Dianne mengedarkan pandangan dan berhenti di satu sudut yang cukup luas.Di sana telah duduk pria bermata biru yang terlihat asyik membaca sesuatu di layar ponselnya.Gadis berambut pirang itu melirik ke sekitar, dan sedikit heran karena mendapati cafe itu amat lengang untuk jam makan siang seperti ini.Mungkin karena ini di lantai dua, pengunjung hanya memadati lantai bawah --Dianne tidak peduli.Setelah merapikan rambut serta dress yang ia kenakan, dengan tanpa tergesa Dianne berjalan menuju meja tempat pria bermanik biru itu berada.“Maaf menunggu lama, Mr. Wayne,” ucap Dianne begitu tiba di depan meja tempat Ethan Wayne duduk.Pria itu mengangkat wajah lalu tersenyum ramah. Ia berdiri dan mengulurkan tangan bersalaman dengan Dianne.Dianne pun duduk setelah Ethan memberi isyarat tangan mempersilakan dirinya.“Tidak, Nona. Aku juga belum lama sampai sini.” Ethan tersenyum, lalu memanggil pelayan cafe untuk memesan.“Silakan,” ucap Ethan mempersilakan Dianne.Dianne membalas dengan s
Dada Dianne berdentum luar biasa kencang.Ia amat antusias, setelah mendengar penuturan Ethan. Mendiang Annie --mantan bibi tirinya, apakah sama dengan ‘seseorang’ yang disebut Ethan sebagai istri paman pria itu?“Is..tri?”Ethan mengangguk. “Cerita lama. Dan seharusnya tetap sebagai istri pamanku.”“Maksudmu?” Sungguh, Dianne masih belum paham maksud dibalik perkataan Ethan baru saja.“Dia pergi bertahun-tahun lalu. Mereka bercerai.”“Oh…” Kini Dianne mendapatkan gambarannya. Jika orang yang dimaksud oleh Ethan adalah mendiang Annie, maka itu menjadi masuk akal.Mendiang Annie memiliki simpanan yang banyak. Pantas saja jika saat itu mendiang Annie bahkan bisa memberikan modal besar untuk mendirikan Whitley Inc bersama pamannya, Tony.Tapi Annie selalu menyebut uang simpanan miliknya saat itu sebagai peninggalan mendiang suaminya.Itu membuat
Isabelle tersenyum.Kedua manik matanya bergerak, seiring laporan yang masuk di layar ponsel miliknya.Seperti yang ia perintahkan pada Paul.Gambar-gambar berisi tubuh-tubuh Isabelle yang penuh luka kini bertebaran internet. Wajahnya memang tidak ditampakkan.Namun Isabelle sangat yakin, bahwa begitu Arion melihat gambar-gambar itu, pria itu akan tahu itu adalah tubuh Isabelle. Dan saat Arion tahu, Arion akan kembali mengalami panic attack, persis seperti yang Isabelle ingat dua tahun lalu, begitu Arion terbangun dan melihat dirinya polos dan penuh luka di sekujur tubuhnya.Perempuan cantik pucat itu menyeringai puas.Ia telah begitu banyak berkorban hanya untuk mengikat Arion padanya.Bahkan ia rela membuat dirinya sendiri terluka dan babak belur, hanya agar itu terlihat meyakinkan dan benar-benar bisa mengingatkan Arion pada masa lalunya.Entah apa masa lalu itu, Isabelle hanya tahu Arion memiliki trauma dan tidak sanggup me
Gadis itu merasakan denyut nyeri di dalam hati. Selintas cepat, memori bagaimana Arion menenangkan dirinya setelah penculikan itu, terbayang.Pria itu dengan lembut mengalihkan perhatian Elara yang saat itu kembali teringat kejadian saat dirinya diculik.Kedua tangan pria itu juga digunakan untuk menenangkan Elara dengan memasangkan headset di telinganya, sehingga Elara tidak lagi ‘mendengar’ desingan peluru, jeritan kematian orang-orang yang tertembak, serta segala suara menakutkan itu lagi.Entah apa yang pernah dialami Arion, yang sanggup membuat pria tangguh dan dingin ini terlihat teramat rapuh saat ini.Elara merasa, ini saatnya ia melakukan hal yang sama pada pria itu.Menenangkannya.“Ya… seperti itu. Lihat aku. Bukankah kau dalam keadaan sadar? Apa kau ingin menyakitiku? Tidak kan?” Bibir gadis itu terbuka dan meluncurkan serangkaian kalimat membujuk.“Tidak kan?” Tangan Elara kembali mengerat dan mempertahankan posisi, saat Arion hendak berpaling lagi.Kepala gadis itu mendek
Garvin menatap layar ponsel sekian kali.Tidak ada perintah apa pun dari sang CEO AE Group sejak tadi, setelah ia mengirimkan berita tentang foto-foto ‘yang diduga’ nona dari keluarga Goldwin.Garvin memang mengetahui insiden di hotel milik keluarga Goldwin dua tahun lalu, yang membuat Tuan Muda-nya dalam posisi harus bertunangan dengan nona Goldwin tersebut.Ia tahu, karena dirinyalah yang membersihkan pemberitaan miring dari media. Saat itu Garvin hanya mendapat perintah untuk mengatasi rumor insiden Arion bermalam dengan Isabelle, sebelum Arion pergi ke Carolina Utara selama beberapa hari.Itu memang terkesan tergesa --Garvin tidak tahu banyak apa yang dilakukan Tuan-nya itu di negara bagian tersebut. Yang jelas, tidak ada pekerjaan atau proyek di sana yang berkaitan dengan AE Group.Meski ia mengetahui insiden sang CEO dengan nona Goldwin, Garvin tidak tahu menahu soal trauma dan masa kelam Arion.Itulah yang membuat asisten Arion tersebut termenung menunggu perintah dari sang Bos,
Dear ReeFellows!Terima kasih atas doa-doa dari kalian semua kemarin.. Maaf Author tidak membalas satu per satu, fokus istirahat agar bisa segera kembali menulis lagi.Thanks again yah.. semua.Hari ini Author lanjut lagi...Enjoy!! ^,^=== * * * ===Garvin melirik berulang melalui kaca spion tengah dan mendesah dalam hati.Entah kesalahan apa yang telah Garvin lakukan, ia hanya menelepon Arion untuk mengingatkan bos-nya itu pada pertemuan petang hari ini dengan pihak G&P Ltd yang berasal dari negara bagian Wisconsin.Pihak G&P Ltd telah bersedia melakukan rescheduleatau penjadwalan ulang pertemuan dengan Arion, setelah sebelumnya Arion sendiri yang membatalkan.Garvin juga sudah menyampaikan peringatan dari pihak G&P Ltd bahwa jika kali ini pihak Triton Land membatalkan kembali, bisa dikatakan Triton harus melupakan kerjasama ini.Karena itu, Garvin tentu saja dengan sangat bersem
“Bagaimana tentang sampel untuk uji DNA?”Asisten Ethan mengangguk hormat dan menjawab. “Sudah dikirimkan ke Rumah Sakit di Madison, Tuan. Mereka mengatakan akan butuh waktu lima sampai enam hari setelah sampel milik mendiang sampai juga di sana.”“Begitu lama?” Ethan mengernyit.Asisten itu mengangguk lagi. “Jika menggunakan darah, bisa kita ketahui dalam dua puluh empat jam atau paling lama tujuh puluh dua jam.”“Itu konyol,” dengkus Ethan. “Bibi Melanie sudah tidak ada. Dan sampel mendiang bibi Melanie yang akan dipakai beruntung kami masih memilikinya.”“Mengapa Anda tidak meminta sampel dari Tuan Besar Wayne saja?”“Tidak,” Ethan menggeleng. “Paman James terlalu terluka sejak kepergian bibi Melanie dulu. Aku ingin merahasiakan ini dulu, sampai nanti kita mendapatkan hasil yang jelas. Setelah itu, Paman James akan mendapatkan kejutan man
“Siapa dia Bos?” Si lelaki kurus bertanya dengan raut wajah serius.“Ya! Siapa dia bos?” Rekannya di samping mengeluarkan belati dan memainkannya, seakan itu adalah mainan tak berbahaya dan amat menyenangkan.Arion mendengkus kesal. “Aku bertanya apa yang kalian lakukan!”Si lelaki kurus dan rekannya saling berpandangan.“Apa yang akan kami lakukan kalau seseorang mengetahui dan melihat kelemahan kami?”“Ya.”Keduanya saling bertukar pandang lagi.Mereka merasa Bos Besar-nya tengah memberi pertanyaan ujian. Kilatan kejam melintas di kedua mata mereka. Lalu dengan seringai jahat, mereka berkata…“Kita culik dia. Kita cabut satu per satu kukunya!”“Kita buat dia minta ampun! Potong lidahnya, lalu--”“Hentikan.” Arion menggeleng dongkol. “Percuma bicara dengan kalian!”Ia pun meninggalkan ruangan dengan kesal.Si kurus dan rekannya saling berpandangan lagi. Bingung melihat kekesalan Bos Besar mereka.“Apakah kita kurang kejam?”Rekan si kurus mengangguk cemas. “Ya, sepertinya Bos kecew