Beranda / Urban / Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal / Bab 25 - Don't Worry, Be Happy

Share

Bab 25 - Don't Worry, Be Happy

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 17:41:57
"Aku udah cerita. Aku mau makan pizza. Lapar banget aku. Hee ... hhee ..." Mentari tersenyum lebar hingga giginya yang rapi terlihat.

Leon termangu memandang Mentari. Dia masih merasa heran dengan rasa di hatinya. Sejak Leon kehilangan cinta terbaik yang dia rasa, tidak pernah rasa seperti ini hinggap di hati Leon. Sekian banyak teman wanita cantik dan berkelas mendekat, Leon tidak merasa apapun. Tapi dengan Mentari, mengapa rasa itu tiba-tiba muncul?

"Mas Agus ga lapar?" Panggilan itu membuyarkan lamunan Leon.

"Ya, ayo makan! Gue juga lapar banget!" Leon ikut melebarkan bibirnya yang bagus.

Hampir bersamaan mereka memulai santapan yang sedari tadi belum jadi mereka nikmati. Pembicaraan kemudian berlanjut pada seputar pekerjaan. Bagaimana rasanya mereka bekerja di mal besar dengan banyak karyawan, banyak bagian, dan banyak yang diurusi.

Mal selalu padat pengunjung dengan tingkah yang aneh-aneh dan bermacam model. Sesekali terdengar tawa mereka. Leon bisa saja membuat lelucon semen
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 26 - Asyik Denganmu!

    Setelah mengucapkan itu Mentari cepat-cepat menuju pinggir tembok pembatas ke arah bagian depan mal. Mentari melongok ke jalan di depan mal itu. Dia berharap akan melihat Leon melintas di depan mal, seperti hari pertama dia melihat pria tampan penuh pesona itu. Tepat sekali! Leon melintas dengan motornya perlahan meninggalkan mal, bersatu dengan kendaraan di jalanan yang ramai. "Pokoknya Mas Agus harus cerita, biar aku ga sok tahu!" Mentari berteriak sekerasnya sambil terus memandang motor Leon yang makin menghilang di padatnya jalanan. Mentari berbalik ke depan gudang. Bungkus sisa pizza dan minuman dia bereskan. Lalu dia masukkan ke tas plastik besar di samping gudang. Mentari masuk ke dalam gudang dan merebahkan badannya. Perutnya penuh. Kenyang dengan makanan lezat yang jarang bisa dia nikmati. Rasa lelah dan kantuk dengan cepat menerjang. "Tuhan, aku cuma mau bersyukur, Kau lindungi aku, pelihara aku. Kau kirim orang-orang baik menolong aku bertahan. Om Al ... juga Mas Agus ..

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 27 - Om Al!

    Leon berbalik cepat! Pria berkumis dengan tubuh agak gendut itu menatap Leon tajam. Ada rasa curiga yang besar dia tunjukkan di wajahnya. "Hei, Om! Hee ... hhee ..." Leon tersenyum sampai gigi putihnya terlihat jelas. "Ga apa-apa. Mau balik kerja!" ujar Leon. Dia acungkan alat pel yang dia pegang. "Kamu ngintipin Sofi?" Alman dengan nada tidak suka bicara ketus. "Cuma mau mastiin aja, dia baik-baik," kata Leon. "Emang di sini ada penjahat apa? Dia pasti baik-baik. Kerja sana yang bener, biar ga usah dipindah-pindah. Masih bagus kamu ga dipecat!" gertak Alman kesal. "Iya, Om, siap." Leon menaikkan jemarinya di pelipis memberi hormat pada Alman. "Pakai hormat?! Kamu kira aku ini komandan peleton apa gimana?" Alman menggeleng dengan muka belum lega. "Hee ... hee ..." Leon menggaruk-garuk kepala sambil ngeloyor pergi. Alman berkacak pinggang sampai benar-benar Leon menghilang dari tempat itu. Lalu Alman berjalan mendekati Mentari yang ada di lorong arah masuk toilet. "Sofi!" Alma

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 28 - Aku Harus Bagaimana?

    Mentari panik! Dia bersimpuh di sebelah Alman sambil berusaha menahan tangis. Satpam di depan mal sudah ikut menolong. Alman dibawa ke tepi agar tidak menghalangi orang berlalu lalang. Mereka yang merubung segera diminta minggir supaya ada udara terbuka untuk Alman bernapas lega. "Om! Bangun, Om! Ayo, bangun!" kata Mentari dengan cemas. "Ini harus dibawa ke rumah sakit, Neng. Pasti ada sesuatu, bapaknya jatuh tiba-tiba gitu." Seorang ibu yang ikut menolong bicara pada Mentari. "Rumah sakit?" Mentari tidak tahu harus bagaimana. Dia cemas dan takut. Berurusan dengan rumah sakit? "Maaf, ada apa ini?" Seorang pria mendekat. "Mas Agus!" Mentari tidak menduga Leon masih ada di mal ternyata. "Om Al? Apa yang terjadi?" Leon ikut berjongkok di samping Mentari. "Ga tahu, Mas. Tiba-tiba pingsan. Aku bingung. Aku harus bagaimana ini?" Mata Mentari berkaca-kaca. Pandangannya menghujam Leon. Dari tatapan itu, Leon tahu, Mentari butuh pertolongan. Leon mengangkat kepala, melihat pada satpam y

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 29 - Kesayangan Agus?

    Leon terkejut. Apa yang tadi dia tawarkan? Dia dengan sengaja dan tidak bercanda bersedia menemani Alman di rumah sakit malam itu? Pertanyaan Mentari membuat Leon seperti bangun dari mimpi saja. "Ahh, yaa ..." Leon tidak meralat ucapannya. Dia meyakinkan Mentari kalau dia memang mau tinggal di rumah sakit. "Aku ga tahu gimana mau ngucapin terima kasih, Mas. Beneran, aku lega sekali." Mentari memandang Leon dengan wajah terharu dan penuh rasa terima kasih. "Kita kan, harus saling bantu. Kalau gue bisa, kenapa nggak?" Leon tersenyum. "Baiklah, kurasa aku harus melanjutkan melihat pasien lain. Sebentar lagi kalau tidak ada keluhan, Pak Alman bisa dipindahkan ke ruangan. Selamat malam, selamat beristirahat, Pak Alman." Dokter pamitan. "Sekali lagi terima kasih, Dok. Mbak Suster juga." Alman tersenyum kecil. Dokter dan perawat meninggalkan ruangan itu. Tinggal Leon dan Mentari berhadapan. "Lu balik?" Leon bertanya pada Mentari. "Mas, aku ga tahu balik ke mal gimana?" Mentari melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 30 - Ke Atap Mal Lagi?

    "Sof, ini teman paling baikku yang aku pernah cerita." Leon memegang bahu Baharudin. "Sofi? Gue Udin." Dengan senyum lebar, Baharudin mengulurkan tangan, menjabat tangan Mentari. Roman muka kesal pemuda itu berubah seketika. "Yang kasih Mas Agus HP?" tanya Mentari. "Ya, betul. " Leon mengangguk cepat. "Apa?" Baharudin bingung dengan percakapan dua orang di depannya itu. "Mobil yang tadi Mas Agus pakai juga punya dia?" tanya Mentari lagi. "Heii, tunggu!" Baharudin menyela. "Aku tahu, lu ga suka gue cerita kebaikan lu. Tapi Sofi teman baik gue juga, Din. Ga apalah dia tahu." Leon memotong ucapan Baharudin. "Yang bener aja, Gus!" sahut Baharudin. "Udah, gue jalan. Keburu makin malam." Leon menghindar berdebat dengan Baharudin. Tangannya dengan cepat meraih jemari Mentari dan menggandeng gadis itu, mengajaknya segera pergi. "Agus!" Baharudin masih mau protes. Tapi dia di rumah sakit, tidak mungkin berteriak kesal pada sohibnya yang semaunya itu. "Dasar, Agus Dodol! Kenapa jadi g

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 31 - Tuan Muda?

    "Lu ga becanda, kan, Leon? Lu serius beneran suka sama cewek kecil kurus itu?" Suara itu terdengar jelas di ruangan itu. Nada terkejut yang muncul. Suara itu membuat Alman terjaga. Dia mencoba membuka mata, tapi masih sangat berat. Badannya juga hampir tak bisa dia gerakkan. Alman menarik nafas panjang, berusaha membuka mata, ingin tahu siapa yang ada di ruangannya. Apakah itu perawat? "Aku serius, Din. Jujur aja, gue awalnya ga yakin sama perasaan gue. Tapi makin ke sini, main gue ga bisa nolak, gue mulai sayang sama Sofi." Suara itu, Alman hapal sekali. Itu suara si Agus.Apa Alman tidak salah dengar? Perlahan jari tangan Alman bergerak. Matanya, dia coba membukanya lagi, tapi masih sulit juga."Leon, lu ini anak Tuan Alvarez. Tuan Muda Leonardo Fidel Alvarez. Kalau nyokap bokap lu tahu, apa mereka bilang?" Suara itu lagi yang berbicara.Alman mulai bisa membuka mata dengan jelas. Tapi dia masih pura-pura tidur. Dan percakapan itu sepertinya tidak boleh dia lewatkan."Sofi tahu el

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 32 - Dikejar Cinta Karyawan

    Alman mendesah. Beberapa kali dia menarik napas dalam. Yang melintasi pikirannya bukan hanya soal Leon yang meyakinkan dirinya kalau anak big big bos jatuh cinta pada Mentari, gadis malang yang dia temukan di atap mal. Tapi, kisah pedih diri Alman sendiri terpampang di depan mata. Wanita yang dia cintai adalah anak orang yang cukup berada, meski tidak sesultan Tuan Alvarez. Demi cinta pada Alman, dia rela. meninggalkan keluarga. Yang terjadi? Tidak pernah sedikitpun keluarga wanita kecintaan Alman mau bersentuhan dengannya lagi. Dan baru sedikit bahagia menyapa, kecelakaan mengenaskan menerjang. Hingga bukan hanya dia ikut terenggut nyawa, buah hati mereka satu-satunya juga turut pergi selamanya. "Om, aku janji aku akan melakukan yang terbaik buat Sofi. Om ga usah kuatir." Kalimat itu membuyarkan lamunan Alman. "Aku bisa bilang apa, Tuan Muda? Sekuat apa aku bilang jangan, yang aku lihat ... hmm ..." Desahan kembali terlontar dari pria berkumis itu. "... kalau Sofi juga punya hati u

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 33 - Kejutan Leon

    Mentari menunggu Leon menjelaskan apa yang terjadi dengan Alman. Sejak pagi Mentari berharap Leon segera datang dan memberi kabar. Tetapi tidak juga muncul. Begitu dia datang, yang Mentari lihat, Leon didekati Lila. Lila makin gencar mengejar cinta pegawai tampan itu. Dan Mentari merasa ciut. "Kamu mau kabar baik atau kabar buruk? Yang mana lebih dulu?" Leon masih dengan pandangan tegang, bertanya tanpa ada senyum yang biasanya dia urai di bibirnya. "Mas, jangan buat aku tambah tegang dan cemas. Kasih tahu aja Om Al kenapa?" Mentari tak sabar lagi rasanya. "Hari ini dia ..." Leon sengaja menggantung ucapannya. Mata Mentari tak berkedip. Leon seperti takut menyampaikan kabar tentang Alman. "Mas Agus ..." Mentari memanggil bermaksud memohon agar Leon segera bicara. "Om Al akan segera pulang. Kemungkinan besar besok. " Leon mengubah lagi mimik wajahnya. Senyum lebar muncul di sana. "Ahh, Mas Agus! Bikin aku kaget. Beneran aku terkejut." Mentari lega mendengar itu. "Hee ... hee ...

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09

Bab terbaru

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 125 - Di Atap Mal

    "Mama! Lihat!" Suara kecil dan ceria itu memaksa Mentari mengangkat wajah ke depan. Bocah tiga tahun itu menunjukkan sebuah mainan robot di tangannya. Wajahnya sumringah, tampak gembira. Dia berhasil membuat mainan robot dari lego. "Keren, Juni! Merah warnanya, robot kamu pasti hebat!" Mentari bertepuk tangan. "Papa yang ajari. Aku mau buat robot lain, yang biru dan kuning!" ujar bocah itu riang. "Oke. Mama mau ambil minuman. Juni mau?" Mentari berdiri. "Iya, jus jeruk aku suka, Mama!" kata Junior semangat. "Sebentar, ya?" Mentari melangkah ke meja di dekat gudang dan menuangkan jus jeruk dalam gelas, lalu dia bawa kepada anaknya yang kembali sibuk dengan lego. "Makasih, Mama," kata Junior. Dengan cepat gelas berisi jus jeruk itu berkurang tinggal setengah. "Ahh ... segar sekali, hehehe ..." Senyum lebar muncul di bibir mungil Junior. Dia memberikan lagi gelas pada Mentari dan mengusap kasar bibirnya karena sisi jus menetes hingga ke dagunya. "Good boy. Lanjutkan main, ya?"

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 124 - Satu Lagi Keajaiban

    Dada Leon semakin menderu, bergejolak, berdetak cepat, dan entah apa lagi yang dia rasa. Tiba di depan ruangan Mentari, Leon makin tidak karuan. Leon cepat masuk ke ruangan itu. Di dalam ada dokter dan dua perawat yang membantu Mentari. Lusia juga ada di situ. "Dokter!" Leon memanggil dokter. Dokter wanita usia empat puluhan itu berbalik dan melihat Leon. "Nah, ini Pak Leon sudah datang. Sini, Pak, temani istrinya." Suara dokter itu tenang dan lembut. Leon seperti merasa ada aliran air menumpahi kepala hingga ke seluruh tubuh. Semua gerah dan panas tiba-tiba menjadi sejuk. "Bagaimana Mentari, Dok?" Leon mendekat ke samping dokter. Lusia sudah pindah ke sebelah Leon agak di belakang. Di ranjang Mentari berbaring lemah dengan wajah pucat dan tampak kesakitan. Leon maju lagi tiga langkah, memegang tangan kiri Mentari. Tangan kanan sudah dipasang infus. "Apa yang terjadi, Sayang?" Leon mendekatkan wajahnya, bertanya dengan nada cemas. "Maaf, aku ga bisa jaga diri. Aku berjalan ga ha

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 123 - Leon Junior!

    Mentari membuka mata. Entah berapa lama dia tertidur. Badan rasanya sakit semua. Mentari menoleh ke sisinya. Leon masih terlelap dengan posisi meringkuk. Sebelah tangan Leon memeluk pinggang Mentari. "Astaga ... udah kejadian, " kata Mentari pelan. Dadanya kembali berdegup kencang. Ingatan Mentari balik cepat ke sore hari saat tiba di hotel. Tanpa bisa dihalangi, begitu saja, Mentari membiarkan Leon merengkuh dirinya, utuh. Mentari juga tidak tahu bagaimana bisa dia punya keberanian itu. Semua trauma dan rasa takut disentuh pria tiba-tiba saja lenyap. Sebaliknya, dia ingin suami tercinta tidak melepaskan dirinya. "Ohh, malu sekali," ucap Mentari lirih. Rasa panas kembali menjalar di wajahnya. Perut seperti digelitik, susah dia gambarkan. "Hmm ... Sayang ..." Leon bergerak. Dia membuka mata dan melihat Mentari sedang memandang padanya. "Bangun?" Mentari menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa mau selimutan? Ga usah." Leon menarik Mentari kembali merapat padanya. "Mas

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 122 - More Than I Can Wish

    "Uffhhh!!" Leon meletkakkan pantatnya di kursi pesawat dengan penuh rasa lega. Tinggal beberapa menit pesawat mengudara, Leon dan Mentari akhirnya bisa juga masuk pesawat. Mentari memegang dadanya, masih berusaha mentralkan napasnya yang terengah-engah. "Thank God, ga telat," kata Leon. Matanya memandang ke sekitarnya. Di depan pramugari mulai memberi aba-aba, menolong penumpang bersiap tinggal landas. Mentari memegang tangan Leon kuat-kuat. Ini pengalaman dia pertama kali masuk pesawat dan akan terbang di udara. Campur aduk rasa di dada Mentari. Kejutan pernikahan belum juga mereda. Semalam tegang sekali di hotel berdua dengan Leon. Tiba-tiba mendengar Leon menyebut dalam doa akan mengajak Mentari ke Spanyol. Dan di pagi hari kejar-kejaran tidak karuan demi tiba tepat waktu di bandara. Benar-benar luar biasa! "Kamu takut?" tanya Leon sambil mencermati wajah Mentari. "Aku baru ini naik pesawat. Ngeri ga, sih?" tanya Mentari dengan wajah melas. "Nggak, aman. Ada aku, tenang saj

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 121 - Kejutan Leon

    Mentari makin mendekat. Pelan sekali Mentari naik ke kasur dan duduk di samping Leon. Sama sekali Leon tidak bergerak. Dia pasti sangat lelah dan terlelap tanpa tahu lagi apa yang terjadi di sekitarnya. Mentari mencermati detil wajah Leon. Oh, memang sungguh tampan dan mempesona. "Tidur nganga mulutnya, tetap saja tampan," ucap Mentari lirih. Refleks, karena makin mengagumi suaminya, tangan Mentari menyentuh lembut pipi Leon. "Uhh ..." Leon kaget karena sentuhan tangan Mentari yang dingin. Leon membuka matanya. Seketika Leon melihat Mentari di sampingnya. Leon langsung duduk dan menghadap ke arah Mentari. "Hei, sudah mandi? Aku ketiduran," kata Leon. Dia mengusap kedua mata dan wajahnya. "Pasti Mas Leon capek. Maaf, aku lama di dalam." Mentari kembali memperhatikan wajah Leon. Tampak lelah dan kuyu. "Mandi biar seger, tidur badannya bersih." "Hmm, yaa ... aku ga akan lama." ujar Leon. Dia mengusap lembut pipi Mentari lalu beranjak menuju kamar mandi. Mentari turun dari ranjang

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 120 - Tidak Malam Ini

    Leon menggaruk kepalanya sambil memutar badan melihat ke arah pintu. Ada apa lagi? Tamu datang di saat dia sedang mulai permainan manis dengan istrinya? Astaga! Apa pihak hotel tidak tahu kalau harusnya pengantin baru tidak diganggu? Mentari pun memutar badan melihat ke arah lain. Malu sekali rasanya mengingat apa yang barusan dia dan Leon lakukan. Mentari menata napasnya. Ini baru di awal, sudah seperti itu rasanya. Pakaian Mentari bahkan masih lengkap, "Aku lihat siapa yang datang," kata Leon sambil melangkah menuju ke pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pelayan hotel berdiri di sana. Di tangan pria muda itu ada sebuah bingkisan cantik dibungkus kertas emas dengan pita manis di atasnya. "Kenapa?" Leon bertanya dengan wajah mengkerut. "Saya minta maaf, ini ada kiriman. Pesannya sangat penting dan harus sampai malam ini juga. Sekali lagi minta maaf," ujar pelayan itu. Terlihat dia tidak nyaman mengetuk pintu kamar Leon. "Oke, thank you." Leon menerima bingkisan itu dan menutup pi

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 119 - Di Kamar Pengantin

    Upacara sakral itu masih berlangsung. Hari bersejarah bagi dua insan yang dilanda asmara, yang bersiap memasuki kehidupan baru bersama. Saat itu saat di mana di hadapan Tuhan mereka akan mengucapkan janji, dengan sadar, dengan yakin, bahwa mereka disatukan dengan cinta melalui sebuah pernikahan kudus di hadapan-Nya. Leon merasakan getaran begitu kuat di hatinya. Rasaya syukur berlimpah yang seperti menenggelamkannya dalam kolam tapi tidak membuat Leon tak bisa bernapas. Mentari berulang kali menghapus air mata yang tak bisa dia tahan terus saja menitik. Janji pernikahan mereka ucapkan. Doa bagi kedua mempelai dinaikkan di hadirat Ilahi. Pendeta menyatakan sah, Leon dan Mentari menjadi suami istri. "Apa yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Tetap setialah satu sama lain, peliharanya cinta yang Tuhan hadirkan di antara kalian. Berjalanlah bersama merajut kebersamaan hingga maut memisahkan." Pesan terakhir pendeta bagi keduanya, kemudian sekali lagi pendeta itu ber

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 118 - Gaun Putih

    Lila berlari kecil menuju kamar utama apartemen. Di depan pintu kamar, ada Irma sudah menunggu. "Wah, cantik banget! Warna putih dan merah. Thank you!" Irma menerima buket dari tangan Lila. "Ternyata hasil karyaku ga mengecewakan, ya?" Lila tersenyum lebar. "Kamu buat sendiri? Ih, keren. Ntar aku nikah mau dong, dibuatin juga!" Irma seketika melebarkan senyumnya. "Pengantin sudah siap?" Lila melongok ke dalam kamar. "Hampir. Tinggal pasang cadar saja." Irma masuk dengan buket di tangannya. Irma dan Lila berhenti serentak. Mata mereka menatap gadis imut yang disulap menjadi ratu tercantik sepanjang hari. "Ini beneran kamu, Tari?" Lila maju dua langkah sambil matanya menatap makin dalam pada Mentari tanpa kedip. Mentari berdiri dalam balutan gaun putih panjang semata kaki. Ada pita sedikit besar yang menghiasi pinggang. Lalu bagian belakang gaun itu sedikit menyapu lantai. Di atas kepala Mentari ada mahkota kecil berwarna perak terpasang indah. Sedangkan cadar transparan menutup

  • Ternyata Mencintai Anak Pemilik Mal   Bab 117 - So? How?

    Perkataan Asterita jelas dan tegas dia katakan. Leon merasa ada kehangatan kasih ibu yang begitu dalam hadir untuknya. Awalnya dia sangat kesal. Mamanya bertingkah aneh-aneh. Pasti hanya ingin mempermalukan Mentari, karena dia gadis sederhana dan tidak tahu banyak kehidupan manusia kalangan atas. Ternyata pikiran Leon salah. Asterita serius dengan yang dia lakukan demi kebaikan Leon, agar Leon tidak akan lagi terluka dan menemukan kebahagiaan utuh dalam cinta sejati yang dia butuhkan. Hati Leon melimpah dengan haru. Tatapan marah di hatinya dengan cepat berganti. "So? How?" Horacio memandang Asterita. Apakah yang dia cari sudah ketemu? Apakah dia sudah lega setelah melakukan ujian dan tantangan pada wanita-wanita yang mencintai putra sulung mereka? Asterita memandang Horacio dengan senyum kecil muncul di bibirnya yang disalut warna merah gelap, yang sangat pas di wajahnya. "Ya, kali ini aku harus mengakui, aku salah." Asterita menarik napas dalam. Mata Horacio menciut bersamaan de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status