Bentar, masih ada satu lagi.....
Elara melangkah keluar dari kapal cepat yang membawa mereka dari dermaga menuju resor. Di hadapannya, sebuah pondok kayu mewah berdiri dengan latar belakang langit biru dan air laut berwarna turquoise yang berkilauan.Pondok tersebut berada di atas air, dikelilingi oleh terumbu karang yang bisa dilihat jelas dari dek. Angin lembut membawa aroma segar dari laut, sementara suara ombak yang tenang menciptakan suasana damai.Arion menggenggam tangan Elara saat mereka memasuki pondok.Interiornya menyatu sempurna dengan alam, dengan dinding kayu yang halus, jendela besar yang menawarkan pemandangan langsung ke laut, dan lantai yang terbuat dari kayu jati yang memberikan nuansa hangat.Ruangan itu dipenuhi cahaya alami yang masuk dari jendela-jendela besar, menciptakan atmosfer tenang dan nyaman.Di tengah ruangan, sebuah tempat tidur king-size berkanopi dengan linen putih lembut menunggu, sementara di sebelahnya terdapat sofa santai yang menghadap langsung ke pemandangan laut.Elara terseny
Akhirnya kita berada di penghujung cerita. Author berterima kasih atas kesetiaan kalian hingga di akhir. Dukungan dari kalian adalah hal paling mujarab yang membuat Author terus semangat menulis.Meskipun buku ini masih jauh dari sempurna, karena Author juga masih dalam tahap belajar menulis novel, Author berharap buku ini bisa menghibur ReeFellows semua.Tidak mungkin seseorang bisa memuaskan semua pihak. Karena itu Author minta maaf bagi teman-teman yang sangat tidak puas dan merasa kesal membaca buku ini, jangan diambil hati, ya kakak-kakak yang baik hati.Elara dan Arion memang tidak sempurna, karena pada dasarnya, tidak ada kehidupan sempurna di dunia ini.Karakter Perempuan (Female Lead/FL) yang Author buat, adalah seseorang yang apatis terhadap kepercayaan dan kasih sayang seseorang, karena pengalaman sejak kecil yang memang tidak ia dapatkan kepercayaan dan kasih sayang itu dari orang-orang yang seharusnya melindunginya. Karena itulah, kesalahan Arion yang membohongi Elara, mem
“Selamat datang di Reefterview, wawancara eksklusif yang ditunggu oleh para pembaca setia!Malam ini, kita akan menyelami dunia di balik layar novel Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa.Bersama saya, presenter malam ini, kita akan berbincang dengan para pemeran utama yang telah berhasil menghidupkan kisah penuh intrik dan romansa ini.Pertama, mari kita sambut pemeran Arion, pria tampan dan penuh wibawa yang memukau pembaca dengan karisma dingin namun memikatnya, juga julukan kulkas 10 pintu dari para ReeFellows.Selanjutnya, kita akan bertemu dengan Elara, wanita tegar yang perannya begitu mengesankan.Tak ketinggalan, Ethan, karakter dengan pesona hangat yang berhasil mencuri hati beberapa pembaca.Kita juga akan mendengar dari Isabelle, wanita penuh intrik dan rencana licik, dan Jeanne, karakter sahabat Elara yang tak kalah menarik.Bergabung pula bersama kita, Author Reef! Bersiaplah untuk mendengar mereka menjawab pertanyaan kalian dan wawasan dari sang kreator! Jangan lewatkan ses
Ethan tertawa lepas.Arion : “Selesai dari sini kita mampir di Imperial Club lagi. Ok?”Ethan : “Oke!”Elara mencubit lengan Arion.Elara : “Jangan bikin ribut di sini. Malu.”Arion : “Dia duluan, Honey…”Melihat kemesraan Arion dan Elara, Presenter pun tertawa.Presenter : “Sudah-sudah. Kita lanjut ok?”Mereka semua kemudian kembali melihat ke arah layar besar yang menampilkan pertanyaan berikutnya.Presenter : “Nah pertanyaan ini berasal dari Tauristy. Kalau tidak salah, Tauristy ini pemberi hadiah terbesar pada buku ini ya?”Author : “Itu benar. Terima kasih untuk kak Tauristy, kak Zhen, kak Heny, kak Asnila, kak Jie, kak Karin, kak Janaka atas support hadiahnya… Dan semua teman-teman penyumbang Gems, terima kasih sekali!”Presenter : “Pertanyaan dari Tauristy ini ada 2. Pertama untuk Mr. Ellworth. Pertanyaannya terlihat dalam. Apa yang akan Anda lakukan, jika Elara meninggalkan Anda selamanya. Apa Anda akan kembali ke dunia hitam? Apa akan bisa mencintai wanita lain?”Ethan terdeng
Dear ReeFellows!Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Editor In House GoodNovel, Author diizinkan untuk lanjut S2 secara langsung dibuku ini juga. (Thanks atas kebawelan kalian komen di bab dan terutama di cover depan, jadi kelihatan oleh pihak GN! Thanks so much!!)Makdarit-karena itu-that's why, Author akan langsung cuss lanjutin tanpa Extra Part yaa. Sekalian Author kasih early warning, kisah berlanjut dan tentunya akan ada beberapa konflik sampai menjelang konflik utama dan penyelesaiannya. Yang tidak berkenan, bisa menganggap kisah Arion dan Elara ini sudah Tamat di BAB 282 kemarin, yang masih berkenan... Siapin kesabaran dan jantung kalian untuk lanjutin perjalanan kita. Okay....?Oke deh. Let's Go!=== * * * ===Arion dan Elara baru saja turun dari jet pribadi Arion.Mereka tiba di Madison setelah empat hari berbulan madu di Bora Bora, sebuah tempat yang menawarkan keindahan alam yang memukau.Saat pintu jet terbuka, angin sejuk Madison menyambut mereka.Arion turun lebih du
Liliana yang berdiri di sampingnya tertawa kecil dan menggoda, “James, kita baru saja berpisah dengan Elara lima hari yang lalu. Kau bertindak seolah-olah dia pergi selama berbulan-bulan.”James mengangguk, masih memeluk Elara erat. “Aku tahu, tapi aku tidak bisa menahan perasaan ini. Aku ingin menebus setiap momen, setiap hari yang telah terlewatkan saat Elara tidak bersama ayah kandungnya.”Elara tersenyum lembut, merasa terharu dengan kata-kata ayahnya. “Ayah, aku di sini sekarang. Kita punya banyak waktu untuk menebus semuanya.”James akhirnya melepaskan pelukannya, namun tetap memegang kedua bahu Elara seakan memastikan bahwa putrinya benar-benar ada di sana. “Benar sekali, kita punya banyak waktu, Sayang.”Arion yang menyaksikan momen tersebut dari dekat, merasakan kehangatan di hatinya.Tidak bisa dipungkiri, ia pun merasakan bahagia melihat Elara akhirnya mendapatkan cinta dari keluarga kandun
James mengamati Arion dengan penuh minat, mencoba memancing lebih jauh. “Apa kau tidak memiliki keinginan untuk menguasai Wayne Group juga, melalui Elara? Jika itu terjadi, Arion, kau akan menjadi pengusaha paling berkuasa di seluruh Amerika, bahkan dunia.”Arion tersenyum tipis, namun ada kesan kerendahan hati yang dalam di balik senyumnya. “Aku tidak butuh menjadi penguasa dunia, James. Yang kubutuhkan hanyalah Elara di sisiku. Asalkan dia bahagia dan mendampingiku di sisa usia kami, itu sudah lebih dari cukup.Tanpa berniat menyombongkan, Arion menambahkan, “Bahkan jika Elara tidak memiliki Wayne Group, aku pastikan bahwa dia tidak akan kekurangan apapun.”James menatap Arion, terkesan dengan jawaban yang diberikan pria muda di hadapannya.Namun, meskipun kata-kata Arion sangat meyakinkan, ada sesuatu yang mengganjal di hati James, sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan.Dia seharusnya merasa tenang mengetahui bahwa putrinya ada di tangan yang tepat, bersama seorang pria yang tidak han
Elara melangkah keluar dari Mercedes keluaran terbaru yang diparkir rapi di depan gedung VeraCore.Sang supir, yang adalah supir pribadi James Wayne, ayahnya, membuka pintu dengan hormat, "Selamat bekerja, Nona Elara."Elara tersenyum kecil dan mengangguk. "Terima kasih, John."Mobil itu memang "sederhana" jika dibandingkan dengan koleksi mobil mewah milik ayahnya, namun tetap mencolok di antara mobil-mobil lain di tempat parkir basement VeraCore.Sebuah ironi, karena Elara justru ingin menyembunyikan siapa dirinya di kantor ini.Dia tidak ingin hubungan dirinya dengan James Wayne diketahui oleh pegawai VeraCore. Untung saja, basement saat ini sepi.Ini adalah hari pertama Elara kembali ke kantor di VeraCore setelah ia mengambil izin beberapa hari.Saat memasuki lobi kantor, Elara langsung disambut dengan suasana penuh gosip dan bisik-bisik.Beberapa pegawai yang sedang berbincang di dekat pintu lift bahkan tidak menyadari kehadirannya, terlalu asyik membahas topik yang sedang hangat.
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da
Markas utama di San Bernardino tampak penuh ketegangan. Di ruang pertemuan besar, cahaya lampu gantung memantul di atas meja panjang tempat para eksekutif utama The Draven berkumpul. Ketiga Executor—Albert, Isaac, dan Samuel—duduk di posisi masing-masing, menatap sosok Arion Ellworth, pria yang selama ini mereka kenal sebagai The Draven, pemimpin mereka yang tak terbantahkan. Samuel, Executor wilayah San Jose, adalah pria bertubuh tegap dengan garis wajah tegas. Rambutnya mulai memutih, namun sorot matanya masih tajam, mencerminkan kekuatan dan ketenangan yang ia bawa selama bertahun-tahun memimpin wilayahnya. Isaac, Executor wilayah Mount Horeb, Wisconsin, berbeda. Tubuhnya ramping, wajahnya lebih halus, tetapi matanya menyiratkan kejeniusan yang sering kali tersembunyi di balik sikapnya yang tenang. Ia terkenal sebagai ‘otak cadangan’ di balik banyak rencana besar yang berhasil dijalankan The Draven. Albert, Executor wilayah San Bernardino, adalah yang termuda. Dengan rahang pers
Aiden tersenyum tipis, sebuah senyuman yang mengandung ketegasan, bahkan ancaman halus di baliknya.“The Orcus bukan ancaman bagi pemerintah. Kami tidak pernah bergerak melawan kalian, Donovan. Jika ada yang perlu kau pahami, ketahuilah ini: The Orcus hanya berurusan dengan mereka yang mengincar kami atau mereka yang berada dalam wilayah kami. Kami adalah perisai, bukan pedang.”Donovan menatapnya, tak sepenuhnya yakin apakah pernyataan itu adalah bentuk pembelaan atau manipulasi.Aiden melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan penuh makna. “The Orcus tidak akan pernah menjadi ancaman bagi pemerintah Amerika Serikat… kecuali, jika pemerintah membuat kami tidak punya pilihan lain.”Kalimat itu menggantung di udara, begitu dingin dan tajam seperti bilah pedang yang tersembunyi di balik kata-kata.Donovan tahu, ini bukan ancaman langsung, tapi sebuah peringatan yang tak bisa diabaikan.Aiden sangat c
Matahari pagi yang hangat menyinari kamar tidur mewah di mana Elara sedang berdiri, merapikan dasi Arion dengan penuh perhatian.Arion Ellworth, dengan tubuh tegapnya dan postur sempurna, tampak gagah dalam setelan formal berwarna gelap yang membingkai fisiknya dengan sempurna.Mata kelabu pria itu berkilauan, menambah kesan misterius sekaligus memikat.Ketampanannya terasa tak terbantahkan, membuat Elara sejenak terpana, seperti kembali mengenang saat pertama kali bertemu dengannya.Arion telah kembali ke wujud lamanya—kuat, berwibawa, dan penuh energi—setelah beberapa bulan melemah akibat Couvade Syndrome.Selama sekitar 4 bulan, pria yang biasanya tegas dan tak tergoyahkan ini harus terkapar karena gejala kehamilan palsu yang dialaminya.Namun, kini di bulan kelima kehamilan Elara, semua gejala itu telah sirna.Tidak ada lagi mual, muntah, atau kelelahan yang membebani Arion. Dia kembali pada dirinya yang dulu, dengan e