, tidak tahu apa kesalahannya....Sore hari, Celine pergi ke bank untuk menarik uang tunai sebesar dua miliar.Jika tidak ada batas penarikan uang tunai, dia akan menarik semua uang yang seharusnya dibayar pada Andreas.Sepulangnya ke Kompleks Tiara, Andreas tidak di rumah.Celine menaruh uang tunai di kamarnya. Malam ini, suaminya tidak pulang.Setiap hari, Celine akan membawa pulang uang tunai sebesar dua miliar. Beberapa hari kemudian, dia sudah mengumpulkan lebih dari delapan miliar di rumah.Pagi ini, Celine menelepon suaminya.Sesaat kemudian, saat Celine mengira Andreas tidak akan menjawab telepon, telepon t
Melihat keterangan "istriku" di layar ponsel ketika Andreas menelepon, Carla tahu siapa yang menelepon.Belum pernah dia melihat ekspresi antusias seperti itu di wajah Andreas.Andreas bergegas mengemudikan mobil menuju Kompleks Tiara.Carla ingin mengejarnya, tetapi pada akhirnya memilih untuk diam di tempat.Di lobi hotel, Carla memandangi arah perginya Andreas dengan bengong.Apakah dia sudah terlambat?Carla meraba luka di pipinya. Dia ingin datang ke Kota Binara demi Perlombaan Desain Perhiasan waktu itu.Namun, sejam sebelum berangkat, Adrian yang mabuk mendatanginya dan terus mengganggunya. Di tengah perselisihan, Adrian memukulnya.Carla sangat menyesal.Semua orang merasa Andreas akan kalah dalam perebutan kekuasaan Keluarga Jayadi kala itu, maka dia memilih pria lain.Jika dia berpegang teguh untuk tinggal di sisi Andreas, dia sudah menjadi istrinya sekarang. Dia tidak perlu bercerai untuk membuat pilihan lagi.Bahkan jika ada pilihan sekarang, sudah terlambat.Terbersit kese
Celine mengirim pesan dan menyuruhnya pulang untuk membayar uang?Setumpuk uang tunai tersusun dengan rapi di dalam kamar. Dia sudah meminta pihak bank untuk mencegah Celine mentransfer uang ke rekeningnya, maka Celine menarik uang tunai?Butuh waktu dan tenaga untuk membawa pulang uang tunai sebanyak itu, 'kan?Andreas menoleh pada mesin penghitung uang itu dan tersenyum sinis."Bu Celine memang perhatian sekali."Celine telah mempersiapkan segalanya untuk memutuskan hubungannya secepat mungkin!Celine tidak bisa berkata-kata.Ada apa dengan tatapan dan nada bicara Andreas?Seolah-olah dia adalah wanita bajingan yang tidak bertanggung jawab dan telah melukai hatinya.Andreas jelas sudah memiliki wanita lain!Entah mengapa, Celine merasa bersalah karena tatapan Andreas. Kemudian, dia memalingkan tatapannya dan mendesak Andreas, "Hitung dulu!""Nggak perlu!"Andreas mengalihkan tatapannya dengan sikap dingin. "Aku akan suruh orang ke sini untuk urus semua uang ini. Sedangkan kontrak ...
James mengiakan dan langsung menutup telepon.Andreas sedang duduk di sofa di depan setumpuk uang tunai dengan wajah suram.Owen berdiri di depan pintu dan tidak berani menimbulkan suara sedikit pun.Setengah jam kemudian, James tiba."Andreas, nggak setia kawan kamu. Bisa-bisanya kamu nggak jawab teleponku! Nggak heran si Cantik ...." Suara James sudah terdengar dari luar.Tepat saat itu, Owen mengeluarkan kepalanya dan memberinya isyarat mata untuk diam.James kebingungan.Begitu masuk, dia mengangkat alis karena Andreas sedang duduk di depan setumpuk uang tunai dan mengamatinya dengan sungguh-sungguh."Sejak kapan Tuan Andreas tertarik pada uang? Memangnya uang Keluarga Jayadi belum cukup banyak? Kamu mau tingkatkan keinginanmu untuk mencari lebih banyak uang dengan cara melihat uang tunai?"James mengabaikan isyarat mata Owen dan duduk di sofa sebelah Andreas.Melihat kantong berkas itu, dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Namun, kantong yang baru disentuhnya direbut oleh An
Di kamar 602 Hotel Millenial.Begitu masuk, ingatan malam itu melintas di benak Andreas.Celine yang mengenakan gaun merah seksi seolah-olah ada di depan matanya sekarang.Namun, Andreas segera terbangun dari keadaan mabuk.Tidak ada seorang pun selain dirinya di dalam kamar ini.Andreas tersenyum getir. Di malam itu, Celine sudah meracuni pikirannya dan racun itu menguat seiring berjalannya waktu.Namun, Celine pergi begitu saja dengan lugas.Andreas duduk di pinggir ranjang dan merasa lebih sedih dalam keadaan sadar. Kemudian, dia menelepon resepsionis untuk memesan sebotol bir.Staf resepsionis hendak membawakan bir ke atas.Lily yang menunggu dari tadi akhirnya mendapat kesempatan. Dia mengikutinya ke lantai 6."Ah ..." seru Lily tiba-tiba. Dia berlutut di lantai, seakan-akan baru saja tersandung.Pelayan itu menoleh dan melihat Lily yang tengah kesakitan."Nona, apa kamu baik-baik saja?" tanya pelayan itu.Lily menahan rasa sakitnya seraya menatap pelayan itu. "Kakiku keseleo. Bis
"Ah ...."Jika tidak ada dinding di seberang, Lily pasti akan tersungkur di lantai.Pintu di belakangnya dibanting sampai tertutup. Lily merasa sangat heran. Obat di dalam tubuh Andreas jelas sudah bereaksi.Apalagi, Andreas sudah menganggapnya sebagai Celine, 'kan?Mengapa bisa begini?"Ah ...."Lily menggertakkan giginya seraya menatap pintu kamar yang tertutup rapat itu, lalu mengentakkan kakinya dengan sangat enggan.Di dalam kamar, Andreas bersandar di pintu dan akhirnya sadar bahwa dia tidak hanya mabuk.Rasa panas dalam tubuhnya sangat mirip dengan Celine di malam itu ....Keracunan?Teringat pada wanita tadi, Andreas melirik botol bir di meja dan langsung paham. Tatapannya menjadi sangat berbahaya."Sialan!" maki Andreas. Kemudian, dia pergi ke kamar mandi dan ingin meredakan rasa panas dalam tubuhnya dengan mandi air dingin.Di Kompleks Tiara.Celine sedang mengemas barang-barang di malam hari.Surat perceraian telah diberikan pada Andreas. Rumah ini disewa oleh mereka berdua
Tiba-tiba, Andreas tersenyum.Dia ingin bertanya apakah Celine tahu apa konsekuensinya jika dirinya datang kemari.Namun, saat ini dia tidak ingin bertanya lagi.Celine mengkhawatirkannya! Ini saja sudah cukup!Adapun yang lain ....Andreas mencengkeram pergelangan tangan Celine, menarik Celine ke dalam pelukannya, dan mencium bibir Celine.Pintu kamar ditutup.Pikiran Celine menjadi kacau saat dicium. Saat dia kembali sadar, dia baru menyadari kejanggalan Andreas.Kondisi Andreas saat ini sangat mirip dengan reaksinya saat keracunan pada dua kali sebelumnya.Andreas juga keracunan?"Linlin ..." gumam Andreas di telinga Celine. Dia memeluknya dengan erat, seperti ingin menggabungkan tubuh Celine dengan tubuhnya.Suhu di dalam ruangan meroket.Celine yakin bahwa Andreas keracunan.Dia ingin mendorong Andreas, tetapi Andreas sudah "menyelamatkannya" dua kali. Saat Andreas berada dalam situasi ini, dia tidak bisa berpangku tangan saja!Andreas pun tidak memberinya waktu untuk berpikir.Ce
Lily benar-benar panik, juga benar-benar takut.Kalaupun sudah melepas tangan Celine, dia tetap bisa merasakan suhu badan Celine. Wajah Lily pun sangat pucat."Kamu ... kenapa?" tanya Celine sambil tersenyum, seperti sedang mengkhawatirkannya.Namun saat ini, Lily tidak bisa mendengar suara apa pun. Dia hanya bisa melihat senyuman di wajah Celine, dan dia semakin yakin kalau itu adalah Celine! Celine yang masih hidup!Namun ... kenapa Celine masih hidup?Dia lihat dengan mata kepalanya sendiri gudang itu meledak, dia sendiri yang menekan tombol bomnya. Saat ini, dia masih ingat kekuatan ledakan itu, satu bom diikuti dengan satu bom, meledak secara berurutan. Kekuatan ledakan itu sudah cukup untuk membuat tubuh orang meledak berkeping-keping.Dia juga melihat sendiri sisa mayat Celine yang bahkan wajahnya tidak terlihat.Lalu kalung itu ....Celine jelas-jelas sudah mati, kenapa bisa masih hidup?Di benak Lily, berbagai ingatan muncul, dia sedang mencari petunjuk.Sementara saat ini, ad
"Ah!"Lily langsung berdiri dengan panik dan ingin kabur, tapi karena sepatu hak tingginya terlilit seprai di bawah,sebelum dia berdiri, dia sudah terjatuh lagi dengan posisi duduk.Dia merasa sakit, tapi dia tidak peduli.Dia melihat wanita yang tadinya jongkok perlahan-lahan berdiri, wajahnya penuh dengan ketakutan.Celine!Itu hantu Celine!"Pergi, pergi kamu." Lily menutup matanya, seakan-akan tidak akan takut kalau tidak kelihatan.Namun, meski mata tertutup, telinga tetap bisa mendengar.Dia mendengar ada suara langkah kaki yang mendekat, suara Celine pun terdengar. "Aku datang untuk menghadiri pesta, sayang sekali kalau aku meninggalkan pesta seseru ini. Aku nggak mau pergi."Setelah itu, dia mendekati Lily dan berkata lagi, "Kamu nggak menyambutku?"Menyambutnya?Menyambut hantu?Lily tadinya merasa dia yang meledakkan gudang itu, kalaupun Celine mendatanginya dalam bentuk hantu, dia juga tidak takut. Dia bahkan akan memamerkan kemenangannya ke Celine.Namun, dia ternyata teta
Akan tetapi, setelah dia merengek kesakitan, tetap tidak ada jawaban.Mana Hansen?Tadi dia jelas-jelas melihat Hansen ada di belakangnya, tidak jauh darinya.Lily berusaha menahan sakit lalu menopang tubuhnya sendiri dan menoleh mencari Hansen.Dia langsung melihat ke arah terakhir dia melihat Hansen, Hansen ada di sana."Kakak ...." Lily melihatnya dengan ekspresi sedih, ingin mendapat kasih sayang darinya. Namun, Hansen .... Wajahnya datar ....Hansen hanya melihatnya. Melihat dia jatuh, kenapa Hansen tidak bereaksi?"Kakak ...." Lily tidak percaya.Namun, waktu dia memanggil Hansen lagi, dia malah melihat Hansen tersenyum sinis.Tersenyum sini ....Sejak dia pulang ke kediaman Nadine, dia tidak pernah melihat ekspresi ini di wajah Hansen.Dia adalah Lala yang disayangi Hansen, Hansen kenapa malah menunjukkan ekspresi seperti ini padanya?"Kakak, sakit ...." Lily kebingungan, dia sudah memanggil Hansen berkali-kali, Hansen tidak mungkin tidak dengar. Namun, Hansen seakan-akan tidak
Mereka penasaran siapa sebenarnya "pemenang" ini, bisa-bisanya seberuntung ini!Di udara yang hening ini, terdengar suara embusan angin di pegunungan.Angin itu mengembus helaian rambut di samping telinga Celine. Lily pun memanfaatkan kesempatan ini agar bisa berpura-pura tangannya "tidak sengaja" menyangkut di rambut Celine."Ah, maaf, maaf ...." Lily segera meminta maaf.Karena merasa bersalah, dia menjadi semakin panik.Karena panik, dia maju selangkah lalu "tidak sengaja" menginjak seprai yang memanjang sampai ke tanah.Dilihat dari samping, Lily sangat baik hati membantu "pemenang" untuk melepas topengnya.Tidak ada yang melihat senyuman licik di wajahnya.Akhirnya, topengnya sudah longgar.Asalkan dia menariknya ke bawah, topeng itu akan lepas dari wajah si "semut" ini. Namun, sebelum ini, dia harus cari cara melepas kain penutup tubuh wanita ini dulu.Tadi, kedua kakinya sudah menginjak seprai itu, jadi dia sudah selesai melakukan persiapan.Sekarang, dia hanya perlu mendorong w
Lily menatap orang di depannya.Dia tahu, begitu dia bicara begini, siapa pun pasti akan setuju.Kalaupun tidak, orang-orang di sekitar juga akan memberinya tekanan.Seperti yang Lily duga,ketika "pemenang" bertopeng hitam itu tidak langsung menjawab, orang-orang mulai berseru,"Tentu saja bersedia. Nona Lala saja sudah mau kasih dia properti seharga 20 miliar, jangankan gantian topeng dengan Nona Lala, minta apa pun juga boleh.""Benar! Kalau ini saja nggak mau, apa nggak terlalu pelit?""Pemenang ini aneh banget, dandanan apa ini? Apa itu yang dia pakai? Seprai?"Ada orang yang menyadari seprai yang dia pakai.Namun, semua orang lebih fokus pada kenapa dia masih belum menyetujui permintaan Nona Lala.Setelah beberapa saat, mereka baru mendengar pemenang itu berkata secara perlahan,"Kamu yakin?"Semua orang pun terdiam.Heh, apanya yang perlu yakin atau tidak?Lily juga tersenyum tipis, dia tentu saja yakin. Dia tidak hanya yakin mau mengambil topengnya, dia juga mau "tidak sengaja"
Tepukan tangan Lily berhenti sejenak.Kemudian semakin bersemangat.Semua orang tidak menyadari tepukan tangan yang berhenti sekilas tadi. Di bawah suara tepukan tangan yang semakin cepat itu, semua orang semakin bersemangat.Semua orang melihat Lily, tapi Lily malah mengamati sosok yang sedang berusaha kabur itu.Dia melihat topeng rubahnya sedang dalam jalan menuju sosok itu.Dia memperkirakan waktunya lalu tiba-tiba berhenti.Semua orang pun terdiam.Mereka tahu permainan ini sudah ada pemenangnya.Siapa pemenang yang beruntung itu?Seketika, semua orang mencari-cari dan melihat ke satu arah.Kemudian, mereka melihat topeng rubah itu jatuh di tanah, sementara orang yang menjatuhkannya adalah ....Semua orang langsung mengernyit.Orang yang memakai topeng kucing hitam itu ... tubuhnya dibalut seprai?Semua orang langsung memasang muka bertanya-tanya.Mereka semua tertegun.Kenapa orang ini bisa pakai seprai?Semua orang yang datang di sini pasti berpakaian formal."Ini apa dihitung?
Di bawah tatapan kagum dan berharap semua orang, Lily mengeraskan suaranya sedikit."Sebagai balasannya, aku ingin menentukan sebuah hadiah. Kita pakai topeng ini sebagai properti untuk permainan ini. Waktu suara drum berhenti, siapa yang memegang topeng ini adalah pemenang malam ini. Aku akan memberi orang itu properti seharga 20 miliar atas namaku."Properti seharga 20 miliar!Nona Lala sekali main hadiahnya sampai sebesar itu.Seketika, para tamu langsung heboh."Boleh, boleh, aku mau jadi pemenang hari ini.""Masih belum tentu, aku sangat suka topeng rubah punya Nona, topeng itu pasti jadi punyaku.""Punyaku, punyaku."Permainannya belum dimulai, para tamu sudah mulai rebutan.Apa boleh buat, hadiah ini terlalu menarik, siapa pun ingin mendapatkannya.Lily melihat kehebohan di depan matanya, lalu senyumannya pun semakin lebar.Properti seharga 20 miliar?Tidak ada.Orang yang akan mendapatkan topengnya ini entah bakalan masih mau hidup atau tidak. Mana ada kesempatan mencarinya unt
Sayangnya, adegannya tidak terlihat.Namun, hanya dari suaranya saja, sudah tahu Lina melakukannya dengan baik.Ini hanya hidangan pembuka, nanti waktu wanita yang bajunya sudah dilepas itu dilempar keluar oleh Lina, dia masih ada kesempatan untuk mempermalukannya secara pribadi.Setelah beberapa saat, Lina memungut ponselnya.Kemudian, terdengar Lina menjelaskan dengan suara takut. "Nona, tadi ponselnya jatuh. Aku sudah melepas bajunya secara paksa sesuai permintaanmu. Tadi dia lari waktu aku lengah, Nona ...."Lina takut atasannya merasa pekerjaannya tidak memuaskan.Untungnya Lily menjawab dengan santai, "Sudah, lumayan bagus."Di dalam toilet,Lina menghela napas lega.Kemudian, dia melirik Celine. Dia tidak menyangka pertunjukan mereka tadi yang hanya perlu suara saja benar-benar bisa membohongi Lala.Saat ini, baju Celine baik-baik saja.Dia bersandar di dinding dengan lengan dilipat di depan dada, sangat percaya diri dengan reaksi Lily.Sementara Lina ....Tadi dia tegang sampai
Tanpa menunggu Lina berbicara, dia langsung berkata, "Aku nggak melihat apa pun, nggak tahu apa pun."Setelah itu, dia mengalihkan tatapannya dari Celine.Waktu dia berbalik mau pergi, langkahnya terhenti lalu dia menambahkan dengan suara kecil, "Selamat pulang kembali."Jeremy tersenyum lalu langkahnya jadi cepat.Ketika sosoknya sudah menghilang, Lina baru sadar kembali lalu melihat Celine. "Bu Celine ...."Lina terlihat tidak yakin dengan sikap Jeremy.Namun, Celine sangat yakin."Tenang saja, dia nggak bakal kasih tahu siapa-siapa." Celine memikirkan kesenangan yang terkandung dalam "selamat pulang kembali" itu.Jeremy berharap dia hidup, mana mungkin mengkhianatinya?Jeremy ....Dia tidak banyak berinteraksi dengan Jeremy, tidak pernah benar-benar mengenal "Tuan Muda Jeremy" ini. Namun sekarang, dia merasa sepertinya dia bertambah seorang teman.Benar, teman.Karena mereka itu teman, mereka pasti berharap satu sama lain baik-baik saja.Lina pun merasa lega.Dia segera kembali ke t