ReeFellows yang baik hati dan teramat sabar!! Besok Author akan update siang hari ya... Jangan sedih, don't be upset, ojo nesu, tong ambek... nantikan besok, teman-teman tidak akan Author buat sedih membaca Arion dan Elara nya kok... Mereka akan emmm ........ Serius! So.... sampai ketemu besok yaaa
Isabelle yang berlutut, memohon dengan terisak pilu. “Ku mohon… tinggalkan Arion… Ku mohon…”“A-apa…” Elara tersedak ludahnya sendiri. “Bangunlah.. jangan begini.”“Aku tidak akan bangun, sebelum kau berjanji untuk meninggalkan Arion… Aku… aku tidak bisa hidup tanpanya…”“Nona Goldwin, tolong jangan lakukan ini.”“Katakan kau akan meninggalkan Arion… tolong…” Isabelle meraih kedua tangan Elara dan meremasnya kuat dengan tatapan permohonan.Perempuan itu meraung dalam hati, mengutuk dan membenci Elara sepenuh hati. Tidak pernah sekalipun ia mengatakan ‘tolong’ pada orang lain, apalagi hingga memohon seperti ini.Namun ini ia lakukan untuk membuat gadis itu mundur dengan kesadaran diri.“Aku.. tidak bisa,” Elara menggeleng. “Maaf Nona Goldwin. Itu bukan terserah padaku,” ujarnya lagi pelan.“Aku tidak akan bisa pergi dari Arion, jika Arion tidak menginginkannya.”Isabelle berhenti terisak dan mengeratkan rahangnya.Kalimat Elara itu memang tidak salah. Isabelle tahu seberapa keras kepala
Arion menolehkan kepala dengan cepat begitu pintu apartemen terbuka.Isabelle keluar dengan kepala tertunduk lalu terhenti begitu melihat Arion berjalan ke arahnya.Perempuan itu mendongakkan kepala dan hendak mengatakan sesuatu, namun Arion melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam tanpa sedikit pun melirik.Di dalam apartemen, tangan Arion masih memegang handel pintu, namun kedua manik kelabunya dengan cepat mencari keberadaan Elara.Gadis itu terlihat duduk diam di atas sofa di ruang tengah.Arion mereguk salivanya dengan alot. Jakun itu bergulir gelisah.Padahal Elara hanya duduk diam terlihat merenung dengan wajah ke depan --bukan menatap Arion, namun pria itu merasakan debaran dada yang resah dan ada rasa cemas menyelinap diam-diam.Wajah merenung gadis itu berhasil membuat dirinya diliputi kecemasan.“Elara…” Arion perlahan melepaskan tangan dari handel pintu dan kaki jenjangnya melangkah maju, mendekati posisi gadis bermanik zamrud itu duduk.“El--”“Berhenti memanggilku,” pot
“Terima kasih telah bersedia untuk mempertimbangkan usulan kami, Mr. Ellworth. Kami permisi dulu.” Pria paruh baya dengan rambut yang hanya mengisi seperempat area di kepalanya, menyalami Arion lalu keluar ruangan diikuti satu asisten-nya.“Anda akan langsung ke kantor, Tuan?” Garvin bertanya hati-hati.Sudah seminggu ini Bos Besar-nya itu berada dalam suasana hati yang buruk.Semua pegawai --terutama Garvin sendiri, seolah bekerja sambil meniti tepian jurang.Salah sedikit saja, mereka akan terjun bebas menemui akhir karir mereka.Entah apa yang dialami Tuan nya itu, Garvin merasa satu minggu ini Triton Land menjadi tempat bekerja yang menyiksa.Arion tidak menjawab pertanyaan Garvin, ia hanya memandang ke luar jendela besar dan menatap pada titik bias.Entah sampai kapan Elara akan mendiamkan dirinya, ia tidak berani menuntut gadis itu. Ia tahu dirinya yang salah sejak awal, bahkan soal keberadaan Isabelle dan juga tragedi satu malam di dua tahun lalu itu, ia juga tidak terbuka pada
“Kau mengenalku, hm?” Arion menekan tubuhnya pada tubuh Elara.Pria ini tidak ingin menahan dirinya lagi.Semua yang dikatakan Elara tadi sungguh terdengar seksi. Arion terangsang dengan cara yang tidak biasa.Pria itu mengumpat dalam hati bersamaan ia menikmati sensasi tubuhnya yang perlahan terbakar gairah.Usahanya untuk menjaga ketenangan diri, di ambang kegagalan total. Gadis ini begitu mudah mengacaukan apapun yang semula dirinya rencanakan.“Kau menyebutku pembohong, tapi lihatlah dirimu, kau pembohong yang lebih ulung.”“Lepaskan aku!” Elara meronta, meski ia sangat tahu, usahanya itu tidak akan menghasilkan apapun.Pria pemilik netra kelabu itu terlampau kuat.“Kau juga menyebutku pria sejati? Jadi itulah aku dalam pikiranmu?” Napas panas Arion mengembus di telinga Elara. Itu geli sekaligus meresahkan. “Mengapa kau selalu memiliki cara menarik untuk menggodaku, hm?”“Siapa menggodamu! Aku tidak tahu kau ada di belakangku!” Elara menggeliat. “Lepaskan aku! Malu dilihat orang!”
“Rion!!” Elara memekik histeris.Arion ternyata telah muncul di sana dan ia melihat sosok berpakaian hitam dengan balaclava di kepalanya.Ayunan belati itu tidak berhasil mengenai Elara, namun ia bisa melihat lengan kemeja kiri Arion yang koyak dan warna merah mulai mewarnai kemeja putih itu.“Mundur Ara!”Usai berkata demikian Arion menangkis tangan sosok itu yang mengayunkan pisaunya ke arah Arion.Sosok itu mengenakan balaclava (penutup kepala yang hanya terlihat area mata saja) dan membabi buta menyerang Arion dengan pisau di tangannya.Arion tidak terlihat panik dan dengan tenang terus menangkis.Ia menangkap tangan sosok itu dan mengayunkan lututnya ke depan.BUAGHH!!Sosok itu terhuyung mundur dengan membungkuk, tendangan lutut Arion kuat mengenai perutnya.Belum sempat sosok itu siaga kembali Arion memutar tubuh dan satu tendangan indah namun mematikan menghantam sisi kepala sosok penyerang, membuatnya langsung tersungkur tanpa ampun.Itu satu tendangan yang bertenaga. Siapapun
Oh ya ampun!! Ternyata beneran nyampe 20 komentar dari 20 akun berbeda! 50 komentar di cover depan!Alright… Okay… Tambahan Bab buat malam ini! #Yeayyy!!Plis, yang di bawah 18 tahun, menyingkir dulu ya…Oiya, novel ini mengikuti aturan dan kaidah yang ditetapkan oleh GoodNovel. Jadi jika ReeFellows membayangkan adegan dan kata-kata vulgar, berarti salah kamar… Ini bukan buku biru --meskipun covernya dominan warna biru ^,^!Apapun itu, mari bersenang-senang dan… Enjoy!!=== * * * ===“Rion…” rintih Elara.“Ya, Ara. Katakan. Katakan kau menginginkanku memenuhimu…”Tubuh Elara bergerak putus asa.Entah apa namanya ini, ia merasakan kebutuhan yang luar biasa mendesak. Satu keinginan teramat menyiksa mulai merasuki tubuhnya tanpa sanggup ia hentikan.“Ini… tidak… boleh…” Napas Elara tersendat. Kedua matanya terpejam, saat sebelah tangan hendak mendorong Arion untuk menjauh.Tapi ia sungguh kehilangan seluruh tenaganya. Ia merasa amat malu. Tubuhnya telah nyaris tak tertutup apapun.Mereka
Hingga seberkas cahaya mentari di siang hari berikutnya, mengintip dari celah jendela yang masih tertutup tirai tebal dan tinggi, Arion masih terpejam dengan sebelah lengan menjadi bantalan bagi Elara.Tubuh keduanya berada di atas ranjang besar dan hanya ditutupi selembar selimut tipis, dengan kerutan yang menyuarakan pergulatan panas mereka --yang berpindah ke atas ranjang, semalaman hingga menjelang dini hari.Elara mengerjap, terbangun karena merasakan gerakan samar dari belakangnya.Serta merta ia bangkit dan berbalik dengan wajah cemas. “Apa lukanya berdarah lagi?”Arion menekan bibir ke dalam.Ia tidak bermaksud membangunkan Elara, ia hanya hendak meraih ponselnya di atas nakas untuk memberikan perintah pada Max.Penyerang yang membahayakan Elara, tentu tidak akan ia biarkan hidup nyaman di dalam penjara.Tentu ia harus tahu apa tujuan penyerang itu.Sayangnya, gerakan yang sudah dilakukan dengan amat hati-hati oleh Arion itu, malah membangunkan istrinya.“Rion.”“Tidak Ara, ini
Dianne membelalakkan mata.Nyaris ia terlonjak saking gembira, begitu mobil yang ditumpanginya memasuki gerbang besar yang terbuka secara otomatis.Ibarat ia memasuki dunia baru yang belum pernah bisa dibayangkan oleh Dianne.Ya, memang Dianne acap kali melihat gaya hidup kalangan miliarder serta foto-foto mansion megah di internet.Namun baru kali ini dia melihat dengan mata kepala secara langsung, satu kediaman orang terkaya di negara bagian Wisconsin.Kediaman keluarga Wayne.Bahkan –setelah Dianne menghitung dengan melihat jam di ponsel, mereka membutuhkan sekitar lima menit untuk mencapai pelataran depan mansion.Itu jalur yang panjang dari gerbang depan dengan semua pemandangan indah yang bisa Dianne nikmati sepanjang jalan.‘Astaga! Aku putri keluarga Wayne!!’ Dianne bersorak dalam hati.Keputusannya untuk tidak memberikan barang peninggalan mendiang Annie pada Elara, memang benar-benar tepat.Setelah beberapa saat berikutnya, gadis berambut pirang itu turun dari mobil mewah yan