“You are so lucky,” Calya berpaling ke arah Narendra yang baru saja membuka laptopnya.
Saat ini hanya tersisa mereka berdua di kontrakan petak kakaknya. Selesai sarapan, Agnia bergegas kembali ke kontrakan petaknya untuk bersiap menuju lokasi syuting. Seperti hari-hari sebelumnya, syuting dimulai sejak pagi. Begitu juga dengan Bang Ucok yang terus mengeluhkan pekerjaannya. Sepertinya tim Bang Ucok sengaja mengerjai bos mereka. Sementara Badi sama seperti kemarin-kemarin disibukkan dengan menjadi mentor di pusat pelatihan perusahaan penyedia tenaga keamanan milik Widjaja Group.
“Kenapa tiba-tiba?”
“Well,” gadis itu mengubah posisi duduknya hingga dia berhadapan dengan kakaknya, “Aku bisa bilang kalau Agnia itu cewek baik. Aku nggak ngomongin latar belakang atau apalah. Aku ngomongin dia sebagai seorang manusia. Karakternya oke.”
“Kenapa kamu bisa bilang gitu
Hari ini Badi pulang lebih cepat dari biasanya. Dia sudah meninggalkan pusat pelatihan sebelum kegiatan hari ini berakhir. Apalagi penyebabnya kalau bukan pesan yang dikirimkan oleh majikannya. Narendra memintanya untuk pulang cepat, tanpa menyebutkan alasan. Ini membuatnya sedikit khawatir walau dia tahu bisa saja itu hanya keisengan Calya semata. Berbeda dengan majikannya yang tenang, Calya serupa angina rebut yang tidak bisa diam.“Bos, ada apaan?” Dengan terengah dia masuk ke kontrakan petak Narendra.“Yeay! Kak Badi udah pulang!” Calya langsung melonjak dari duduk. Dengan riang gadis itu berlalu menuju kamar Narendra yang entah sejak kapan sudah diakuisisi menjadi kamarnya selama dia menginap di kontrakan petak, “Aku mau siap-siap dulu! Kalian juga buruan siap-siap!!”“Siap-siap untuk apa?” Badi bertanya bingung.Bagaimana dia tidak bingung. Siang tadi dia mendapat pesan dari Narendra meminta untuk pula
Calya seketika berubah menjadi anak kecil ketika mereka sampai di pasar malam. Mata berbinar penuh rasa ingin tahu. Dengan penuh semangat dia melompat dari satu wahana ke wahana lain walau belum menjajalnya secara langsung. Gadis itu sepertnya sedang memutuskan wahana apa yang harus dicobanya untuk pertama kali.“Kak, aku boleh coba?” Dia bertanya dengan memamerkan puppy eyes-nya.“Kalu aku bilang tidak boleh kamu akan mendengarkan?”“Tentu aja nggak!” Tanpa rasa bersalah dia tertawa, “Tapi Kak Rendra nggak mungkin tega sama aku, kan?” Lagi dia memamerkan puppy eyes-nya.”Narendra menghela napas panjang, “Boleh. Tapi pastikan kamu bersama salah seorang dari kami.”“Dra! Mau coba ini tidak?” Bang Ucok mengangkat plastik berisi cilok berkuah kacang bercampur saos dan kecap, “Mantap ini. Beda yang sama yang ada dekat kantorku!”“Itu
Malam sudah beranjak tua ketika akhirnya Calya menyelesaikan seluruh wahana di pasar malam. Badi yang awalnya menemani dengan terpaksa akhirnya ikut menikmati. Terlebih ketika Antari bergabung bersama mereka. Hanya membutuhkan waktu singkat bagi Calya dan Antari untuk dekat. Terlebih karena pacar Badi itu tahu mengenai jati diri Narendra dengan pasti.Bang Ucok dan Narendra juga sudah kekenyangan karena menjajal hampir seluruh jajanan yang ada. Tentu saja Narendra mencobanya dengan setengah hati. Walau sesungguhnya dia penasaran tetapi karena mempertimbangkan kehigienisan, Narendra memilih untuk menahan rasa penasaranya. Tetapi bukan Bang Ucok namanya kalau membiarkan tetangganya begitu saja. Dengan sedikit paksaaan dia berhasil membuat Narendra mencicipi bahkan menghabiskan semua jajanan yang dibelikannya.“Dari semua jajanan yang kau suka, apa yang paling kau suka?”Narendra berusaha mengingat berbagai nama camilan yang disebutkan oleh Bang Ucok se
“Cantik,” Agnia bergumam sambil memandang ke arah luar bianglala yang dinaiknya bersama Narendra.Jika Calya tidak berhasil membuat kakaknya naik bianglala, tidak dengan Agnia. Ketika gadis itu mengatakan kalau dia selalu memiliki keinginan menaiki bianglala dengan kekasihnya, dengan cepat Narendra langsung setuju tanpa sekalipun menyebutkan tentang keamanan atau kebersihannya.“Ya, cantik,” tentu bukan pemandangan yang dikomentari oleh Narendra melainkan kecantikan kekasihnya. Sejak mereka menaiki bianglala, pria itu lekat memperhatikan wajah kekasihnya. Ruang terbatas dalam gondola bianglala membuat mereka duduk cukup dekat. Tidak sebatas lutut mereka bersentuhan tetapi lebih dekat dari itu.“Apanya yang cantik?” Agnia tertawa ketika menyadari kalau kekasihnya sama sekali tidak melihat keluar sejak tadi, “Kamu takut ketinggian?”Narendra tergelak, “Tentu saja tidak. Hanya saja apa yang ada di hadapan
“Berapa lama lagi kamu di sini?” Calya bertanya sambil menyuap satu sendok besar nasi goreng.Dalam perjalanan pulang dari pasar malam dan mereka melewati nasi goreng, Calya dan Bang Ucok langsung bersemangat membeli nasi goreng sementara Narendra dan Agnia memilih untuk membeli jus di warung sebelah. Badi dan Antari berpisah jalan dengan mereka karena bodyguard itu harus mengantar pacarnya pulang.Ketika mereka sampai ke kontrakan petak, Bang Ucok langsung pamit. Pria berbadan besar itu berkata ingin langsung mandi dan setelah makan langsung beristirahat karena besok harus bekerja. Begitu juga dengan Agnia. Gadis itu langsung kembali ke kontrakan petaknya. Gadis itu berkata jika dia tidak ketiduran makan dia akan berkunjung ke kontrakan petak kekasihnya.“Sebulan lagi,” Narendra meletakkan mangkuk kaca berisikan ikan mas koki tangkapannya di samping televisi, “Kenapa?”“Yakin kamu mau ninggalin Kak Agnia
Hai pembaca Narendra dan genk kontrakan kesayangan aku~ Aku mau ngasih beberapa pengumuman, nih! Pertama~ Ternyata Kaya Tujuh Turunan ada fanpage-nya, lho! Please pada join, dong. Yang join nanti akan dapat koin bonus. Masa, sih nggak mau ikutan? Selain itu nanti aku bakalan share-share banyak hal terkait Narendra dan genk kontrakan. Misalnya kayak visualnya Narendra dan tokoh lainnya hehe. Juga hal-hal kecil yang mungkin nggak ada di cerita^^ Aku juga akan up extra part di sana juga, lho! Kedua~ Aku mau ngadain GA, nih. Caranya gampang banget, kok. Kalian cukup ninggalin review/ulasan, kasih gems dan share tentang “Ternyata Kaya Tujuh Turunan” ke teman-teman kalian. Setelah itu tinggalkan komentar kalian di sini, aku akan memilih secara random 10 orang yang akan mendapatkan masing-masing 100 koin, lho! Aku akan memilih pemenang di hari Minggu, 9 Januari 2022, yaaa~ G
“Lho? Kak Agnia belum tidur?” Calya yang pertama kali buka suara sementara Narendra masih mematung.“Belum. Aku baru selesai ngeringin rambut,” Agnia masuk dengan santai kemudian langsung menepuk kaki Narendra yang sedang selonjoran di sofa. Seakan menegrti maksud Agnia, pria itu langsung melipat kaki, memberikan ruang bagi gadis itu untuk duduk. Tidak hanya itu, Narendra bahkan berputas dan mengubah posisi dengan menyandarkan kepala di pangkuan kekasihnya.“Kalian belum mandi, ya?”“Aku sudah. Calya katanya selesai makan baru mandi,” Narendra menatap Agnia. Ekspresi gadis itu terlihat biasa saja.Apa dia tidak mendengar percakapan mereka?“Nanggung, sih, ya, kalau mandi dulu baru makan. Jadi harus bolak-balik buat sikat gigi, kan?” Agnia tertawa kecil, “Kamu senang di sini, Calya?”Calya yang sedang menghabiskan nasi gorengnya langsung mengangguk, “Seneng
“Kakak ngajak aku nginap di sini karena ada yang mau Kakak tanyain, kan?” Itu pertanyaan pertama yang diajukan Calya ketika mereka sudah bersiap tidur di kamar Agnia.Setengah jam lalu, selesai Calya mandi dan bersiap, mereka kembali ke kontrakan petak milik Agnia. Setelah memastikan pintu kontrakan petaknya terkunci dan seluruh jendela tertutup rapat mereka pindah ke kamar Agnia. Sambil menunggu Agnia menyelesaikan rangkaian skincare-nya, Calya memperhatikan interior kamar kekasih kakanya.Dia suka dengan apa yang dilihatnya. Kamar Agnia sangat Agnia sekali. Rapi dengan beberapa dekorasi menarik dan artsy menghias sudut ruangan. Di nakas samping tempat tidur Calya menemukan foto masa kecil Agnia. Kekasih kakaknya ketika berusia lima tahu berpose dengan seorang wanita yang jika diperhatikan memiliki garis wajah yang sama dengan Agnia sekarang. Mungkin ibunya. Calya ingin bertanya tetapi karena dia ingat cerita keluarga Agnia yang pernah di