Teriakan Kenny menarik perhatiaan hampir seluruh orang yang tersisa di set. Mereka yang tadinya sibuk dengan pekerjaan dan kesibukan masing-masing langsung berhenti dan segera menoleh ke tempat Kenny berdiri. Sutradara itu memang dikenal tegas tetapi dia hampir tidak pernah meninggikan suara apalagi berteriak.
“Apa yang kalian lakukan?” Pria itu mengulangi pertanyaannya. Kali ini dia tidak berteriak tetapi suaranya masih penuh dengan kemarahan dan bercampur rasa penasaran.
“Bu-bukan apa-apa,” Reizi langsung melepaskan cengkeramannya pada tangan Agnia.
Begitu pria itu melepaskan tangannya, Agnia langsung mengusap pergelangan tangannya. Cengkeraman Reizi sepertinya akan meninggalkan bekas biru karena lebam.
“Bener?” Kenny menaikkan sebelah alis.
Dia tidak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Reizi. Agnia memang tersembunyi di belakang sang aktor tetapi jika dia tidak salah lihat, wajah gadis itu basah oleh ai
Agnia tidak ingat bagaimana caranya hingga dia berhasil sampai di kontrakan petaknya malam itu. Yang dia tahu dia sampai dengan selamat dan langsung menuju kontrakan petak Narendra. Kekasihnya memang memberikan kunci kontrakan petaknya kepada Agnia agar gadis itu dapat masuk kapan saja bahkan ketika pria itu sedang tidak ada.Begitu masuk ke kontrakan petak Narendra, gadis itu langsung menuju kamar pria itu. Dengan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara yang dapat membangunkan kekasihnya dia membuka lemari dan mengambil selembar kaos sebelum menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri, Agnia langsung naik ke tempat tidur. Walau tidak ingin membangunkan pria itu tetapi dia membutuhkan pelukan hingga dengan pelan Agnia menarik tangan Narendra hingga melingkari pinggangnya.“Hm..” Narendra bergumam lirih ketika Agnia menyelusup ke dalam pelukan pria itu.“Stthhhh,’ Agnia menepuk punggung kekasihnya dengan lembut dan berulang agar pri
Agnia bangun ketika matahari sudah tinggi. Rasanya dia masih ingin tidur lebih lama. Tetapi ketika mendengar keributan dari arah luar kamar, gadis itu segera merapikan penampilannya sambil mengumpulkan kesadarannya sebelum keluar dari kamar Narendra. Dia penasaran karena Narendra terdengar berbicara dengan seseorang yang suaranya tidak dikenali.“Dra, kamu ngobrol dengan siapa?” Dia bertanya sambil mengucek mata untuk mengusir kantuk.“Kamu sudah bangun?” Narendra segera menghentikan obrolan dan berpaling ke arah pintu kamar tempat Agnia berdiri.“Kebangun,” Agnia menjawab singkat sambil memperhatikan seorang gadis yang berdiri di tengah ruangan, “Siapa?”Pertanyaan itu murni berdasarkan rasa penasaran. Tidak mungkin gadis itu tetangga mereka. Selama dia tinggal di sini, Agnia belum pernah melihat gadis itu.“Hai,” gadis itu tersenyum lebar, “Kak Agnia, ya? Aku Calya,” bukannya
“You are so lucky,” Calya berpaling ke arah Narendra yang baru saja membuka laptopnya.Saat ini hanya tersisa mereka berdua di kontrakan petak kakaknya. Selesai sarapan, Agnia bergegas kembali ke kontrakan petaknya untuk bersiap menuju lokasi syuting. Seperti hari-hari sebelumnya, syuting dimulai sejak pagi. Begitu juga dengan Bang Ucok yang terus mengeluhkan pekerjaannya. Sepertinya tim Bang Ucok sengaja mengerjai bos mereka. Sementara Badi sama seperti kemarin-kemarin disibukkan dengan menjadi mentor di pusat pelatihan perusahaan penyedia tenaga keamanan milik Widjaja Group.“Kenapa tiba-tiba?”“Well,” gadis itu mengubah posisi duduknya hingga dia berhadapan dengan kakaknya, “Aku bisa bilang kalau Agnia itu cewek baik. Aku nggak ngomongin latar belakang atau apalah. Aku ngomongin dia sebagai seorang manusia. Karakternya oke.”“Kenapa kamu bisa bilang gitu
Hari ini Badi pulang lebih cepat dari biasanya. Dia sudah meninggalkan pusat pelatihan sebelum kegiatan hari ini berakhir. Apalagi penyebabnya kalau bukan pesan yang dikirimkan oleh majikannya. Narendra memintanya untuk pulang cepat, tanpa menyebutkan alasan. Ini membuatnya sedikit khawatir walau dia tahu bisa saja itu hanya keisengan Calya semata. Berbeda dengan majikannya yang tenang, Calya serupa angina rebut yang tidak bisa diam.“Bos, ada apaan?” Dengan terengah dia masuk ke kontrakan petak Narendra.“Yeay! Kak Badi udah pulang!” Calya langsung melonjak dari duduk. Dengan riang gadis itu berlalu menuju kamar Narendra yang entah sejak kapan sudah diakuisisi menjadi kamarnya selama dia menginap di kontrakan petak, “Aku mau siap-siap dulu! Kalian juga buruan siap-siap!!”“Siap-siap untuk apa?” Badi bertanya bingung.Bagaimana dia tidak bingung. Siang tadi dia mendapat pesan dari Narendra meminta untuk pula
Calya seketika berubah menjadi anak kecil ketika mereka sampai di pasar malam. Mata berbinar penuh rasa ingin tahu. Dengan penuh semangat dia melompat dari satu wahana ke wahana lain walau belum menjajalnya secara langsung. Gadis itu sepertnya sedang memutuskan wahana apa yang harus dicobanya untuk pertama kali.“Kak, aku boleh coba?” Dia bertanya dengan memamerkan puppy eyes-nya.“Kalu aku bilang tidak boleh kamu akan mendengarkan?”“Tentu aja nggak!” Tanpa rasa bersalah dia tertawa, “Tapi Kak Rendra nggak mungkin tega sama aku, kan?” Lagi dia memamerkan puppy eyes-nya.”Narendra menghela napas panjang, “Boleh. Tapi pastikan kamu bersama salah seorang dari kami.”“Dra! Mau coba ini tidak?” Bang Ucok mengangkat plastik berisi cilok berkuah kacang bercampur saos dan kecap, “Mantap ini. Beda yang sama yang ada dekat kantorku!”“Itu
Malam sudah beranjak tua ketika akhirnya Calya menyelesaikan seluruh wahana di pasar malam. Badi yang awalnya menemani dengan terpaksa akhirnya ikut menikmati. Terlebih ketika Antari bergabung bersama mereka. Hanya membutuhkan waktu singkat bagi Calya dan Antari untuk dekat. Terlebih karena pacar Badi itu tahu mengenai jati diri Narendra dengan pasti.Bang Ucok dan Narendra juga sudah kekenyangan karena menjajal hampir seluruh jajanan yang ada. Tentu saja Narendra mencobanya dengan setengah hati. Walau sesungguhnya dia penasaran tetapi karena mempertimbangkan kehigienisan, Narendra memilih untuk menahan rasa penasaranya. Tetapi bukan Bang Ucok namanya kalau membiarkan tetangganya begitu saja. Dengan sedikit paksaaan dia berhasil membuat Narendra mencicipi bahkan menghabiskan semua jajanan yang dibelikannya.“Dari semua jajanan yang kau suka, apa yang paling kau suka?”Narendra berusaha mengingat berbagai nama camilan yang disebutkan oleh Bang Ucok se
“Cantik,” Agnia bergumam sambil memandang ke arah luar bianglala yang dinaiknya bersama Narendra.Jika Calya tidak berhasil membuat kakaknya naik bianglala, tidak dengan Agnia. Ketika gadis itu mengatakan kalau dia selalu memiliki keinginan menaiki bianglala dengan kekasihnya, dengan cepat Narendra langsung setuju tanpa sekalipun menyebutkan tentang keamanan atau kebersihannya.“Ya, cantik,” tentu bukan pemandangan yang dikomentari oleh Narendra melainkan kecantikan kekasihnya. Sejak mereka menaiki bianglala, pria itu lekat memperhatikan wajah kekasihnya. Ruang terbatas dalam gondola bianglala membuat mereka duduk cukup dekat. Tidak sebatas lutut mereka bersentuhan tetapi lebih dekat dari itu.“Apanya yang cantik?” Agnia tertawa ketika menyadari kalau kekasihnya sama sekali tidak melihat keluar sejak tadi, “Kamu takut ketinggian?”Narendra tergelak, “Tentu saja tidak. Hanya saja apa yang ada di hadapan
“Berapa lama lagi kamu di sini?” Calya bertanya sambil menyuap satu sendok besar nasi goreng.Dalam perjalanan pulang dari pasar malam dan mereka melewati nasi goreng, Calya dan Bang Ucok langsung bersemangat membeli nasi goreng sementara Narendra dan Agnia memilih untuk membeli jus di warung sebelah. Badi dan Antari berpisah jalan dengan mereka karena bodyguard itu harus mengantar pacarnya pulang.Ketika mereka sampai ke kontrakan petak, Bang Ucok langsung pamit. Pria berbadan besar itu berkata ingin langsung mandi dan setelah makan langsung beristirahat karena besok harus bekerja. Begitu juga dengan Agnia. Gadis itu langsung kembali ke kontrakan petaknya. Gadis itu berkata jika dia tidak ketiduran makan dia akan berkunjung ke kontrakan petak kekasihnya.“Sebulan lagi,” Narendra meletakkan mangkuk kaca berisikan ikan mas koki tangkapannya di samping televisi, “Kenapa?”“Yakin kamu mau ninggalin Kak Agnia