Suara tembakan meletus, menggema di seluruh ruangan yang kini dipenuhi ketegangan.Sebuah erangan panjang terdengar.Namun bukan dari Elara yang menjadi sasaran tembak.Itu berasal dari Arthur sendiri, yang kini terhuyung-huyung ke belakang. Tangan kanannya berdarah, tertembak, dan pistol yang semula tergenggam kuat di tangannya terlempar jauh."Keparat kau!!"Seruan dan tembakan itu berasal dari Ethan, yang telah berlari masuk ke dalam ruangan dan langsung menerjang Arthur dengan kemarahan membara.Di belakangnya, tim Delta Force dengan wajah tertutup balaclava dan seragam taktis hitam, menyerbu masuk dengan senapan M4A1 terangkat. Lampu senter mereka menyapu seluruh ruangan yang nyaris temaram.“Senjata di tanah! Sekarang!” teriak sang komandan.Lebih dari lima belas anak buah Arthur yang berada di dalam ruangan itu tersentak, beberapa dari mereka langsung mengangkat senjata. Tembakan pertama dilepaskan, menggema di seluruh ruangan.Tim Delta Force sudah terlatih untuk situasi sepert
“Terima kasih,” Elara menyela. Kedua manik zamrudnya terlihat redup. “Terima kasih sudah kuat untukku, Rion..”“Tidak,” geleng Arion. “Aku yang terima kasih. Maafkan aku… Maafkan aku, gagal melindungimu sampai kau harus mengalami ini semua…”“Maafkan aku…” ulang Arion sungguh-sungguh.“Tidak. Maafkan aku…” Elara beringsut mendekat dan mengecup tepi rahang suaminya.Namun sebuah suara cukup keras, terdengar.“Oh ayolah! Situasi genting, dan kalian sempat-sempatnya bermesraan??”Keluhan Ethan terdengar dari belakang, sontak membuat Arion dan Elara yang dalam posisi berbaring dengan tubuh terikat, sama-sama menengok ke asal suara.“Ethan!” seru Elara. Meski bernada riang, getaran sisa shock masih terdengar di dalam suara wanita cantik itu.“Apa kabar sepupu?” sapa Ethan ramah dengan suaranya yang juga bergetar.Pria tampan itu jelas tak bisa menyembunyikan rasa takut dan cemas yang luar biasa menguasai dirinya saat tahu Elara hampir tidak tertolong.Mata birunya yang semula begitu garang
Arion berdiri di depan pintu kaca ruang rawat inap VIP rumah sakit yang dijaga ketat oleh anggota FBI.Mata kelabunya yang tajam, biasanya penuh kendali, kini dipenuhi oleh berbagai emosi yang bergejolak.Dada Arion terasa sesak, seolah-olah tak ada cukup udara untuk menenangkan ketegangan yang menumpuk sejak ia mengetahui kebenaran ini.Ayah kandungnya, Aiden Ellworth, yang selama ini ia pikir adalah penjahat keji yang telah membunuh ibunya, terbaring di dalam ruangan itu.Kenyataan yang selama ini tersembunyi terungkap dengan brutal, meruntuhkan tembok-tembok pertahanan di hatinya.Dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya, Arion menatap lama kaca pintu itu, seolah mencoba menguatkan diri.Ia telah melalui banyak hal dalam hidup—pertempuran bisnis yang keras, pengkhianatan, kehilangan, pertumpahan darah. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkan dirinya untuk pertemuan ini.Pria yang terbaring di dalam, pria yang seharusnya menjadi pelindung dan pemandunya sejak ia kecil, baru ditemukan
Ethan dan James memilih keluar dari ruang rawat inap VVIP tempat Elara dirawat.Meskipun kekhawatiran terhadap kondisi Elara masih membayangi, mereka tahu percakapan ini tak bisa dilakukan di hadapannya.Keduanya berjalan menuju sebuah ruangan kecil di lantai yang sama, ruangan yang jauh dari keramaian, dengan enam orang pengawal yang berdiri agak jauh dari keduanya, membuat percakapan mereka tak akan terdengar siapa pun.Tempat itu memberi mereka ruang yang cukup aman untuk pembicaraan yang serius yang mungkin akan mengubah banyak hal.Di dalam ruangan itu, James duduk di kursi besar, wajahnya tampak tegang dan penuh kengerian.Baru saja mendengar apa yang disampaikan Ethan, ia masih tidak bisa percaya.“Jadi, yang kau katakan…” James menggeleng pelan, suaranya rendah namun penuh amarah yang tertahan. “Arthur Ellworth bukan ayah kandung Arion, dan... dia yang membunuh ibu kandung Arion? Istrinya sendiri?”Berita yang dulu ramai, adalah bahwa Imelda Ellworth terkena penyakit akut dan
Elara menggelengkan kepalanya pelan. “Ini bukan salah siapa pun, Pati. Apa yang terjadi... sudah terjadi. Kita semua, termasuk dirimu, adalah bagian dari nasib yang sulit dihindari. Tidak ada yang bisa mencegah ini.”Matanya sedikit berkabut saat ia memikirkan semua yang telah terjadi—pertumpahan darah antara pasukan Arion dan Aiden, dua pria yang seharusnya tidak pernah berhadapan dalam konflik kekerasan seperti itu. “Aku hanya berharap semua ini tidak sampai pada pertumpahan darah...” gumam Elara lirih, lebih kepada dirinya sendiri.Toba menghela napas berat. “Nyonya, dalam situasi ini, tidak heran. Tuan Aiden sangat waspada. Dia tidak percaya pada siapa pun kecuali orang-orangnya sendiri. Ia mungkin melihat Anda dalam bahaya dan tidak mempercayai orang-orang Tuan Arion, berpikir bahwa mungkin saja salah satu dari kami adalah kaki tangan Arthur, jadi... Tuan Aiden bertindak untuk melindungi Anda, meskipun itu berarti mengambil keputusan ekstrem.”Toba terpaksa menyebut nama, karena m
Di lorong rumah sakit yang hening, ketegangan terasa semakin menebal.James Wayne, dengan wajah tegang, berdiri di luar Emergency Room.Napasnya terdengar berat saat ia memerintahkan tim pengamannya untuk meningkatkan kewaspadaan. "Siaga penuh! Tidak ada yang masuk tanpa izin saya. Kita tidak tahu apa yang sedang kita hadapi."Beberapa pengawal segera bergerak, mengamankan seluruh area.Dua lantai rumah sakit yang sebelumnya sudah dikosongkan kini semakin dijaga ketat. Wajah mereka serius, mata mereka terus mengamati setiap pergerakan mencurigakan.Di sisi lain lorong, Ethan sedang berbicara dengan seorang petugas FBI yang berjaga.Suara mereka rendah, namun jelas penuh urgensi. “Sepertinya ini bukan kebetulan,” kata petugas FBI itu dengan nada waspada.Ethan mengangguk. "Arion sebelumnya baik-baik saja dan tiba-tiba mengalami sakit kemudian baru saja mengalami muntah hebat. Kita mungkin tidak bisa menyingkirkan kemungkinan dia diracun. Kita butuh tindakan cepat."Petugas FBI, seorang
Zhenzhen memutar gelas anggurnya di atas meja, matanya menatap Max penuh rasa ingin tahu.Di seberangnya, Max duduk dengan santai, namun tetap memancarkan aura serius khas seorang Maximilian.Di antara mereka, ada sebotol Lagavulin 16, whisky favorit Max, yang Zhenzhen tahu adalah minuman favorit pria setia seperti Max, tangan kanan Arion yang paling dipercaya.Meski demikian, Max tidak meminumnya berlebihan, hanya menyesap sedikit di waktu yang tepat."Tunggu. Gimana?" Zhenzhen mengernyitkan kening, suaranya memecah keheningan bar yang biasanya ramai.Malam ini, hanya mereka berdua yang ada di dalam, seolah waktu berhenti saat percakapan itu mengalir.Max meletakkan gelasnya perlahan, pandangannya fokus pada Zhenzhen yang terlihat masih mencoba memahami apa yang baru saja ia dengar."Arion bekerja sama dengan FBI?" Zhenzhen mengulang pertanyaannya, masih tak percaya. "Untuk menangkap target paling dicari FBI bertahun-tahun?"Max mengangguk pelan. "Iya."Zhenzhen terdiam sejenak, mata
Satu bulan kemudian.Di dalam kamar yang temaram, suara detak jam terdengar pelan, menyatu dengan deru napas pelan Arion yang terbaring lemah di atas ranjang.Tubuhnya terlihat sangat kontras dengan keperkasaannya selama ini.Seorang pria yang dikenal sebagai penguasa dunia bawah tanah, kini terkapar, mual, dan lemas. Tangannya yang kuat kini terlihat tak berdaya dengan infus menancap di lengan kirinya.Elara duduk di samping tempat tidur, baru saja selesai mengelap keringat dingin yang membasahi dahi suaminya. Ada kekhawatiran di matanya, meskipun di balik itu juga ada rasa sayang yang mendalam.Arion menatap Elara dengan mata yang setengah terbuka, lalu mengeluh dengan suara serak. “Mengapa hamil rasanya seperti ini? Bukankah ini terlalu aneh? Apa ada yang salah dengan hormon ku?” Ia menggerutu, membuat Elara menahan tawa.Keluhan itu datang dengan nada persis seperti wanita yang tengah berada dalam masa PMS."Sayang, kau tidak sedang hamil. Aku yang hamil. Kau hanya terlalu... terb