“Tampaknya ini akan berjalan sesuai yang kau inginkan, Ella.” Lucas tertawa kecil dengan gelas di tangannya.Pria itu dan Isabelle tengah menikmati makan siang mereka di restoran yang berada di Moon Park Hotel.“Yang aku inginkan? Mungkin maksudmu, yang kau inginkan,” koreksi Isabelle pada Lucas yang duduk di seberang.Tentu ia ingin menanamkan, bahwa apapun yang akan terjadi berikut efeknya, adalah karena gagasan dan juga pengaturan Lucas.Ia tidak bisa mengambil resiko diketahui Arion menjadi otak dibalik apapun itu yang terjadi nanti.“Oh iya. Kau benar. Aku yang menginginkannya,” Lucas terkekeh. “Kau terlalu polos dan terlalu baik hati, Ella. Sampai hal yang seharusnya kau lakukan pun, tidak kau lakukan.”Lucas berdecak --seakan menyayangkan kenaifan Isabelle. “Jika kau terlalu lembut hati, kau akan dipandang sebelah mata dan diinjak oleh gadis-gadis lain yang menginginkan Brother Ari
“Tentang kita. Aku dan kau.”Arion menatap Elara lekat dan menemukan sorot yang terlihat lelah di sana. Pria itu kemudian hanya mengangguk.“Baiklah jika itu keinginanmu.”Elara mengangguk pelan. “Terima kasih.”“Tapi tidak dengan menjauhi ku. Paham?” Arion buru-buru menambahkan.Manik zamrud Elara begitu bening saat itu terarah dan mencari-cari di mata Arion. Pria itu tentu tidak merasa memiliki motif tersembunyi dari kalimatnya sekarang.“Aku tidak akan mengganggumu. Kau bisa melakukan apa yang kau inginkan, aku juga tidak akan menggodamu, kecuali kau menginginkannya. Bagaimana?” Arion menawarkan jaminan lainnya.“Just… stop being cold-hearted towards me, okay?” (Hanya saja… berhenti bersikap dingin padaku, oke?)Anggukan kepala Elara kemudian menjadi letupan senang di dalam diri Arion.Ya, ia mendapati dirinya membenci sikap dingin Elara kemarin padanya dan sebisa mungkin, ia harus mendapatkan janji Elara untuk tidak lagi memberinya tatapan datar dan tanpa binar itu.Arion menarik n
“Wow… kau keliatan luar biasa.” Sosok itu telah berada di hadapan Elara.Kedua matanya memindai penampilan Elara dan berdecak kecil --mengagumi sekaligus mencemooh. “Kau lumayan juga setelah didandani, terlihat sedikit berkelas. Tidak akan ada yang mengira kau dari kelas rendahan.”Melihat Elara yang tetap diam dan hanya menatapnya, Lucas --sosok itu, membuka mulutnya lagi. “Bagaimana rasanya menggunakan uang mudah, hm?” Kalimat terakhir Lucas itu, berhasil memancing reaksi Elara.Arion memang mengirim uang besar padanya tempo hari, tapi apa yang ia kenakan dan ia belanjakan, menggunakan uangnya sendiri. Uang kompensasi yang diberikan Tony White waktu itu.Elara pun menjadi gusar.“Mengapa Anda tampaknya senang sekali menggangguku, Tuan?” Kedua mata Elara menatap lurus --tepat di manik mata milik Lucas. “Aku tidak ingat pernah menyinggung Anda, di mana atau kapan pun.”Lucas tertawa miring, lalu mengambil satu langkah lebih dekat lagi pada Elara.“Tentu saja kau telah menyinggungku, N
Elara mengulurkan tangannya ke dinding, untuk menopang tubuhnya yang terasa sedikit lemas.Ia baru mau keluar dari ladies room, tempat yang ia anggap paling tepat untuk ia tuju, saat pandangannya terasa berkunang-kunang setelah kepergian Lucas sebelumnya.Bahkan untuk mencari pintu keluar dari ballroom, ia merasa tidak sanggup sehingga toilet wanita ini lah yang menjadi tujuannya untuk mengamankan dan menenangkan diri --menjauh dari kerumunan untuk beberapa saat.Apa yang ia dengar dari pria asing teman Isabelle itu, bagai godam yang lagi-lagi menghantam dadanya.Elara merasa sesak dan tidak ingin berada di tempat ini lebih lama lagi.Ia bahkan terlupa pada Jeanne --yang mungkin saat ini masih bersenda gurau dan menikmati waktunya.Sekalipun Elara teringat Jeanne, gadis itu kemungkinan besar tidak bersedia mengganggu sahabatnya.Tidak, setelah semua usaha yang Jeanne lakukan untuk berdandan dan juga mendandaninya.Gadis bermanik zamrud itu menarik napas sangat dalam dan mengembusnya p
Itu langkah yang benar-benar lebar disertai entakan cepat beradu lantai granit hotel.Tidak ada yang menghentikan dan menghalangi Arion, tatkala pria itu dengan gusar menuju lift dan langsung naik ke lantai di mana suite Isabelle berada.Tidak membutuhkan waktu lama bagi Arion untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia menghubungi Garvin yang lantas dengan efektif, mengatakan bahwa dari rekaman CCTV di ballroom Moon Park Hotel, Elara terlihat didatangi oleh Lucas Enzo.Setelah itu, Elara tidak terlihat bicara lagi dengan siapapun dan itu jelas menjadikan Lucas sebagai tersangka utama.Kini Arion telah berada di Moon Park Hotel dan meninggalkan Elara di apartemen mereka --gadis itu memilih berdiam di kamarnya dan meminta membicarakan masalah mereka besok.Elara ingin menenangkan diri dan memikirkan segala sesuatunya.Arion ingin sekali memaksa gadis itu bicara padanya malam ini juga, namun ia tiba-tiba menjadi tidak berdaya saat melihat sorot lelah dari manik zamrud itu.Binar indahnya mered
“Brother, kau tidak bisa menyalahkan Ella. Aku yang menyapa gadis itu dan mengatakan bahwa kau punya calon tunangan,” Lucas segera melakukan pembelaan pada Isabelle.Itu dikatakan dengan setenang mungkin, meskipun Lucas merasa sedikit khawatir dan takut membuat Arion kian marah.Ia begitu percaya diri saat sebelumnya, bahwa hal seperti ini, mungkin tidak akan terlalu dipedulikan oleh Arion. Bahwa membuat gadis itu tahu Arion sudah memiliki calon tunangan, tidak akan membuat penerus AE Group tersebut akan mengusir Isabelle.Lucas tidak ingin memercayai kenyataan bahwa ternyata Arion benar-benar tidak senang dan bahkan dengan tegas hendak mengirim Isabelle pulang ke Sacramento.Namun apa yang ia lihat saat ini, tidak bisa dipungkiri lagi, ia memang telah membuat pria itu tersinggung.“Bersiaplah,” ujar Arion lagi pada Isabelle. “Dalam dua jam ini mereka akan menjemput dan mengawalmu pulang.”Usai mengatakan keputusannya yang nyaris mutlak itu, Arion berbalik dan pergi --tanpa repot-repot
Elara berhenti tidak jauh dari posisi Arion duduk.“Maaf aku berantakan, aku tidak membersihkan diri dulu dan--”“Kau tetap terlihat cantik,” putus Arion.Pria itu tidak berbohong. Ia bahkan tetap tak berkedip saat memandang gadis bermanik zamrud yang terlihat acak-acakan, namun tetap di mata Arion, Elara bahkan terlihat sensual dengan tampilan berantakan dengan gaun malam itu.Pria itu bangun dan menarik kursi untuk Elara duduk. “Duduk dan makanlah. Isi dulu perutmu.”Elara menjatuhkan tubuh di kursi yang ditarik Arion lalu menatap ke atas meja. Di sana telah tersedia avocado toast dan beberapa iris bacon, serta jus jeruk yang terlihat segar.“Jika kau mau susu, aku akan mengambilkannya,” kata Arion saat Elara tidak kunjung bergerak dan hanya menatap makanan itu.“Tidak perlu,” geleng Elara. “Ini cukup.”Arion tersenyum dan kembali duduk untuk memerhatikan gadis itu menikmati sarapannya.Seumur hidupnya, Arion tidak pernah menyiapkan sarapan untuk siapapun. Elara adalah wanita pertam
“Melihat reaksimu yang seperti ini, wajar jika aku ragu untuk mengatakannya sejak lama.”Elara benar-benar terdiam.Gadis itu terlihat bersusah payah mengumpulkan kesadarannya kembali, untuk segera mencerna informasi yang baru saja ia terima.Informasi yang jelas menghantam dadanya. Lagi. Dengan cara berbeda.Arion menatap dalam gadis di depannya.“Just… listen to me,” Suaranya rendah dan terdengar sedikit serak. Serupa memohon, namun tetap terlihat agung. “Jangan pergi hanya karena ini. Ok?”Manik zamrud itu menantang sang pria. Menatap lekat --tak kalah lekat, seakan ingin membaca semua yang ada di balik kilat kelabu itu.Ada sesuatu yang seksi dari cara Arion menatapnya.Pancaran aneh yang seakan menyatakan bahwa pria bermanik kelabu itu benar-benar membutuhkannya --menginginkan dirinya dengan teramat sangat. Seolah ia akan mati jika tanpa dirinya.Elara mungkin hanya bermimpi --memimpikan hal itu, karena mungkin ia mengharapkan itu benar-benar terjadi.Tapi…Kalimat mengiris hati