Elara duduk di kursi santai di balkon lantai dua, menikmati udara segar dan pemandangan Teluk San Francisco yang membentang luas di depannya. Ombak tampak berderai pelan, memecah keheningan pagi yang damai. Sinar matahari memantul lembut di permukaan air, memberikan kilauan yang menenangkan. Namun, meski suasana di luar begitu tenang, pikiran Elara justru sibuk. Ia teringat percakapan dengan Arion semalam sebelum suaminya berangkat ke Sacramento. Arion, seperti biasa, tampak sangat tenang saat menawarkan agar ia ikut ke Sacramento. Tapi Elara menolaknya, mendengar nama kota itu. Perasaan cemas seketika muncul begitu saja. "Kenapa tidak ikut saja? Memang ada beberapa hal yang harus aku selesaikan di kantor AE Group, tapi aku tidak akan lama di sana," ucap Arion saat itu, menatapnya lekat-lekat. Elara mencoba tersenyum, meski hatinya sempat ragu. "Aku pikir, lebih baik aku di sini saja. Villa ini nyaman... dan kau tahu, aku mungkin lebih baik tetap di sini." Arion mengernyit
Di gedung J. Edgar Hoover, di Washington DC. Agen Donovan duduk di belakang meja kerjanya yang penuh dengan berkas-berkas berserakan. Tumpukan dokumen yang tak terhitung jumlahnya menghiasi sudut ruangan, memperlihatkan betapa rumitnya kasus yang sedang ditangani. Cahaya lampu yang dingin menerpa wajahnya, membuat kerutan di dahinya semakin terlihat jelas. Matanya tak lepas dari sebuah berkas besar yang terbuka di hadapannya. Ia tampak serius, membaca setiap kalimat dengan cermat. Bawahannya, Agen Foster, berdiri tegak di depan meja, menunggu Donovan berbicara. Donovan menggeser pandangannya dari berkas ke arah Foster. "Apa petunjuk yang kita dapatkan dari agen lapangan lainnya?" Foster, yang sudah siap dengan jawabannya, segera menjawab dengan nada formal. "Kami berhasil melacak aliran uang ke salah satu rekening di Swiss yang terkait dengan sindikatnya, tapi itu masih belum cukup. Uang itu dialihkan lagi melalui beberapa perantara, dan jejaknya mulai kabur. Kita juga mendapat
Sore itu, rasa gelisah terus mengusik pikiran Elara. Sepanjang hari, pikirannya melayang, entah memikirkan apa.Ia merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan sejak kemarin tanpa Arion. Tiba-tiba ia teringat Jeanne, sahabatnya dan merasa hidupnya mungkin akan sedikit ceria jika Jeanne ada di sana.Akhirnya, setelah duduk melamun cukup lama dan terinspirasi cara Jeanne menghibur diri, Elara memutuskan untuk mengubah suasana dengan mencoba menghibur dirinya."Susie," panggil Elara, menatap pengawal pribadinya yang berdiri tak jauh dari sana. "Aku ingin keluar sebentar. Mungkin ke mall untuk berbelanja beberapa barang. Setelah itu, aku ingin mampir ke tempat Zhenzhen."Susie, yang sudah memperhatikan sikap Elara seharian, tersenyum lega. "Itu ide yang bagus, Elara. Kau memang butuh udara segar.”“Mall mana?” tanya Susie lagi, penuh perhatian.“Entahlah.”Susie merenung sesaat, kemudian mengemukakan idenya. “Bagaimana kalau kita ke Westfield San Francisco Centre? Ini tujuan belanja pa
Elara duduk di meja bar, jari-jarinya dengan santai menyentuh gelas berisi virgin mojito --minuman non-alkohol yang ia pilih, sementara senyumnya sesekali tersungging saat mendengar lelucon Zhenzhen.Mereka telah berbicara hampir satu jam, membahas berbagai hal dari bisnis Zhenzhen dan pekerjaan Elara di VeraCore, hingga sedikit kehidupan pribadi masing-masing."Aku senang kau mengunjungiku," kata Zhenzhen, memandang Elara dengan tawa ringan. "Kau terlihat lebih santai sekarang."Elara tersenyum, meski dalam hatinya masih ada sedikit kegelisahan yang terus merayap sejak pagi tadi. "Aku berusaha, Nona Zhen. Mungkin karena belanja di Westfield juga membantu menenangkan pikiran."Zhenzhen tertawa kecil sebelum seorang pelanggan mendekat ke bar, meminta segelas martini."Sebentar, aku harus melayani pelanggan," katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah rak minuman.Elara menyesap minumannya pelan, menikmati sejenak suasana bar yang mulai ramai.Ponsel di tasnya bergetar.Elara meraihnya
"Saya mengerti, ada kalanya kita terjebak dalam situasi di mana pilihan yang kita buat, meskipun rasional pada saat itu, bisa dipersepsikan berbeda oleh pihak luar," lanjut Donovan dengan tenang."Anda tahu, rumor tentang penjualan senjata ilegal... bukan hal yang mudah untuk dilepaskan begitu saja."Mata Arion menyempit sedikit. "Aku tidak terlibat dalam hal semacam itu," katanya, suaranya tetap tenang namun tegas.Arion tahu apa yang sedang Donovan berusaha lakukan.Agen senior itu sedang melakukan ‘rapport-building’, salah satu teknik interogasi yang mengedepankan pendekatan dengan membangun hubungan baik dengan orang yang akan di interogasi.Tujuannya jelas, untuk menciptakan suasana lebih nyaman dan membuat tersangka atau orang yang diinterogasi menjadi lebih terbuka.Tentu saja Arion tidak akan larut dalam permainan teknik Donovan tersebut.Donovan mengangguk, seperti sudah menduga respons Arion yang tidak mengakui apapun. "Saya bisa menghargai itu. Tapi Anda paham, kami harus me
“Isabelle gadis yang anggun dan tahu bersikap. Dia telah terdidik sempurna untuk bergaul di kalangan atas,” ujar Lenora. “Hanya saja--”Lucas menatap lantai, ia memang masih merasa aneh dengan fakta yang baru saja ia terima, bahwa Elara pun berasal dari kalangan kuat. Namun mendengar Lenora membicarakan Isabelle yang dikaitkan dengan Arion, hati Lucas sedikit merasa panas.“Elara sudah cocok sekarang bersanding dengan Ellworth dengan statusnya sebagai putri kandung James Wayne,” Lucas memberi pendapat. “Soal sikap, bibi bisa mendidiknya dengan ketat ke depan.”Lenora mengembus napas dan tersenyum tipis, berusaha menerima pendapat keponakannya itu.Melihat wajah enggan Lenora, Lucas segera beralih ke hal lain. “Dua keluarga besar seperti Ellworth dan Wayne bersatu... Bukankah seharusnya ada pesta pernikahan besar-besaran? Bukankah itu seharusnya diumumkan ke publik? Lalu, bagaimana dengan pesta pernikahan mereka? Aku yakin itu akan menjadi peristiwa besar yang akan mengguncang seluruh n
Hening sejenak di ujung telepon.Arion bisa merasakan Elara berusaha mencerna kata-katanya.‘Tentu saja aku percaya padamu, Arion. Tapi... apa yang sebenarnya terjadi?’Arion menelan ludah. “Ada beberapa hal yang tidak bisa kuberitahukan padamu sekarang. Bukan karena aku tidak ingin, tapi karena aku tidak boleh. Kau harus percaya padaku, Ara. Ini untuk melindungi kita berdua.”Elara terdiam lebih lama kali ini.Arion bisa merasakan kebingungan dan mungkin kekecewaan di balik keheningan itu. Namun, ia tahu ini adalah keputusan yang harus ia buat demi kebaikan mereka.‘Aku percaya padamu,’ akhirnya Elara berkata pelan. ‘Tapi janji padaku, apapun itu, kau akan jaga dirimu baik-baik.’“Aku janji, Honey.”‘Aku harap kau tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu, apapun itu.’Arion tersenyum kecil meskipun hatinya masih terasa berat. “Terima kasih, Ara.
Arion baru saja tiba di villanya yang megah di Pacific Heights, San Francisco, setelah perjalanan panjang dari Washington DC.Malam sudah semakin larut, namun Elara tetap terjaga, menunggu kedatangan suaminya dengan gelisah.Ketika pintu utama terbuka, bayangan tegap Arion menyambutnya.Mata kelabu pria itu menyiratkan lelah, namun juga ketenangan yang hanya ia temukan saat tatapannya menangkap bayangan Elara.“Selamat datang, Rion,” sapa Elara dengan senyuman lembut.Istri cantik Arion itu berjalan mendekat, membantu Arion melepaskan jas mahalnya.Arion tersenyum tipis, namun tidak mengatakan banyak. Ia membiarkan Elara memimpin malam itu.Mereka menuju ke kamar mandi pribadi yang berada di salah satu sudut villa --kamar mandi yang berbeda dari yang ada di dalam kamar mereka berdua. Kamar mandi itu dirancang khusus dengan sentuhan mewah namun intim.Sebuah jacuzzi besar berbentuk oval berada di tengah ruangan dengan pemandangan langsung ke kota San Francisco melalui jendela kaca besar