Agnia tidak ingat bagaimana caranya hingga dia berhasil sampai di kontrakan petaknya malam itu. Yang dia tahu dia sampai dengan selamat dan langsung menuju kontrakan petak Narendra. Kekasihnya memang memberikan kunci kontrakan petaknya kepada Agnia agar gadis itu dapat masuk kapan saja bahkan ketika pria itu sedang tidak ada.
Begitu masuk ke kontrakan petak Narendra, gadis itu langsung menuju kamar pria itu. Dengan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara yang dapat membangunkan kekasihnya dia membuka lemari dan mengambil selembar kaos sebelum menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri, Agnia langsung naik ke tempat tidur. Walau tidak ingin membangunkan pria itu tetapi dia membutuhkan pelukan hingga dengan pelan Agnia menarik tangan Narendra hingga melingkari pinggangnya.
“Hm..” Narendra bergumam lirih ketika Agnia menyelusup ke dalam pelukan pria itu.
“Stthhhh,’ Agnia menepuk punggung kekasihnya dengan lembut dan berulang agar pri
Agnia bangun ketika matahari sudah tinggi. Rasanya dia masih ingin tidur lebih lama. Tetapi ketika mendengar keributan dari arah luar kamar, gadis itu segera merapikan penampilannya sambil mengumpulkan kesadarannya sebelum keluar dari kamar Narendra. Dia penasaran karena Narendra terdengar berbicara dengan seseorang yang suaranya tidak dikenali.“Dra, kamu ngobrol dengan siapa?” Dia bertanya sambil mengucek mata untuk mengusir kantuk.“Kamu sudah bangun?” Narendra segera menghentikan obrolan dan berpaling ke arah pintu kamar tempat Agnia berdiri.“Kebangun,” Agnia menjawab singkat sambil memperhatikan seorang gadis yang berdiri di tengah ruangan, “Siapa?”Pertanyaan itu murni berdasarkan rasa penasaran. Tidak mungkin gadis itu tetangga mereka. Selama dia tinggal di sini, Agnia belum pernah melihat gadis itu.“Hai,” gadis itu tersenyum lebar, “Kak Agnia, ya? Aku Calya,” bukannya
“You are so lucky,” Calya berpaling ke arah Narendra yang baru saja membuka laptopnya.Saat ini hanya tersisa mereka berdua di kontrakan petak kakaknya. Selesai sarapan, Agnia bergegas kembali ke kontrakan petaknya untuk bersiap menuju lokasi syuting. Seperti hari-hari sebelumnya, syuting dimulai sejak pagi. Begitu juga dengan Bang Ucok yang terus mengeluhkan pekerjaannya. Sepertinya tim Bang Ucok sengaja mengerjai bos mereka. Sementara Badi sama seperti kemarin-kemarin disibukkan dengan menjadi mentor di pusat pelatihan perusahaan penyedia tenaga keamanan milik Widjaja Group.“Kenapa tiba-tiba?”“Well,” gadis itu mengubah posisi duduknya hingga dia berhadapan dengan kakaknya, “Aku bisa bilang kalau Agnia itu cewek baik. Aku nggak ngomongin latar belakang atau apalah. Aku ngomongin dia sebagai seorang manusia. Karakternya oke.”“Kenapa kamu bisa bilang gitu
Hari ini Badi pulang lebih cepat dari biasanya. Dia sudah meninggalkan pusat pelatihan sebelum kegiatan hari ini berakhir. Apalagi penyebabnya kalau bukan pesan yang dikirimkan oleh majikannya. Narendra memintanya untuk pulang cepat, tanpa menyebutkan alasan. Ini membuatnya sedikit khawatir walau dia tahu bisa saja itu hanya keisengan Calya semata. Berbeda dengan majikannya yang tenang, Calya serupa angina rebut yang tidak bisa diam.“Bos, ada apaan?” Dengan terengah dia masuk ke kontrakan petak Narendra.“Yeay! Kak Badi udah pulang!” Calya langsung melonjak dari duduk. Dengan riang gadis itu berlalu menuju kamar Narendra yang entah sejak kapan sudah diakuisisi menjadi kamarnya selama dia menginap di kontrakan petak, “Aku mau siap-siap dulu! Kalian juga buruan siap-siap!!”“Siap-siap untuk apa?” Badi bertanya bingung.Bagaimana dia tidak bingung. Siang tadi dia mendapat pesan dari Narendra meminta untuk pula
Calya seketika berubah menjadi anak kecil ketika mereka sampai di pasar malam. Mata berbinar penuh rasa ingin tahu. Dengan penuh semangat dia melompat dari satu wahana ke wahana lain walau belum menjajalnya secara langsung. Gadis itu sepertnya sedang memutuskan wahana apa yang harus dicobanya untuk pertama kali.“Kak, aku boleh coba?” Dia bertanya dengan memamerkan puppy eyes-nya.“Kalu aku bilang tidak boleh kamu akan mendengarkan?”“Tentu aja nggak!” Tanpa rasa bersalah dia tertawa, “Tapi Kak Rendra nggak mungkin tega sama aku, kan?” Lagi dia memamerkan puppy eyes-nya.”Narendra menghela napas panjang, “Boleh. Tapi pastikan kamu bersama salah seorang dari kami.”“Dra! Mau coba ini tidak?” Bang Ucok mengangkat plastik berisi cilok berkuah kacang bercampur saos dan kecap, “Mantap ini. Beda yang sama yang ada dekat kantorku!”“Itu
Malam sudah beranjak tua ketika akhirnya Calya menyelesaikan seluruh wahana di pasar malam. Badi yang awalnya menemani dengan terpaksa akhirnya ikut menikmati. Terlebih ketika Antari bergabung bersama mereka. Hanya membutuhkan waktu singkat bagi Calya dan Antari untuk dekat. Terlebih karena pacar Badi itu tahu mengenai jati diri Narendra dengan pasti.Bang Ucok dan Narendra juga sudah kekenyangan karena menjajal hampir seluruh jajanan yang ada. Tentu saja Narendra mencobanya dengan setengah hati. Walau sesungguhnya dia penasaran tetapi karena mempertimbangkan kehigienisan, Narendra memilih untuk menahan rasa penasaranya. Tetapi bukan Bang Ucok namanya kalau membiarkan tetangganya begitu saja. Dengan sedikit paksaaan dia berhasil membuat Narendra mencicipi bahkan menghabiskan semua jajanan yang dibelikannya.“Dari semua jajanan yang kau suka, apa yang paling kau suka?”Narendra berusaha mengingat berbagai nama camilan yang disebutkan oleh Bang Ucok se
“Cantik,” Agnia bergumam sambil memandang ke arah luar bianglala yang dinaiknya bersama Narendra.Jika Calya tidak berhasil membuat kakaknya naik bianglala, tidak dengan Agnia. Ketika gadis itu mengatakan kalau dia selalu memiliki keinginan menaiki bianglala dengan kekasihnya, dengan cepat Narendra langsung setuju tanpa sekalipun menyebutkan tentang keamanan atau kebersihannya.“Ya, cantik,” tentu bukan pemandangan yang dikomentari oleh Narendra melainkan kecantikan kekasihnya. Sejak mereka menaiki bianglala, pria itu lekat memperhatikan wajah kekasihnya. Ruang terbatas dalam gondola bianglala membuat mereka duduk cukup dekat. Tidak sebatas lutut mereka bersentuhan tetapi lebih dekat dari itu.“Apanya yang cantik?” Agnia tertawa ketika menyadari kalau kekasihnya sama sekali tidak melihat keluar sejak tadi, “Kamu takut ketinggian?”Narendra tergelak, “Tentu saja tidak. Hanya saja apa yang ada di hadapan
“Berapa lama lagi kamu di sini?” Calya bertanya sambil menyuap satu sendok besar nasi goreng.Dalam perjalanan pulang dari pasar malam dan mereka melewati nasi goreng, Calya dan Bang Ucok langsung bersemangat membeli nasi goreng sementara Narendra dan Agnia memilih untuk membeli jus di warung sebelah. Badi dan Antari berpisah jalan dengan mereka karena bodyguard itu harus mengantar pacarnya pulang.Ketika mereka sampai ke kontrakan petak, Bang Ucok langsung pamit. Pria berbadan besar itu berkata ingin langsung mandi dan setelah makan langsung beristirahat karena besok harus bekerja. Begitu juga dengan Agnia. Gadis itu langsung kembali ke kontrakan petaknya. Gadis itu berkata jika dia tidak ketiduran makan dia akan berkunjung ke kontrakan petak kekasihnya.“Sebulan lagi,” Narendra meletakkan mangkuk kaca berisikan ikan mas koki tangkapannya di samping televisi, “Kenapa?”“Yakin kamu mau ninggalin Kak Agnia
Hai pembaca Narendra dan genk kontrakan kesayangan aku~ Aku mau ngasih beberapa pengumuman, nih! Pertama~ Ternyata Kaya Tujuh Turunan ada fanpage-nya, lho! Please pada join, dong. Yang join nanti akan dapat koin bonus. Masa, sih nggak mau ikutan? Selain itu nanti aku bakalan share-share banyak hal terkait Narendra dan genk kontrakan. Misalnya kayak visualnya Narendra dan tokoh lainnya hehe. Juga hal-hal kecil yang mungkin nggak ada di cerita^^ Aku juga akan up extra part di sana juga, lho! Kedua~ Aku mau ngadain GA, nih. Caranya gampang banget, kok. Kalian cukup ninggalin review/ulasan, kasih gems dan share tentang “Ternyata Kaya Tujuh Turunan” ke teman-teman kalian. Setelah itu tinggalkan komentar kalian di sini, aku akan memilih secara random 10 orang yang akan mendapatkan masing-masing 100 koin, lho! Aku akan memilih pemenang di hari Minggu, 9 Januari 2022, yaaa~ G
"Nia, kamu sudah selesai berganti pakaian?"Suara Narendra membuat Agnia yang sedang berada di kamar mandi segera melepas kimono sutra yang dikenakan ketika dia membersihkan riasan wajah dengan bantuan seorang asisten MUA yang diminta oleh Reinya untuk tinggal sampai setelah acara selesai. Gadis itu mengambil piyama yang diberikan oleh Calya khusus untuk Agnia dan Narendra. Piyama berbahan sutra itu merupakan salah satu brand mewah dan salah satu yang tertua di Inggris. Kualitasnya sudah tidak perlu dipertanyakan karena sekelas Ratu Elizabeth II saja mempercayakan pakaian tidurnya kepada mereka.Agnia tidak pernah menduga kalau hal tersulit yang harus dilakukannya setelah memutuskan menikah dengan Narendra adalah beradaptasi dengan begitu banyak priviledge yang tiba-tiba dimilikinya. Semua serba dapat dimiliki. Tidak hanya sekadar memiliki tetapi selalu yang terbaik. Apapun itu."Nia?" Terdengar ketukan pelan di pintu kamar mandi."Sebentar," tergesa gadis itu menggelung rambut kemudi
"Macam inilah! Sah udah kalian sekarang," Bang Ucok langsung menyapa ketika seluru prosesi akad nikah selesai. Penampilan pria berbadan besar itu terlihat berbeda hari ini. Seperti seluruh undangan pria, Bang Ucok juga mengenakan three piece suit. Amelia turut hadir juga terlihat menawan dengan whimsical garden-inspired maxi dress. Penampilan disempurnakan dengan rambut tergelung model french twist yang memamerkan leher jenjangnya."Akhirnya, Bang," Agnia tertawa kecil, "Sekarang Bang Ucok udah nggak perlu khawatir lagi sama aku, kan? Aku udah nggak sendiri lagi.""He! Macam manaa... tak mungkin aku tak khawatir sama kau. Adik akunya kau ini," Bang Ucok berpura-pura bersungut kesal, "Jangan sementang kau sudah nikah terus kau anggap tak peduli lagi aku sama kau, ya!"Narendra terkekeh memperhatikan interaksi antara Agnia dan Bang Ucok. Walau mereka sudah tidak lagi di kontrakan petak tetapi tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu."Maaf, Bang," Narendra menyela percak
"Kamu yakin?""Ayah," Agnia hanya berpaling karena hiasan kepalanya cukup berat, "Ayah sudah berulang kali nanyain itu, lho. Mau Ayah tanya sampai seratus bahkan ribuan kali, jawaban Agnia tetap sama. Agnia yakin.""Tapi gimana kalau sampai tersebar? Memang pernikahan kamu private tapi tetap aja, di depan venue itu wartawan udah ngumpul kayak mau demo.""Memangnya kenapa kalau sampai nyebar?" Agnia menatap Kenny melalui cermin, "Ayah malu kalau sampai publik tahu aku ini anak ayah?""Bukan gitu," Kenny membalas tatapan Agnia, "Ayah bertanya karena Ayah nggak mau kamu menyesali kepuutusanmu.""Aku nggak akan nyesal, Yah," Agnia menjawab dengan yakin, "Percaya sama aku. Ini bukan keputusan impulsif. Aku udah mikirin ini dari lama. Dan itu keinginan aku. Pertanyaannya sekarang, apa Ayah mau ngelakuinnya atau nggak?""Tentu saja Ayah mau, Nia," Kenny menghampiri anak semata wayangnya dan meletakkan kedua tangan di bahu Agnia yang terbuka karena kebaya pernikahannya memiliki leher yang cuk
Narendra menatap pantulan diri pada cermin sambil menghembuskan napas dengan pelan. Dirinya terlihat sempurna dengann three pieces suit warna kelabu yang dipilihkan Agnia untuk hari istimewa ini. Kekasih yang akan segera menjadi istrinya itu mengatakan kalau kelabu merupakan warna yang hangat, dan itu sesuai dengan apa yang dirasakannya setiap kali berada di dekat Narendra. Sebagai seorang pria, Narendra menyerahkan sepenuhnya kepada Agnia.Ketika gadis itu meminta agar pernikahan mereka dilakukan secara private dan hanya mengundang keluarga dekat serta sahabat, Narendra juga dengan segera menyetujuinya. Beruntung keluarga besar mereka mau berkompromi. Walau pernikahan akan dirayakan secara sederhana tetapi resepsi akan diselenggarakan besar-besaran dan mengundang seluruh kenalan mereka. Agnia yang menyadari posisi mereka, Narendra merupakan pewaris keluarga Widjaja dan dirinya yang merupakan selebritas, setuju dengan itu."Narendra," Asija bersama dengan Reinya memasuki ruangan yang
"Lo gila," Abimana masuk ke ruang kerja Narendra sambil menggulirkan jari di tablet."Ada apa?" Narendra masih sibuk memperhatikan layar ponselnya. Dia sedang memeriksa portofolio saham miliknya sambil beristirahat dari memeriksa berbagai dokumen pekerjaan.Ketika Narendra kembali dari Seoul kemarin, dia disambut dengan tumpukan dokumen di meja kerja. Hanya dua hari tetapi tumpukan dokumen itu seakan Narendra sudah tidak mengantor selama berbulan-bulan. Seandainya bisa, dia ingin mengabaikan dokumen-dokumen itu. Tetapi tentu saja dia tidak dapat melakukannya karena ada tanggung jawab yang dipikul di bahunya.Asija menanggapi keputusan Narendra yang akhirnya setuju untuk menjadi pewaris Widjaja Group dengan serius. Walau pria itu mengatakan akan menggantikan Asija beberapa tahun lagi, pria paruh baya itu dengan cerdik mulai mengalihkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada Narendra. Tentu saja Narendra tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya tetapi dia tidak merasa keberatan dengan itu.
"Woaa!" Lee Jieun, aktris yang menjadi salah seorang lawan main Agnia di serial yang bekerja sama dengan Netflix itu memasuk lobi sambil berseru tidak percaya, "Mereka penasaran sekali sama kalian, ya!"Setelah Agnia, aktris berikutnya yang tidak di red carpet adalah Lee Jieun. Sayangnya, beberapa pewarta masih penasaran mengapa Agnia ditemani oleh Narendra sehingga mereka masih melontarkan pertanyaan itu berulang kali. Berkat pengalaman panjang menjadi aktris dan penyanyi, dengan cepat Lee Jieun dapat mengendalikan suasana dan menarik perhatian para pewarta. Setelah meladeni permintaan untuk berfoto dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan serta berbincang dengan MC, gadis itu memasuki lobi gedung tempat acara digelar dan segera menyapa Agnia yang kebetulan masih belum memasuki ruangan tempat acara akan berlangsung."Eonnie," Agnia tertawa penuh rasa bersalah. Seharusnya spotlight hari ini milik Lee Jieun yang merupakan aktris utama di serial yang mereka bintangi. Tetapi karena kehad
"Surprise!" Narendra tertawa kecil sambil menjawil hidung kekasihnya, "May I be you plus one?""Ren... dra?" Agnia masih tidak percaya kalau pria yang sudah menunggu di mobil adalah kekasihnya, "Kamu ngapain di sini?""Jadi plus one kamu. Boleh?" Narendra masih menatap kekasihnya sambil tersenyum, "Shit! I really want to kiss you but it will ruins your lipstick."Sisa kebingungan Agnia menghilang dan berganti dengan tawa, "Kamu udah nggak ketemu aku lama terus itu kalimat pertama kamu?"Narendra masih tersenyum tanpa rasa bersalah sama sekali, "Seaneh itu? Bagian mana yang aneh dari seorang pria yang ingin mencium kekasihnya?""Bukan aneh," Agnia masih tertawa, "Tapi aku nggak nyangka kalau itu yang bakalan kamu ucapin setelah kita nggak ketemu selama beberapa minggu.""Beberapa minggu?" Senyuman masih tersisa walau sekarang pria itu mengernyit bingung, "Bukannya beberapa hari lalu kita baru bertemu, ya?""Beberapa hari?" Agnia berpiki selama beberapa saat, "Aaah! Aku ingat! Astagaa,
Suara ketukan disusul dengan seseorang gadis membuka pintu kamar hotel yang digunakan Agnia sejak beberapa malam lalu. Gadis berheadset dan memeluk clipboard berdiri di ambang pintu."Selamat siang Nona Agnia," senyumnya merekah sempurna, "Kita sesuai dengan jadwal. Lima menit lagi Anda sudah harus turun. Mobil yang akan mengantarkan Anda ke lokasi sudah siap."Agnia yang berdiri di tengah ruangan dan dikelilingi oleh begitu banyak orang dengan kesibukan masing-masing hanya dapat menoleh sambil tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Dia tidak dapat melakukan lebih dari itu. Penata busana sedang memastikan seluruh lekuk tubuh artisnya menonjol dengan tepat tanpa ada kerutan atau lipatan yang merusaknya. Asisten penata busana sudah menyodorkan entah pasangan sepatu ke berapa untuk dicobanya. Hairdresser sejak tadi memastikan kalau rambut Agnia sempurna sesuai dengan keinginannya sementara make up artist yang dipercaya oleh artis muda itu sedang melakukan retouch pada beberapa bagian w
"Paman Leo," Narendra tersenyum ketika melihat pria paruh baya yang sudah berpuluh tahun bekerja di tailor yang sudah menjadi langganan keluarga besar Widjaja. "Saya tidak pernah menyangka kalau saya masih diberi kesempatan untuk mengukur dan menyiapkan suits untuk pernikahan Anda," Leo menyapa dengan ramah. "Paman pasti masih menganggapku anak kecil," Narendra terkekeh. "Kebiasaan orang tua," dengan hati-hati Leo mengarahkan Narendra yang ditemani Abimana dan Badi untuk berjalan ke bagian belakang yang lebih tertutup, "Rasanya baru kemarin Anda ke sini untuk pengukuran suits pertama. Bahan wol, warna kelabu. Three pieces dengan celana pendek." "Untuk ulang tahun pernikahan Papa dan Mama," Narendra menyambung, "Saya juga masih mengingatnya dengan baik, Paman." Selama beberapa saat Leo berdiri sambil menatap Narendra. Tatapannya penuh dengan kenangan bercampur kebanggaan. Dia sempat larut sebelum menyadari kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan cepat dia mengeluarkan