Ethan tertawa lepas.
Arion : “Selesai dari sini kita mampir di Imperial Club lagi. Ok?”
Ethan : “Oke!”
Elara mencubit lengan Arion.
Elara : “Jangan bikin ribut di sini. Malu.”
Arion : “Dia duluan, Honey…”
Melihat kemesraan Arion dan Elara, Presenter pun tertawa.
Presenter : “Sudah-sudah. Kita lanjut ok?”
Mereka semua kemudian kembali melihat ke arah layar besar yang menampilkan pertanyaan berikutnya.
Presenter : “Nah pertanyaan ini berasal dari Tauristy. Kalau tidak salah, Tauristy ini pemberi hadiah terbesar pada buku ini ya?”
Author : “Itu benar. Terima kasih untuk kak Tauristy, kak Zhen, kak Heny, kak Asnila, kak Jie, kak Karin, kak Janaka atas support hadiahnya… Dan semua teman-teman penyumbang Gems, terima kasih sekali!”
Presenter : “Pertanyaan dari Tauristy ini ada 2. Pertama untuk Mr. Ellworth. Pertanyaannya terlihat dalam. Apa yang akan Anda lakukan, jika Elara meninggalkan Anda selamanya. Apa Anda akan kembali ke dunia hitam? Apa akan bisa mencintai wanita lain?”
Ethan terdengar berdecak.
Ethan : “Astaga itu memang dalam dan berat. Jawab tuh, Mr. Ellworth…”
Arion terlihat terdiam sejenak. Ia tetap terlihat tenang, lalu memberikan jawabannya.
Arion : “Elara akan bersamaku selamanya. Jika pun ia pergi lebih dulu, mungkin aku sudah amat tua. Aku tidak akan terpikir mencintai wanita lain selain dirinya.”
Presenter : “So sweet! Tapi jika itu terjadi saat kalian masih muda atau jauh dari tua?”
Arion : “Tidak perlu repot-repot. Aku akan mendatangi Author untuk tidak menulis yang aneh-aneh. Itu saja.”
Author tertawa canggung dan terbatuk beberapa kali.
Author : “Author gak akan nulis yang aneh-aneh. Dah, jangan datangi Author. Ok? ‘Ancaman’ dari kak Leacy saja sudah membuat Author merinding. Apalagi ditambah kamu.”
Presenter : “Baiklah… baiklah. Itu memang terlalu menakutkan untuk diteruskan. (Tertawa) Oke, pertanyaan kedua dari Tauristy adalah untuk Mr. Wayne. Kamu pria capable, high value, amazing dan untouchable untuk para jelata, katanya. Apa kriteria wanita idamanmu? Apa mungkin kau akan mencintai wanita dari kalangan biasa?”
Ethan berdeham. Manik birunya kini terarah pada Elara. Namun, belum sempat Ethan membuka mulut, Arion menyela pria itu.
Arion : “Don’t you dare!” (Jangan berani-beraninya)
Ethan terkekeh karena merasa Arion tahu bahwa Ethan akan menyebut Elara sebagai kriteria idamannya.
Ethan : “Dasar posesif! Well… itu pertanyaan aneh, Nona Tauristy. Sebelum Elara diketahui sebagai putri paman James, aku sudah menyukainya. Artinya, kelas sosial bukanlah pembatasku dalam menyukai seseorang. Aku hanya perlu tersentuh hati. Siapapun dan apapun latar belakang wanita itu, jika ia melakukannya, maka aku akan mengejarnya.”
Presenter : “Jawaban diplomatis yang baik, Mr. Wayne! Mari kita teruskan pada pertanyaan lainnya. Ini dari Sri Nihlatunnuha. Sepertinya untuk Author. Kapan Season 2 nya lanjut?”
Author : “Ini sebenarnya sekaligus sudah terjawab tadi ya. Author dengan senang hati akan membuat Season 2, namun tentunya akan mengumpulkan bahan-bahan serta observasi yang diperlukan, agar cerita yang dibuat tidak terkesan ‘amat ngawur’. Kemudian, Author juga butuh persetujuan dari pihak GoodNovel untuk ini. Teman-teman bisa bantu kasih feedback positif agar GN bisa melihat bahwa buku ini memang layak untuk berlanjut S2.”
Presenter : “Apa ada rencana launching buku lain?”
Author : “Ada. Sudah direncanakan oleh Author dan pihak Editor GN, untuk menayangkan judul baru. Tapi mungkin baru dilakukan pertengahan bulan ini.”
Presenter : “Oke… ternyata begitu ya. Baik, kita lanjut. Oh sebentar! Ini pesan dari Yus Riani mengatakan untuk menyisakan 1 model Arion!"
Author tertawa.
Author : “Sold out, kak Yus…”
Presenter : “Saya rasa juga demikian. Oke kita lanjut. Dari Asnila di Jakarta. Pertanyaan untuk Miss Stewart. Apa motif Anda membohongi Elara?”
Jeanne menarik napas, lalu tertawa kecil.
Jeanne : “Akhirnya kebagian juga ditanya. Well… tidak ada motif apa-apa. Karena pekerjaan ayahku memang pekerjaan gelap di dunia hitam, aku tidak ingin siapapun mengetahuinya. Termasuk Elara. Itu saja.”
Presenter : “Semoga jawaban itu bisa memuaskan Nona Asnila. Oke, kita lanjut lagi. Ini berasal dari Meiranda Sandria. Pertanyaan ini untuk Mr. Ellworth. Jika Elara belum terungkap sebagai anggota keluarga Wayne, apa yang akan kau lakukan untuk mendapat restu Arthur Ellworth?”
Arion mengangguk kecil lalu menatap sekilas Elara sebelum ia menjawab dengan suara berat dan seksinya.
Arion : “Apapun akan kulakukan. Lagipula Arthur hanya peduli pada urusan AE Group. Selama itu bisa kuurus dengan prima dan sempurna, Arthur kemungkinan besar akan tutup mata dengan siapa aku menikah.”
Elara mengelus lengan Arion, lalu ikut menambahkan.
Elara : “Aku juga akan berusaha meyakinkan ayah mertua dan ibu mertua untuk bisa menerimaku. Awalnya aku memang insecure, tapi menerima cinta yang begitu besar dari Arion, itu membuatku lebih percaya diri. Dan aku yakin dia selalu menjagaku.”
Presenter : “Itu manis sekali! Oke… kita menjelang pertanyaan terakhir, Dan ini berasal dari… Oh! Dari Leacykelces! Bukankah ini yang sering 'mengancam' mu, Author?”
Author tertawa.
Author : “Ya. Dia sampai mau bantuin siapin tujuh belasan dan sampai mengancam akan menghantuiku jika tidak buru-buru melanjutkan S2 buku ini….”
Seluruh penghuni ruangan itu ikut tertawa.
Presenter : “Oh ya ampun. Menakutkan sekali! Tapi memang itu yang harus dilakukan, bukankah begitu nona Leacy? Agar Author kita ini tetap giat dalam update dan menelurkan buku lainnya! Oke oke… pertanyaan darinya adalah adegan mana yang paling tidak disukai dan membuat penyesalan? Pertanyaan itu untuk setiap pemeran di sini. Mari kita mulai dari Ms Stewart!”
Jeanne : “Adegan saat aku tidak jujur pada Elara. Harusnya sejak awal aku terbuka padanya.”
Presenter : “Lanjut Ms Goldwin, lalu Mr. Wayne dan terakhir, pasangan romantis kita!”
Isabelle : “Adegan aku mengabaikan Lucas. Seharusnya aku mulai membuka hati saja pada Lucas, bukan terobsesi pada Arion. Well… tapi itu tuntutan skenario.”
Ethan : “Adegan saat lelang kalung. Harusnya aku abaikan Dianne dan terus menawar untuk kalung itu. Aku mungkin memiliki momen romantis, saat pemberian kalung itu pada Elara. Sayang sekali, Authornya tidak tega pada Arion."
Ethan menyugar rambutnya dan tersenyum miring.
Ethan : "Oh ya satu lagi. Adegan saat di kamar hotel dengan Elara. Harusnya aku tidak terlalu bersikap sopan dan mengambil sedikit kesempatan saat itu!”
Arion : “Kau mau mati?”
Elara menepuk paha Arion, lalu mengambil giliran menjawab.
Elara : “Kalau aku, adegan dimana aku harus meminta waktu satu tahun setelah kejadian tewasnya ayah Jeanne dan aku tahu pekerjaan gelap Arion. Seharusnya aku meminta dan mendengar penjelasan Arion dengan baik. Saat itu, pertama kalinya Arion mengatakan cinta padaku. Tapi aku bersikeras. Mau bagaimana lagi, aku harus mengikuti karakter yang diciptakan Author, kan? Aku betul-betul ketakutan dan ingin pergi jauh dari Arion.”
Presenter mengangguk.
Presenter : “Terakhir Anda, Mr. Ellworth.”
Arion : “Well… sudah jelas untukku. Adegan yang paling tidak kusukai dan paling kusesali adalah adegan ranjang dengan Elara.”
Presenter : “Kok bisa?”
Arion menatap Elara dengan senyuman nakal.
Arion : “Tidak kusuka, karena terlalu sebentar. Seharusnya Author membuat 3 bab lebih khusus untuk adegan itu bersamanya.”
Elara menepak keras lengan kokoh Arion, membuat pria itu harus berpura mengaduh.
Ethan : “Huh, maunya!”
Presenter tertawa riang atas semua hal yang terjadi di dalam ruangan itu. Ia lalu kembali pada Author dan memberinya pertanyaan penutup.
Presenter : “Jadi, inilah akhir dari Reefterview. Apakah ada harapan atau pesan yang ingin Anda sampaikan kepada ReeFellows, Author?”
Author : “Terlalu banyak. Tak henti rasa terima kasih dan juga penghargaan sebesar-besarnya bagi teman-teman atau ReeFellows yang telah sudi mengikuti buku ini hingga akhir. Semoga ini menjadi hiburan untuk semuanya dan kita akan terus dan tetap saling terhubung melalui kata-kata…..”
Kamera berhenti menyorot, dan lampu-lampu pun akhirnya padam.
Namun niat Author untuk terus berkarya, semoga tidak akan pernah padam.
* * *
Dear ReeFellows!Setelah berdiskusi panjang lebar dengan Editor In House GoodNovel, Author diizinkan untuk lanjut S2 secara langsung dibuku ini juga. (Thanks atas kebawelan kalian komen di bab dan terutama di cover depan, jadi kelihatan oleh pihak GN! Thanks so much!!)Makdarit-karena itu-that's why, Author akan langsung cuss lanjutin tanpa Extra Part yaa. Sekalian Author kasih early warning, kisah berlanjut dan tentunya akan ada beberapa konflik sampai menjelang konflik utama dan penyelesaiannya. Yang tidak berkenan, bisa menganggap kisah Arion dan Elara ini sudah Tamat di BAB 282 kemarin, yang masih berkenan... Siapin kesabaran dan jantung kalian untuk lanjutin perjalanan kita. Okay....?Oke deh. Let's Go!=== * * * ===Arion dan Elara baru saja turun dari jet pribadi Arion.Mereka tiba di Madison setelah empat hari berbulan madu di Bora Bora, sebuah tempat yang menawarkan keindahan alam yang memukau.Saat pintu jet terbuka, angin sejuk Madison menyambut mereka.Arion turun lebih du
Liliana yang berdiri di sampingnya tertawa kecil dan menggoda, “James, kita baru saja berpisah dengan Elara lima hari yang lalu. Kau bertindak seolah-olah dia pergi selama berbulan-bulan.”James mengangguk, masih memeluk Elara erat. “Aku tahu, tapi aku tidak bisa menahan perasaan ini. Aku ingin menebus setiap momen, setiap hari yang telah terlewatkan saat Elara tidak bersama ayah kandungnya.”Elara tersenyum lembut, merasa terharu dengan kata-kata ayahnya. “Ayah, aku di sini sekarang. Kita punya banyak waktu untuk menebus semuanya.”James akhirnya melepaskan pelukannya, namun tetap memegang kedua bahu Elara seakan memastikan bahwa putrinya benar-benar ada di sana. “Benar sekali, kita punya banyak waktu, Sayang.”Arion yang menyaksikan momen tersebut dari dekat, merasakan kehangatan di hatinya.Tidak bisa dipungkiri, ia pun merasakan bahagia melihat Elara akhirnya mendapatkan cinta dari keluarga kandun
James mengamati Arion dengan penuh minat, mencoba memancing lebih jauh. “Apa kau tidak memiliki keinginan untuk menguasai Wayne Group juga, melalui Elara? Jika itu terjadi, Arion, kau akan menjadi pengusaha paling berkuasa di seluruh Amerika, bahkan dunia.”Arion tersenyum tipis, namun ada kesan kerendahan hati yang dalam di balik senyumnya. “Aku tidak butuh menjadi penguasa dunia, James. Yang kubutuhkan hanyalah Elara di sisiku. Asalkan dia bahagia dan mendampingiku di sisa usia kami, itu sudah lebih dari cukup.Tanpa berniat menyombongkan, Arion menambahkan, “Bahkan jika Elara tidak memiliki Wayne Group, aku pastikan bahwa dia tidak akan kekurangan apapun.”James menatap Arion, terkesan dengan jawaban yang diberikan pria muda di hadapannya.Namun, meskipun kata-kata Arion sangat meyakinkan, ada sesuatu yang mengganjal di hati James, sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan.Dia seharusnya merasa tenang mengetahui bahwa putrinya ada di tangan yang tepat, bersama seorang pria yang tidak han
Elara melangkah keluar dari Mercedes keluaran terbaru yang diparkir rapi di depan gedung VeraCore.Sang supir, yang adalah supir pribadi James Wayne, ayahnya, membuka pintu dengan hormat, "Selamat bekerja, Nona Elara."Elara tersenyum kecil dan mengangguk. "Terima kasih, John."Mobil itu memang "sederhana" jika dibandingkan dengan koleksi mobil mewah milik ayahnya, namun tetap mencolok di antara mobil-mobil lain di tempat parkir basement VeraCore.Sebuah ironi, karena Elara justru ingin menyembunyikan siapa dirinya di kantor ini.Dia tidak ingin hubungan dirinya dengan James Wayne diketahui oleh pegawai VeraCore. Untung saja, basement saat ini sepi.Ini adalah hari pertama Elara kembali ke kantor di VeraCore setelah ia mengambil izin beberapa hari.Saat memasuki lobi kantor, Elara langsung disambut dengan suasana penuh gosip dan bisik-bisik.Beberapa pegawai yang sedang berbincang di dekat pintu lift bahkan tidak menyadari kehadirannya, terlalu asyik membahas topik yang sedang hangat.
“Kau tahu apa yang harus dilakukan,” kata Arion dengan suara rendah namun tegas. “Jadwalnya ada di sana.” Arion menunjuk ponsel yang ia serahkan pada tiruan dirinya.Sosok itu mengangguk tanpa berkata apa-apa.Ia sudah dilatih sejak lama untuk memainkan peran ini dengan sempurna, menjaga semua orang percaya bahwa Arion Ellworth, pewaris tunggal AE Group, CEO Triton Land Inc, dan VeraCore, tetap menjalani kehidupan normal.Sementara doppelganger-nya bergerak keluar penthouse dan menuju mobil dengan pengawalan ketat dari tim pengaman Ellworth, Arion mengganti pakaiannya dan menunggu.Ia kemudian keluar setelah memastikan ‘Arion’ tiruan menjauh dari hotel tempat ia berada.Tidak ada yang menyadari pertukaran itu. Selama ini, itulah yang dilakukan Arion hingga dirinya tidak pernah terdeteksi dan dikaitkan sebagai The Draven, penguasa dunia gelap di California.Meskipun ia kini berada di Wisconsin, ia tetap melakukan prosedur standar-nya seperti biasa, setiap ia akan berurusan sebagai ‘The
Mount Horeb, Wisconsin.Siang itu, sinar matahari yang cerah menyinari kota kecil Mount Horeb, menciptakan bayang-bayang panjang dari pepohonan dan bangunan tua yang menghiasi jalanan sepi.Namun, di balik ketenangan ini, ada sesuatu yang lebih gelap dan senyap terjadi di salah satu bangunan tak mencolok di sudut kota.Bangunan tersebut tampak seperti sebuah rumah biasa, dengan cat yang mulai pudar dan jendela yang tertutup rapat, tetapi di dalamnya, sebuah pertemuan rahasia berlangsung.Arion, yang dikenal di dunia hitam sebagai The Draven, duduk di ujung meja besar yang terbuat dari kayu mahoni tua.Ruangan itu diterangi oleh lampu redup, menambah kesan suram yang menggantung di udara.Di sekelilingnya, lima orang lainnya duduk, masing-masing adalah orang-orang kepercayaan Arion yang telah bersumpah setia padanya sejak bertahun-tahun lalu, termasuk Isaac, pemimpin di wilayah San Jose.Duduk di kanan Arion, Max, yang telah terbang dari California sejak kemarin untuk menghadiri pertemu
Itu adalah hari Minggu.Suasana pagi menjelang siang di mansion megah milik James Wayne terasa hening dan sejuk.Ethan berjalan perlahan menyusuri koridor panjang yang dipenuhi lukisan-lukisan berbingkai emas.Sejak masuk ke mansion, ia langsung mencari sosok yang ingin ia temui.Biasanya, ia selalu menemukan Elara di ruang tamu atau di perpustakaan kecil di sisi barat rumah, tetapi kali ini, tak ada tanda-tanda kehadirannya.Ethan menyusuri setiap ruangan, berharap menemukan Elara di salah satunya. Saat ia membuka pintu ruang tamu yang luas, hanya kesunyian yang menyambutnya."Di mana Elara?" gumamnya, kebingungan. Ia mencoba menghubungi ponsel Elara, namun tidak ada jawaban.Pria bermata biru itu melangkah menuju ruang keluarga, berharap menemukan kehadiran seseorang.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang lembut membuatnya menoleh.Liliana muncul dari arah dapur, tersenyum ramah melihat keponakannya."Ethan! Kau berkunjung ke sini?" sapa Liliana dengan senyum anggun-nya.Ethan tersenyu
Arion mengangguk lagi. “Ya. Aku ingin memastikan sendiri semuanya dengan tanganku.”Mereka mulai makan, menikmati setiap gigitan sambil sesekali berbicara tentang hal-hal ringan.Elara merasa sangat nyaman, tak ada tekanan, tak ada urusan pekerjaan atau beban kehidupan yang harus dipikirkan. Hanya ada mereka berdua dan suasana musim gugur yang hangat ini.Setelah mereka selesai makan, Arion merapikan sisa-sisa makanan ke dalam keranjang, lalu tanpa berkata apa-apa, ia merebahkan dirinya di atas tikar, meletakkan kepalanya di pangkuan Elara.Mata Arion terpejam, merasakan angin sepoi-sepoi yang mengelus wajahnya, membawa aroma dedaunan dan tanah yang lembap.Elara terdiam, menatap wajah Arion yang tampak begitu tenang dan damai.Tangannya terulur mengelus rambut hitam Arion dengan lembut, merasakan ketebalan dan kehalusannya di antara jemarinya.Ada rasa syukur yang dalam muncul di hatinya.Siapa sangka, pria yang dahulu selalu tampak kejam, serta jauh dan tak terjangkau, kini bisa sed
Aveline menjerit keras, suaranya memenuhi lorong sempit yang hanya diterangi lampu jalanan buram.Tubuhnya gemetar saat sebuah tangan kuat tiba-tiba meraih pinggangnya."Apa maksudnya ini?!" Aveline berteriak lagi, mencoba melawan, tapi tak ada yang mendengarnya.Udara malam yang dingin membuatnya semakin waspada, namun pria di depannya begitu cepat.Sebelum ia bisa bereaksi lebih jauh, bibirnya langsung tertutup oleh sesuatu yang hangat dan mendesak—bibir pria yang kini mencengkeramnya erat.Aveline meronta-ronta, hatinya dipenuhi kepanikan.Tubuhnya kaku saat pria itu memeluknya dengan kuat, membuka jaket kulit hitamnya seolah bersiap melakukan sesuatu yang lebih buruk.Mata Aveline melebar ketakutan.‘Tidak mungkin,’ pikirnya, ‘Apakah dia akan memperkosaku?’Ia semakin panik, berusaha membebaskan diri dari genggaman pria itu.Namun, pria itu begitu kuat.Semua tenaga Aveline seolah menguap, terjebak dalam dekapannya yang erat.Lalu, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.Sekelo
Langit sore yang kemerahan menyelimuti San Francisco Bay, tempat di mana sebagian besar kehidupan cinta sepasang insan berkisah.Suara ombak yang berdeburan pelan di pantai menciptakan melodi yang damai, selaras dengan angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut permukaan laut.Elara berdiri di ujung dermaga kayu, menatap cakrawala yang tampak tanpa batas, tempat di mana langit bertemu lautan.Matanya menerawang, namun wajahnya kini memancarkan ketenangan yang baru.Dalam dekapan hangatnya, bayi kecil mereka terlelap, wajahnya damai seperti ibunya.Sudah lama sejak pertarungan hidup dan mati di acara peresmian Imera Sky Tower, dan sejak saat itu, kehidupan Elara dan Arion berubah drastis.Banyak hal yang telah dilalui—pengkhianatan, luka, cinta yang terlupakan dan kemudian dipulihkan.Namun hari ini, di bawah cahaya senja yang lembut, semuanya terasa sempurna.Tiba-tiba, langkah kaki yang berat namun mantap terdengar dari belakangnya.Elara tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang.A
Arion duduk di ujung ranjang, pandangannya terpaku pada sosok mungil yang ada dalam dekapannya.Bayi perempuan itu terlelap dengan tenang, tubuhnya begitu kecil dan lembut seperti boneka porselen.Pipinya yang kemerahan tampak menggemaskan, kulitnya sehalus sutra dengan bulu-bulu halus yang masih tersisa di atas kepalanya.Mata bayi itu masih tertutup, namun ketika sempat terbuka sesaat, Arion melihat dengan jelas iris matanya yang kelabu, warna yang sama seperti miliknya—sebuah tanda tak terbantahkan bahwa bayi itu adalah darah dagingnya.Bibir kecilnya bergerak perlahan, seakan sedang menghisap udara, dan tangannya yang mungil mengepal erat, menggenggam sepotong kain selimut.Arion tersenyum kecil, hatinya penuh dengan rasa takjub yang tak pernah ia sanggup perkirakan sebelumnya.Di dalam ruangan itu, hanya suara napas lembut bayi perempuannya yang terdengar, membuatnya seperti terhanyut dalam keajaiban kecil yang ia pegang.Sudah lebih dari setengah jam, namun Arion tak bisa melepa
Arion mengangguk pelan, melanjutkan penjelasannya. “Selama aku menjalankan peranku sebagai The Draven, orang itu mengambil peran menjadi diriku, Arion Ellworth. Sehingga tidak ada yang curiga. Kecelakaan di Sunol itu terjadi pada doppelganger-ku.”Elara terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. “Jadi... orang itu? Apakah dia tewas dalam kecelakaan itu? Bagaimana aku bisa membedakan kalian? Bagaimana jika suatu saat aku salah mengenali orang itu sebagai dirimu?”Arion tersenyum melihat kepanikan sang istri. “Jangan khawatir, Honey. Orang itu berhasil selamat oleh orang-orangku. Wajahnya tidak sepenuhnya mirip denganku. Hanya postur tubuh dan perilakunya yang serupa. Aku membuatnya menjalani operasi plastik untuk mengubah beberapa bagian, seperti rahang dan hidung saja. Namun, saat dia menjalankan peran sebagai aku, dia menggunakan prosthetic mask yang dibuat menyerupai wajahku.”Elara memandang Arion, dengan sorot kompleks. “Astaga… sampai seperti itu kau m
Elara dan Arion berdiri di tengah keheningan, menghadap sebuah makam dengan batu nisan marmer yang megah. Di atasnya terukir dengan indah: Imelda Ellworth. Satu buket mawar putih mewah yang segar ditempatkan rapi di atas pusara, memberikan sentuhan penuh penghormatan. Pemakaman ini, yang terletak di Cypress Lawn Memorial Park, San Francisco—tempat peristirahatan terakhir para keluarga kaya dan terpandang—dikelilingi oleh pohon-pohon ek yang menjulang tinggi. Jalanan berkerikil putih menghubungkan setiap makam, dan di kejauhan terlihat pemandangan laut yang tenang, menambah suasana damai nan elegan. Udara pagi terasa sejuk, disertai suara angin yang membelai lembut pepohonan. Elara memandang ke sekeliling area pemakaman yang tampak megah, penuh dengan nisan-nisan yang terbuat dari batu marmer putih dan hitam. Di antara semua itu, nisan Imelda berdiri sebagai salah satu yang paling indah, seperti sebuah karya seni yang mencerminkan kehidupan seseorang yang telah meninggalkan jejak
Arthur Ellworth, atau Clay Mallory, kini duduk di sudut sel gelap penjara federal, matanya kosong menatap dinding dingin yang tak lagi bergema dengan wibawa yang pernah ia miliki.Hanya bayangan suram yang tersisa, menggantung di antara kesadaran dan kehancuran. Di penjara ini, waktu seolah-olah melambat, setiap detik menjadi siksaan yang tidak berujung.Hari ini, seorang penjaga penjara menghampiri pintu selnya.Wajah penjaga itu datar, tidak ada belas kasihan, tidak ada penghormatan.Hanya secarik kertas yang dilempar ke lantai di depan Arthur, yang langsung mengenal lambang Ellworth di atasnya.Tangannya yang dulu perkasa sekarang gemetar ketika meraih kertas itu.Di dalamnya, satu pesan singkat yang menghantamnya dengan kejam: "Semua aset, kekayaan, dan perusahaan yang pernah kau curi telah dikembalikan kepada pemiliknya yang sah—Aiden Ellworth."Arthur meremas kertas itu dengan tangannya yang gemetar, rasa panas menjalar da
Markas utama di San Bernardino tampak penuh ketegangan. Di ruang pertemuan besar, cahaya lampu gantung memantul di atas meja panjang tempat para eksekutif utama The Draven berkumpul. Ketiga Executor—Albert, Isaac, dan Samuel—duduk di posisi masing-masing, menatap sosok Arion Ellworth, pria yang selama ini mereka kenal sebagai The Draven, pemimpin mereka yang tak terbantahkan. Samuel, Executor wilayah San Jose, adalah pria bertubuh tegap dengan garis wajah tegas. Rambutnya mulai memutih, namun sorot matanya masih tajam, mencerminkan kekuatan dan ketenangan yang ia bawa selama bertahun-tahun memimpin wilayahnya. Isaac, Executor wilayah Mount Horeb, Wisconsin, berbeda. Tubuhnya ramping, wajahnya lebih halus, tetapi matanya menyiratkan kejeniusan yang sering kali tersembunyi di balik sikapnya yang tenang. Ia terkenal sebagai ‘otak cadangan’ di balik banyak rencana besar yang berhasil dijalankan The Draven. Albert, Executor wilayah San Bernardino, adalah yang termuda. Dengan rahang pers
Aiden tersenyum tipis, sebuah senyuman yang mengandung ketegasan, bahkan ancaman halus di baliknya.“The Orcus bukan ancaman bagi pemerintah. Kami tidak pernah bergerak melawan kalian, Donovan. Jika ada yang perlu kau pahami, ketahuilah ini: The Orcus hanya berurusan dengan mereka yang mengincar kami atau mereka yang berada dalam wilayah kami. Kami adalah perisai, bukan pedang.”Donovan menatapnya, tak sepenuhnya yakin apakah pernyataan itu adalah bentuk pembelaan atau manipulasi.Aiden melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih dalam dan penuh makna. “The Orcus tidak akan pernah menjadi ancaman bagi pemerintah Amerika Serikat… kecuali, jika pemerintah membuat kami tidak punya pilihan lain.”Kalimat itu menggantung di udara, begitu dingin dan tajam seperti bilah pedang yang tersembunyi di balik kata-kata.Donovan tahu, ini bukan ancaman langsung, tapi sebuah peringatan yang tak bisa diabaikan.Aiden sangat c
Matahari pagi yang hangat menyinari kamar tidur mewah di mana Elara sedang berdiri, merapikan dasi Arion dengan penuh perhatian.Arion Ellworth, dengan tubuh tegapnya dan postur sempurna, tampak gagah dalam setelan formal berwarna gelap yang membingkai fisiknya dengan sempurna.Mata kelabu pria itu berkilauan, menambah kesan misterius sekaligus memikat.Ketampanannya terasa tak terbantahkan, membuat Elara sejenak terpana, seperti kembali mengenang saat pertama kali bertemu dengannya.Arion telah kembali ke wujud lamanya—kuat, berwibawa, dan penuh energi—setelah beberapa bulan melemah akibat Couvade Syndrome.Selama sekitar 4 bulan, pria yang biasanya tegas dan tak tergoyahkan ini harus terkapar karena gejala kehamilan palsu yang dialaminya.Namun, kini di bulan kelima kehamilan Elara, semua gejala itu telah sirna.Tidak ada lagi mual, muntah, atau kelelahan yang membebani Arion. Dia kembali pada dirinya yang dulu, dengan e