Arion duduk di kursi belakang mobil mewahnya yang meluncur cepat di jalan menuju gala.Tangannya mencengkeram telepon dengan erat, mencoba lagi menghubungi Elara, namun panggilannya tidak dijawab.Wajahnya yang biasanya dingin kini tampak sedikit gelisah. Dia menurunkan teleponnya, lalu menekan nomor lain dengan cepat."Toba," Suara Arion rendah namun penuh otoritas ketika pengawal pribadinya menjawab di ujung sana.‘Ya, Tuan,’ jawab Pati, suaranya tenang dan penuh hormat."Situasi?" Arion langsung ke intinya.‘Nyonya Muda sempat menunggu di depan pintu. Tapi kemudian masuk bersama seorang wanita terhormat. Tauristy sudah berada di dalam dan mengawasi, seperti perintah Anda,’ lapor Pati dengan nada profesional.Arion mengerutkan kening. “Menunggu di depan pintu?”‘Benar Tuan. Nyonya tidak langsung masuk, tapi seperti menunggu seseorang.’Bibir sensual milik Arion tertarik ke atas. Elara ternyata menunggu dirinya di sana. Meskipun istrinya itu tidak mengangkat telepon darinya, ternyata
Sesampainya di lantai dansa, Ethan dan Elara berdiri berhadapan. Ethan meletakkan satu tangannya di punggung Elara, sementara tangan lainnya memegang lembut tangan wanita bermanik zamrud tersebut. Musik mulai mengalun lebih merdu, dan mereka mulai bergerak mengikuti irama waltz yang menggema di seluruh ballroom. Elara dan Ethan berdansa dengan anggun di tengah ballroom, menarik perhatian pasangan dansa lainnya. Di sekitar mereka, bisik-bisik mulai terdengar, pelan namun jelas. “Bukankah itu Tuan Muda keluarga Wayne?” Salah satu pasangan berbisik, matanya tak lepas dari sosok Ethan yang memimpin Elara di lantai dansa. “Ya, itu Ethan Wayne, pewaris terkaya di Wisconsin,” jawab yang lainnya dengan nada kagum. “Siapa wanita yang berdansa dengannya? Apa dia tunangan baru Ethan?” Pertanyaan itu terlempar, diiringi tatapan penasaran dari beberapa pasangan yang mencoba menebak identitas Elara. Elara bisa merasakan tatapan dan bisik-bisik itu, setiap kata seolah berbisik langsung ke te
Gemerlap lampu kristal menggantung di langit-langit tinggi, menciptakan bayangan yang berkilauan di atas para tamu yang berpakaian anggun. Musik klasik yang lembut mengalun, mengiringi setiap langkah di lantai dansa. Arion Ellworth baru saja tiba, mengenakan setelan hitam yang elegan, berjalan memasuki ballroom dengan penuh aura yang menekan. Namun, di balik wajahnya yang tenang, hatinya bergejolak. Matanya segera menangkap sosok Elara di tengah keramaian. Wanita itu tampak memukau dalam gaun malam biru navy yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Namun, yang membuat darahnya mendidih adalah pemandangan Elara dalam dekapan pria lain. Sesampainya di hadapan mereka, Arion dengan tenang namun tegas menyela dansa itu. Tanpa memberi kesempatan pada pria itu untuk menyadari kehadirannya, Arion dengan mudah mengambil alih Elara, menariknya lebih dekat padanya. Elara, yang awalnya terkejut, langsung menyadari siapa yang kini memegang tangannya. Jantungnya berdegup kencang, bukan han
Arion mempercepat langkahnya, menyela tanpa ragu ketika melihat Ethan menyentuh lengan Elara. Dengan sekali gerakan, Arion memisahkan mereka, memegang tangan Elara dengan tegas. "Maaf Mr. Wayne," Suaranya terdengar dingin dan penuh otoritas. "Tapi istriku akan pulang bersamaku." Ethan terperangah, pupil pria itu melebar melihat sosok Arion yang kembali muncul dan menyela tegas, serta kalimat terakhir yang diucapkan rekan bisnisnya itu. CEO G&P Ltd itu awalnya amat terkejut, namun segera memasang senyum tipis, meskipun terlihat jelas ada ketegangan yang melintas di wajahnya. "Apa maksudmu, Mr. Ellworth?" kata Ethan dengan nada tenang, tapi matanya tajam –hilang sudah semua kesan ramah yang selalu mengikuti sosok dan pribadi seorang Ethan Wayne. Arion balas menatap Ethan dengan sorot tenang yang tak kalah tajam. "Kau mendengarnya, Mr. Wayne. Elara adalah istriku. Aku adalah suaminya." Kata-kata Arion terdengar berat, memberikan penekanan yang jelas, di balik setiap suku kata. Pr
Pagi itu, suasana di kantor VeraCore berjalan seperti biasa.Para pegawai sibuk dengan pekerjaan mereka, tak ada yang menduga bahwa hari ini akan menjadi hari yang tak terlupakan.Tiba-tiba pintu kaca utama kantor terbuka, dan seorang pria tinggi, tampan, dengan setelan jas mahal yang sempurna, melangkah masuk. Suara langkahnya bergema di lantai marmer, memikat perhatian setiap orang di ruangan itu.Hampir seketika, bisikan mulai beredar di antara para pegawai wanita."Apakah itu Ethan Wayne?" Seorang dari mereka berbisik, matanya berbinar penuh kekaguman."Pria paling diidamkan di seluruh Wisconsin?" Yang lain menimpali, suaranya hampir tak percaya.Nama Ethan Wayne dikenal luas, tidak hanya karena dia CEO G&P Ltd yang sangat sukses, tetapi juga karena ketampanan dan pesona yang memikat banyak hati.Tak lama kemudian, bisikan-bisikan itu berubah menjadi obrolan riuh.Para wanita di kantor, yang selama ini hanya melihat Ethan di televisi atau di halaman majalah, kini menyaksikan sendir
Elara menutup tab pencarian mengenai Ethan dan mulai mengumpulkan semua informasi yang dia butuhkan untuk tugas survei tersebut.Kota kecil itu mungkin akan menjadi tantangan tersendiri, terutama jika akses data atau infrastruktur di sana terbatas. Tapi Elara selalu siap menghadapi apapun yang dihadapinya.“Baiklah, aku harus menyelesaikan ini dengan baik,” Elara berbicara pada dirinya sendiri, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa bersalah pada Arion.Wanita bermanik zamrud itu baru saja hendak kembali fokus bekerja di mejanya ketika telepon di meja depan ruangan berbunyi.Faye terlihat meraih gagang telepon dan menjawab, “Tim Business Analyst, Faye di sini.”Suara dari resepsionis terdengar, ‘ini Donna. Faye tolong sampaikan pada Elara Willow, ada tamu yang menunggunya di ruang pertemuan di bawah.’Faye melirik Elara di kubikel-nya dengan senyuman cemooh di wajah. “Siapa pula orang iseng yang mencari Elara, Donna? Mengapa pula tidak disuruh menunggu saja di lobi?”‘Tidak mungkin a
Elara berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi terkejut diliputi cemas, melihat sepatu yang baru diberikan oleh Ethan.Sepatu itu adalah edisi terbatas yang terinspirasi oleh karya Michael Chabon, dengan desain yang unik dan berkualitas tinggi. Ethan tampak penuh antusiasme saat menunjukkan sepatu tersebut ke hadapan Elara.“Jadi kau kemari untuk--”“Bukankah ini bagus? Kau suka?”Elara tidak segera mengangguk, meskipun ia takjub dan langsung jatuh hati pada pandangan pertama, saat Ethan mengeluarkan sepatu boots yang ia tahu berharga puluhan ribu dolar tersebut.“Bagaimana kau mendapatkan barang ini? Bukankah ini dimiliki seorang kolektor dan--”“Aku berhasil membujuknya untuk menjual ini padaku. Kakimu, ayo kemarikan.” Ethan berlutut satu kaki dan menadahkan tangan --meminta Elara meletakkan tumit kanannya di tangan Ethan.“Ethan! Jangan seperti ini! Aku--”“Apakah kau akan menolak sepatu cantik ini?” Ethan menatap Elara dengan sorot yang ia buat sedih. Nada jenaka kemudian mengayun
Paula berdiri di sudut ruangan, matanya menatap keluar jendela dengan pandangan tajam.Dia mengangkat teleponnya, suaranya tenang namun penuh otoritas. “Ya, aku di sini,” katanya singkat.Suara di ujung sana terdengar samar, hanya Paula yang bisa mendengar dengan jelas.Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tapi matanya yang biasanya dingin kini tampak serius, hampir seperti tegang.Dia mendengarkan dengan seksama, setiap kata yang keluar dari lawan bicaranya seolah-olah sangat penting.Sesekali dia mengangguk pelan, seolah-olah menimbang-nimbang sesuatu.Setelah beberapa saat, Paula akhirnya bicara, suaranya rendah namun penuh kekuatan. “Laksanakan segera. Cepat dan bersih. Ini kesempatan satu-satunya. Aku tidak ingin ada kesalahan.”Dia menunggu sebentar sebelum menutup telepon dengan pasti.Tangannya gemetar sedikit, namun tidak ada keraguan dalam gerakannya.Setelah telepon ditutup, Paula menarik napas dalam-dalam dan berbalik.Matanya kini tampak gelap, dipenuhi oleh kebencian yang di