“Cantik,” Agnia bergumam sambil memandang ke arah luar bianglala yang dinaiknya bersama Narendra.
Jika Calya tidak berhasil membuat kakaknya naik bianglala, tidak dengan Agnia. Ketika gadis itu mengatakan kalau dia selalu memiliki keinginan menaiki bianglala dengan kekasihnya, dengan cepat Narendra langsung setuju tanpa sekalipun menyebutkan tentang keamanan atau kebersihannya.
“Ya, cantik,” tentu bukan pemandangan yang dikomentari oleh Narendra melainkan kecantikan kekasihnya. Sejak mereka menaiki bianglala, pria itu lekat memperhatikan wajah kekasihnya. Ruang terbatas dalam gondola bianglala membuat mereka duduk cukup dekat. Tidak sebatas lutut mereka bersentuhan tetapi lebih dekat dari itu.
“Apanya yang cantik?” Agnia tertawa ketika menyadari kalau kekasihnya sama sekali tidak melihat keluar sejak tadi, “Kamu takut ketinggian?”
Narendra tergelak, “Tentu saja tidak. Hanya saja apa yang ada di hadapan
“Berapa lama lagi kamu di sini?” Calya bertanya sambil menyuap satu sendok besar nasi goreng.Dalam perjalanan pulang dari pasar malam dan mereka melewati nasi goreng, Calya dan Bang Ucok langsung bersemangat membeli nasi goreng sementara Narendra dan Agnia memilih untuk membeli jus di warung sebelah. Badi dan Antari berpisah jalan dengan mereka karena bodyguard itu harus mengantar pacarnya pulang.Ketika mereka sampai ke kontrakan petak, Bang Ucok langsung pamit. Pria berbadan besar itu berkata ingin langsung mandi dan setelah makan langsung beristirahat karena besok harus bekerja. Begitu juga dengan Agnia. Gadis itu langsung kembali ke kontrakan petaknya. Gadis itu berkata jika dia tidak ketiduran makan dia akan berkunjung ke kontrakan petak kekasihnya.“Sebulan lagi,” Narendra meletakkan mangkuk kaca berisikan ikan mas koki tangkapannya di samping televisi, “Kenapa?”“Yakin kamu mau ninggalin Kak Agnia
Hai pembaca Narendra dan genk kontrakan kesayangan aku~ Aku mau ngasih beberapa pengumuman, nih! Pertama~ Ternyata Kaya Tujuh Turunan ada fanpage-nya, lho! Please pada join, dong. Yang join nanti akan dapat koin bonus. Masa, sih nggak mau ikutan? Selain itu nanti aku bakalan share-share banyak hal terkait Narendra dan genk kontrakan. Misalnya kayak visualnya Narendra dan tokoh lainnya hehe. Juga hal-hal kecil yang mungkin nggak ada di cerita^^ Aku juga akan up extra part di sana juga, lho! Kedua~ Aku mau ngadain GA, nih. Caranya gampang banget, kok. Kalian cukup ninggalin review/ulasan, kasih gems dan share tentang “Ternyata Kaya Tujuh Turunan” ke teman-teman kalian. Setelah itu tinggalkan komentar kalian di sini, aku akan memilih secara random 10 orang yang akan mendapatkan masing-masing 100 koin, lho! Aku akan memilih pemenang di hari Minggu, 9 Januari 2022, yaaa~ G
“Lho? Kak Agnia belum tidur?” Calya yang pertama kali buka suara sementara Narendra masih mematung.“Belum. Aku baru selesai ngeringin rambut,” Agnia masuk dengan santai kemudian langsung menepuk kaki Narendra yang sedang selonjoran di sofa. Seakan menegrti maksud Agnia, pria itu langsung melipat kaki, memberikan ruang bagi gadis itu untuk duduk. Tidak hanya itu, Narendra bahkan berputas dan mengubah posisi dengan menyandarkan kepala di pangkuan kekasihnya.“Kalian belum mandi, ya?”“Aku sudah. Calya katanya selesai makan baru mandi,” Narendra menatap Agnia. Ekspresi gadis itu terlihat biasa saja.Apa dia tidak mendengar percakapan mereka?“Nanggung, sih, ya, kalau mandi dulu baru makan. Jadi harus bolak-balik buat sikat gigi, kan?” Agnia tertawa kecil, “Kamu senang di sini, Calya?”Calya yang sedang menghabiskan nasi gorengnya langsung mengangguk, “Seneng
“Kakak ngajak aku nginap di sini karena ada yang mau Kakak tanyain, kan?” Itu pertanyaan pertama yang diajukan Calya ketika mereka sudah bersiap tidur di kamar Agnia.Setengah jam lalu, selesai Calya mandi dan bersiap, mereka kembali ke kontrakan petak milik Agnia. Setelah memastikan pintu kontrakan petaknya terkunci dan seluruh jendela tertutup rapat mereka pindah ke kamar Agnia. Sambil menunggu Agnia menyelesaikan rangkaian skincare-nya, Calya memperhatikan interior kamar kekasih kakanya.Dia suka dengan apa yang dilihatnya. Kamar Agnia sangat Agnia sekali. Rapi dengan beberapa dekorasi menarik dan artsy menghias sudut ruangan. Di nakas samping tempat tidur Calya menemukan foto masa kecil Agnia. Kekasih kakaknya ketika berusia lima tahu berpose dengan seorang wanita yang jika diperhatikan memiliki garis wajah yang sama dengan Agnia sekarang. Mungkin ibunya. Calya ingin bertanya tetapi karena dia ingat cerita keluarga Agnia yang pernah di
“Mau berangkat bersama?”Agnia terkejut ketika dia keluar dari kontrakan petak pagi ini, Narendra sudah menunggu di teras. Pria itu juga sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat meski Agnia tidak tahu ke mana tujuan pria itu.“Kamu mau jalan juga?” Agnia duduk dan mengenakan sneaker-nya.“Iya,” Narendra tersenyum, “Ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Tadi malam Papa menghubungiku.”“Oh,” gadis itu mengangguk. Ingin rasanya dia bertanya pekerjaan apa tetapi entah mengapa sulit sekali rasanya menanyakan hal tersebut hingga dia memilih untuk tersenyum sambil bangkit dari duduk, “Bareng sama Badi?”“Iya. Badi sudah menunggu di depan jalan.”“Di depan?”“Aku pinjam mobil Papa jadi bisa sekalian mengantarmu ke lokasi syuting,” Narendra ikut berdiri dari duduknya, “Sudah mau berangkat sekarang?”Agnia
“Saya bilang pukul berapa meeting di mulai?”Narendra bangkit dan berdiri sambil mengetuk jari ke meja berulang. Siapa pun yang melihatnya saat ini, tidak peduli pegawai senior atau pegawai baru akan merasa sangat terintimidasi. Terlebih Narendra menatap seluruh orang yang ada di ruang pertemuan dengan tatapan tajam.“Pukul sepuluh,” seorang pegawai memberanikan diri untuk menjawab.“Sekarang pukul berapa?” Diucapkan dengan nada datar tetapi seorang orang di ruangan ini tahu kalau mereka harus bersiaga. Sesuatu akan terjadi.“Pukul sepuluh lewat lima menit.”“Lalu?” Suara Narendra kembali terdengar.“Maaf, Pak Sabda,” pegawai yang sama kembali bersuara. Sepertinya dia satu-satunya yang masih memiliki sedikit keberanian di ruangan pertemuan itu, “Tetapi Bu Celia belum bergabung bersama kita.”“Urusannya apa? Kalian harus mempresentasikan
“Narendra, tumben sekali kamu mengantor?”Tanpa direncanakan, Narendra yang baru kembali dari kafetaria bertemu dengan Bira. Sudah terlambat ketika pria itu ingin berbalik arah agar tidak terpaksa harus berbasa-basi dengan pria paruh baya itu. Abimana yang saat itu bersama Narendra juga terlambat menyadari kehadiran ayahnya karena terlalu asyik mengobrol dengan sepupunya.“Biasa, Om,” Narendra memasang senyum palsunya, “Harus setor muka kalau tidak uang saku saya akan diberhentikan oleh Papa.”“Ck,” pria baruh baya itu langsung berdecak merendahkan, “Ingat umur kamu. Mau sampai kapan kamu main-main seperti sekarang? Masih belum puas kamu bertahun-tahun tinggal nyaman di luar negeri dan nggak peduli dengan perusahaan?”Bira selalu menganggap Narendra memilih untuk tinggal di luar negeri karena ingin menghindar dari tanggung jawab untuk mengelola perusahaan. Pria itu sama sekali menutup mata dari k
“Bagaimana dengan orang suruhan yang mengawasi kontrakan petakku?”Pertanyaan itu terlontar setelah Narendra menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Saat ini mereka sedang melepas penat dengan menikmati kopi dan kudapan pilihan Abimana.“Gue masih belum yakin seratus persen. Tapi kemungkinan besar itu orang suruhan bokap gue. Masalahnya gue udah minta Badi untuk ngecek di pusat pelatihan tapi masih belum nemuin data mereka.”“Apa ada kemungkinan kalau Bira menggunakan jasa dari perusahaan lain?”“Kemungkinan itu ada,” Abimana mengangguk, “Salah satu teman dekat bokap punya perusahaan keamanan walau tidak sebaik kita,” pria itu melemparkan tatapan serius ke arah sepupunya, “Kalau benar bokap pakai mereka lo harus ekstra hati-hati. Mereka nggak sebagus tenaga keamanan kita tapi berani untuk main kasar.”“Sial,” Narendra segera menyambar ponselnya, “Calya sendirian d