Dear ReeFellows!
Terima kasih atas doa-doa dari kalian semua kemarin.. Maaf Author tidak membalas satu per satu, fokus istirahat agar bisa segera kembali menulis lagi.
Thanks again yah.. semua.
Hari ini Author lanjut lagi...
Enjoy!! ^,^
=== * * * ===
Garvin melirik berulang melalui kaca spion tengah dan mendesah dalam hati.
Entah kesalahan apa yang telah Garvin lakukan, ia hanya menelepon Arion untuk mengingatkan bos-nya itu pada pertemuan petang hari ini dengan pihak G&P Ltd yang berasal dari negara bagian Wisconsin.
Pihak G&P Ltd telah bersedia melakukan reschedule atau penjadwalan ulang pertemuan dengan Arion, setelah sebelumnya Arion sendiri yang membatalkan.
Garvin juga sudah menyampaikan peringatan dari pihak G&P Ltd bahwa jika kali ini pihak Triton Land membatalkan kembali, bisa dikatakan Triton harus melupakan kerjasama ini.
Karena itu, Garvin tentu saja dengan sangat bersem
“Bagaimana tentang sampel untuk uji DNA?”Asisten Ethan mengangguk hormat dan menjawab. “Sudah dikirimkan ke Rumah Sakit di Madison, Tuan. Mereka mengatakan akan butuh waktu lima sampai enam hari setelah sampel milik mendiang sampai juga di sana.”“Begitu lama?” Ethan mengernyit.Asisten itu mengangguk lagi. “Jika menggunakan darah, bisa kita ketahui dalam dua puluh empat jam atau paling lama tujuh puluh dua jam.”“Itu konyol,” dengkus Ethan. “Bibi Melanie sudah tidak ada. Dan sampel mendiang bibi Melanie yang akan dipakai beruntung kami masih memilikinya.”“Mengapa Anda tidak meminta sampel dari Tuan Besar Wayne saja?”“Tidak,” Ethan menggeleng. “Paman James terlalu terluka sejak kepergian bibi Melanie dulu. Aku ingin merahasiakan ini dulu, sampai nanti kita mendapatkan hasil yang jelas. Setelah itu, Paman James akan mendapatkan kejutan man
“Siapa dia Bos?” Si lelaki kurus bertanya dengan raut wajah serius.“Ya! Siapa dia bos?” Rekannya di samping mengeluarkan belati dan memainkannya, seakan itu adalah mainan tak berbahaya dan amat menyenangkan.Arion mendengkus kesal. “Aku bertanya apa yang kalian lakukan!”Si lelaki kurus dan rekannya saling berpandangan.“Apa yang akan kami lakukan kalau seseorang mengetahui dan melihat kelemahan kami?”“Ya.”Keduanya saling bertukar pandang lagi.Mereka merasa Bos Besar-nya tengah memberi pertanyaan ujian. Kilatan kejam melintas di kedua mata mereka. Lalu dengan seringai jahat, mereka berkata…“Kita culik dia. Kita cabut satu per satu kukunya!”“Kita buat dia minta ampun! Potong lidahnya, lalu--”“Hentikan.” Arion menggeleng dongkol. “Percuma bicara dengan kalian!”Ia pun meninggalkan ruangan dengan kesal.Si kurus dan rekannya saling berpandangan lagi. Bingung melihat kekesalan Bos Besar mereka.“Apakah kita kurang kejam?”Rekan si kurus mengangguk cemas. “Ya, sepertinya Bos kecew
“Tuan.”Arthur mengangkat wajahnya sekilas dari dokumen pada sang asisten di depan. “Apa hasilnya?”“Pengunggah berita tersebut awalnya telah melarikan diri, namun kita berhasil menangkapnya di perbatasan Nevada dan Utah.” “Teruskan.”“Itu nona Goldwin,” ujar sang asisten hati-hati.Mengetahui bahwa putri dari keluarga Goldwin itu akan menjadi anggota keluarga Ellworth, sang asisten tentu tidak bisa bicara secara sembrono dan tanpa bukti akurat.Karena itu, setelah ia mendelegasikan pembersihan media pada Garvin, ia memburu pengunggah berita yang menyenggol putra dari keluarga Ellworth.Memang cukup sulit, karena setelah melakukan pengunggahan berita dan foto-foto itu, si pembuat menghilangkan jejak. Ia memakai IP palsu, namun tentu saja Ellworth pun memiliki tim IT yang canggih sehingga dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, menemukan si pelaku yang ternyata berasal dari negara bagian tetangga, Nevada.“Ada lagi?” Arthur tidak tampak terkejut dengan penemuan oleh asisten-nya
Elara memindai sekeliling.Hatinya terasa tenggelam. Oleh rasa hangat yang memang akan ada setiap mengingat segala sesuatu tentang sisi baik Arion dan oleh rasa sedih yang juga masih menyelimuti dirinya.Tidak semudah itu untuk mempercayai seseorang yang telah jelas-jelas membohongi dirinya.Apalagi ketika ia pernah merasakan arti diri yang tidak dihargai, sehingga orang-orang yang ia pikir menyayangi dan peduli, sanggup begitu saja membuang dan menyingkirkan dirinya.Itu pun sama artinya dengan melukai kepercayaan Elara.Apakah seorang asing seperti Arion lantas layak menerima kepercayaan dari Elara? Setelah ia sekian kali menemukan satu demi satu kebohongan dan dusta pria itu?Entah berapa tabir lagi yang akan tersingkap, sebelum ia bisa betul-betul mengenal diri Arion secara seutuhnya.Kebenaran yang terungkap paling akhir itulah, yang membuat kepercayaan Elara kian terkikis.Siapalah dirinya, untuk mendapatkan semua kepedulian dan perhatian seorang Arion? Di sinilah ia juga harus c
Isabelle yang berlutut, memohon dengan terisak pilu. “Ku mohon… tinggalkan Arion… Ku mohon…”“A-apa…” Elara tersedak ludahnya sendiri. “Bangunlah.. jangan begini.”“Aku tidak akan bangun, sebelum kau berjanji untuk meninggalkan Arion… Aku… aku tidak bisa hidup tanpanya…”“Nona Goldwin, tolong jangan lakukan ini.”“Katakan kau akan meninggalkan Arion… tolong…” Isabelle meraih kedua tangan Elara dan meremasnya kuat dengan tatapan permohonan.Perempuan itu meraung dalam hati, mengutuk dan membenci Elara sepenuh hati. Tidak pernah sekalipun ia mengatakan ‘tolong’ pada orang lain, apalagi hingga memohon seperti ini.Namun ini ia lakukan untuk membuat gadis itu mundur dengan kesadaran diri.“Aku.. tidak bisa,” Elara menggeleng. “Maaf Nona Goldwin. Itu bukan terserah padaku,” ujarnya lagi pelan.“Aku tidak akan bisa pergi dari Arion, jika Arion tidak menginginkannya.”Isabelle berhenti terisak dan mengeratkan rahangnya.Kalimat Elara itu memang tidak salah. Isabelle tahu seberapa keras kepala
Arion menolehkan kepala dengan cepat begitu pintu apartemen terbuka.Isabelle keluar dengan kepala tertunduk lalu terhenti begitu melihat Arion berjalan ke arahnya.Perempuan itu mendongakkan kepala dan hendak mengatakan sesuatu, namun Arion melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam tanpa sedikit pun melirik.Di dalam apartemen, tangan Arion masih memegang handel pintu, namun kedua manik kelabunya dengan cepat mencari keberadaan Elara.Gadis itu terlihat duduk diam di atas sofa di ruang tengah.Arion mereguk salivanya dengan alot. Jakun itu bergulir gelisah.Padahal Elara hanya duduk diam terlihat merenung dengan wajah ke depan --bukan menatap Arion, namun pria itu merasakan debaran dada yang resah dan ada rasa cemas menyelinap diam-diam.Wajah merenung gadis itu berhasil membuat dirinya diliputi kecemasan.“Elara…” Arion perlahan melepaskan tangan dari handel pintu dan kaki jenjangnya melangkah maju, mendekati posisi gadis bermanik zamrud itu duduk.“El--”“Berhenti memanggilku,” pot
“Terima kasih telah bersedia untuk mempertimbangkan usulan kami, Mr. Ellworth. Kami permisi dulu.” Pria paruh baya dengan rambut yang hanya mengisi seperempat area di kepalanya, menyalami Arion lalu keluar ruangan diikuti satu asisten-nya.“Anda akan langsung ke kantor, Tuan?” Garvin bertanya hati-hati.Sudah seminggu ini Bos Besar-nya itu berada dalam suasana hati yang buruk.Semua pegawai --terutama Garvin sendiri, seolah bekerja sambil meniti tepian jurang.Salah sedikit saja, mereka akan terjun bebas menemui akhir karir mereka.Entah apa yang dialami Tuan nya itu, Garvin merasa satu minggu ini Triton Land menjadi tempat bekerja yang menyiksa.Arion tidak menjawab pertanyaan Garvin, ia hanya memandang ke luar jendela besar dan menatap pada titik bias.Entah sampai kapan Elara akan mendiamkan dirinya, ia tidak berani menuntut gadis itu. Ia tahu dirinya yang salah sejak awal, bahkan soal keberadaan Isabelle dan juga tragedi satu malam di dua tahun lalu itu, ia juga tidak terbuka pada
“Kau mengenalku, hm?” Arion menekan tubuhnya pada tubuh Elara.Pria ini tidak ingin menahan dirinya lagi.Semua yang dikatakan Elara tadi sungguh terdengar seksi. Arion terangsang dengan cara yang tidak biasa.Pria itu mengumpat dalam hati bersamaan ia menikmati sensasi tubuhnya yang perlahan terbakar gairah.Usahanya untuk menjaga ketenangan diri, di ambang kegagalan total. Gadis ini begitu mudah mengacaukan apapun yang semula dirinya rencanakan.“Kau menyebutku pembohong, tapi lihatlah dirimu, kau pembohong yang lebih ulung.”“Lepaskan aku!” Elara meronta, meski ia sangat tahu, usahanya itu tidak akan menghasilkan apapun.Pria pemilik netra kelabu itu terlampau kuat.“Kau juga menyebutku pria sejati? Jadi itulah aku dalam pikiranmu?” Napas panas Arion mengembus di telinga Elara. Itu geli sekaligus meresahkan. “Mengapa kau selalu memiliki cara menarik untuk menggodaku, hm?”“Siapa menggodamu! Aku tidak tahu kau ada di belakangku!” Elara menggeliat. “Lepaskan aku! Malu dilihat orang!”