“Udah? Gitu aja?” Badi menatap Bang Ucok tidak percaya.
“Ya. Hanya itu. Memangnya apa yang kau harapkan?” Bang Ucok balas menatap bingung.
“Pelukan? Ciuman? Apa gitu? Masa terus udahan gitu aja?” Badi terus menyerocos, “Masa udah seumur gini pacaran berhenti di pelukan? Mereka aja ciuaman,” dia menunjuk ke arah Narendra dan Agnia yang langsung tersipu.
“Kayak kamu nggak aja! Aku tahu kamu sama Antari juga udah ciuman, kan?!” Agnia berteriak tidak ingin kalah. Entah bagaimana keempat orang dewasa itu berubah menjadi anak kecil yang saling cela dan menggoda satu sama lain.
“Lalu di London juga tidak terjadi apa-apa?” Narendra bertanya hanya untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
“Maaak! Kenapa kalian ini kepo sekali? Harus sedetail apa pula ini aku ceritakan?”
“Nggak perlu detail, Bang. Kita cuma penasaran sudah sejauh mana kalian. Beneran pacaran atau ngg
“Bos, ini titipannya,” Badi masuk ke kontrakan petak Narendra sambil membawa sebungkus tas plastik, “Bubur ayam. Lengkap. Dibonusin teh panas tawar sama penjualnya.”“Terima kasih,” Narendra menjawab singkat karena pria itu sedang sibuk dengan vacuum cleaner.“Tumben banget, Bos,” Badi dengan santainya masuk ke kontrakan petak Narendra dan langsung menuju pantry untuk meletakkan sarapan pesanan majikannya di atas meja, “Bos mau aku buatin kopi?”“Tidak usah,” pria itu menggeser sofa di ruang tengah sebelum mengarahkan vacuum cleaner-nya ke belakang sofa, “Teh itu saja.”“Kesambet apa Bos, sampai bersih-bersih segininya?”“Hm?” Pria itu bergumam pelan sambil terus membersihkan setiap sudut rumahnya, “Oh ini, Tadi Kak Bimasakti mengirimkan pesan kalau Calya sudah tiba.”“Hubungannya sama Bos b
“CUT!”Teriakan Kenny membahana di lokasi syuting diiringi dengan tepukan dari beberapa kru. Mereka sudah syuting sejak pagi. Mendengar teriakan “cut” di akhir hari tentu sangat menyenangkan. Terlebih para kru yang sudah stand by jauh sebelum para aktor bersiap di lokasi syuting.“Capek banget,” Agnia bergumam sambil menjauh dari set, “Makasih Bang Kenny,” gadis itu melambai ke arah sutradara yang masih duduk di kursinya dan mengecek beberapa hal bersama asistennya.“Langsung balik?” Reizi mengejar hingga langkah mereka sejajar dan berjalan berdampingan.“Iya. Udah jam berapa coba? Aku langsung istirahat kayaknya,” gadis itu menerima handuk basah yang diberikan oleh seorang kru. Berada di bawah sorotan lampu set untuk waktu lama memang melelahkan. Panas dan membuat mata perih.“Nggak mau makan dulu?” Pria itu memang tidak menutupi tujuannya untuk mengajak g
Teriakan Kenny menarik perhatiaan hampir seluruh orang yang tersisa di set. Mereka yang tadinya sibuk dengan pekerjaan dan kesibukan masing-masing langsung berhenti dan segera menoleh ke tempat Kenny berdiri. Sutradara itu memang dikenal tegas tetapi dia hampir tidak pernah meninggikan suara apalagi berteriak.“Apa yang kalian lakukan?” Pria itu mengulangi pertanyaannya. Kali ini dia tidak berteriak tetapi suaranya masih penuh dengan kemarahan dan bercampur rasa penasaran.“Bu-bukan apa-apa,” Reizi langsung melepaskan cengkeramannya pada tangan Agnia.Begitu pria itu melepaskan tangannya, Agnia langsung mengusap pergelangan tangannya. Cengkeraman Reizi sepertinya akan meninggalkan bekas biru karena lebam.“Bener?” Kenny menaikkan sebelah alis.Dia tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Reizi. Agnia memang tersembunyi di belakang sang aktor tetapi jika dia tidak salah lihat, wajah gadis itu basah oleh ai
Agnia tidak ingat bagaimana caranya hingga dia berhasil sampai di kontrakan petaknya malam itu. Yang dia tahu dia sampai dengan selamat dan langsung menuju kontrakan petak Narendra. Kekasihnya memang memberikan kunci kontrakan petaknya kepada Agnia agar gadis itu dapat masuk kapan saja bahkan ketika pria itu sedang tidak ada.Begitu masuk ke kontrakan petak Narendra, gadis itu langsung menuju kamar pria itu. Dengan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara yang dapat membangunkan kekasihnya dia membuka lemari dan mengambil selembar kaos sebelum menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri, Agnia langsung naik ke tempat tidur. Walau tidak ingin membangunkan pria itu tetapi dia membutuhkan pelukan hingga dengan pelan Agnia menarik tangan Narendra hingga melingkari pinggangnya.“Hm..” Narendra bergumam lirih ketika Agnia menyelusup ke dalam pelukan pria itu.“Stthhhh,’ Agnia menepuk punggung kekasihnya dengan lembut dan berulang agar pri
Agnia bangun ketika matahari sudah tinggi. Rasanya dia masih ingin tidur lebih lama. Tetapi ketika mendengar keributan dari arah luar kamar, gadis itu segera merapikan penampilannya sambil mengumpulkan kesadarannya sebelum keluar dari kamar Narendra. Dia penasaran karena Narendra terdengar berbicara dengan seseorang yang suaranya tidak dikenali.“Dra, kamu ngobrol dengan siapa?” Dia bertanya sambil mengucek mata untuk mengusir kantuk.“Kamu sudah bangun?” Narendra segera menghentikan obrolan dan berpaling ke arah pintu kamar tempat Agnia berdiri.“Kebangun,” Agnia menjawab singkat sambil memperhatikan seorang gadis yang berdiri di tengah ruangan, “Siapa?”Pertanyaan itu murni berdasarkan rasa penasaran. Tidak mungkin gadis itu tetangga mereka. Selama dia tinggal di sini, Agnia belum pernah melihat gadis itu.“Hai,” gadis itu tersenyum lebar, “Kak Agnia, ya? Aku Calya,” bukannya
“You are so lucky,” Calya berpaling ke arah Narendra yang baru saja membuka laptopnya.Saat ini hanya tersisa mereka berdua di kontrakan petak kakaknya. Selesai sarapan, Agnia bergegas kembali ke kontrakan petaknya untuk bersiap menuju lokasi syuting. Seperti hari-hari sebelumnya, syuting dimulai sejak pagi. Begitu juga dengan Bang Ucok yang terus mengeluhkan pekerjaannya. Sepertinya tim Bang Ucok sengaja mengerjai bos mereka. Sementara Badi sama seperti kemarin-kemarin disibukkan dengan menjadi mentor di pusat pelatihan perusahaan penyedia tenaga keamanan milik Widjaja Group.“Kenapa tiba-tiba?”“Well,” gadis itu mengubah posisi duduknya hingga dia berhadapan dengan kakaknya, “Aku bisa bilang kalau Agnia itu cewek baik. Aku nggak ngomongin latar belakang atau apalah. Aku ngomongin dia sebagai seorang manusia. Karakternya oke.”“Kenapa kamu bisa bilang gitu
Hari ini Badi pulang lebih cepat dari biasanya. Dia sudah meninggalkan pusat pelatihan sebelum kegiatan hari ini berakhir. Apalagi penyebabnya kalau bukan pesan yang dikirimkan oleh majikannya. Narendra memintanya untuk pulang cepat, tanpa menyebutkan alasan. Ini membuatnya sedikit khawatir walau dia tahu bisa saja itu hanya keisengan Calya semata. Berbeda dengan majikannya yang tenang, Calya serupa angina rebut yang tidak bisa diam.“Bos, ada apaan?” Dengan terengah dia masuk ke kontrakan petak Narendra.“Yeay! Kak Badi udah pulang!” Calya langsung melonjak dari duduk. Dengan riang gadis itu berlalu menuju kamar Narendra yang entah sejak kapan sudah diakuisisi menjadi kamarnya selama dia menginap di kontrakan petak, “Aku mau siap-siap dulu! Kalian juga buruan siap-siap!!”“Siap-siap untuk apa?” Badi bertanya bingung.Bagaimana dia tidak bingung. Siang tadi dia mendapat pesan dari Narendra meminta untuk pula
Calya seketika berubah menjadi anak kecil ketika mereka sampai di pasar malam. Mata berbinar penuh rasa ingin tahu. Dengan penuh semangat dia melompat dari satu wahana ke wahana lain walau belum menjajalnya secara langsung. Gadis itu sepertnya sedang memutuskan wahana apa yang harus dicobanya untuk pertama kali.“Kak, aku boleh coba?” Dia bertanya dengan memamerkan puppy eyes-nya.“Kalu aku bilang tidak boleh kamu akan mendengarkan?”“Tentu aja nggak!” Tanpa rasa bersalah dia tertawa, “Tapi Kak Rendra nggak mungkin tega sama aku, kan?” Lagi dia memamerkan puppy eyes-nya.”Narendra menghela napas panjang, “Boleh. Tapi pastikan kamu bersama salah seorang dari kami.”“Dra! Mau coba ini tidak?” Bang Ucok mengangkat plastik berisi cilok berkuah kacang bercampur saos dan kecap, “Mantap ini. Beda yang sama yang ada dekat kantorku!”“Itu