“Bagaimana dengan orang suruhan yang mengawasi kontrakan petakku?”
Pertanyaan itu terlontar setelah Narendra menyelesaikan seluruh pekerjaannya. Saat ini mereka sedang melepas penat dengan menikmati kopi dan kudapan pilihan Abimana.
“Gue masih belum yakin seratus persen. Tapi kemungkinan besar itu orang suruhan bokap gue. Masalahnya gue udah minta Badi untuk ngecek di pusat pelatihan tapi masih belum nemuin data mereka.”
“Apa ada kemungkinan kalau Bira menggunakan jasa dari perusahaan lain?”
“Kemungkinan itu ada,” Abimana mengangguk, “Salah satu teman dekat bokap punya perusahaan keamanan walau tidak sebaik kita,” pria itu melemparkan tatapan serius ke arah sepupunya, “Kalau benar bokap pakai mereka lo harus ekstra hati-hati. Mereka nggak sebagus tenaga keamanan kita tapi berani untuk main kasar.”
“Sial,” Narendra segera menyambar ponselnya, “Calya sendirian d
“Are you okay?” Rania mendongak menatap tunangannya sambil mengeratkan pelukan, “Kamu kayak lagi banyak pikiran, Hon.”Abimana menarik napas panjang. Dia membelai rambut tunangannya dengan lembut sebelum akhirnya menunduk dan mencium bibir tunangannya yang entah bagaimana selalu menyisakan rasa manis, “Maaf, aku bikin kamu khawatir.”“It’s okay,” Rania menyelipkan kakinya diantara kaki Abimana. Dia selalu menikmati kehangatan tubuh kekasihnya setiap kali mereka selesai berhubungan intim, “Aku malah kecewa kalau kamu nyembunyiin perasaan kamu ke aku. Mau cerita?”“Aku bingung,” Abimana memainkan jemari diantara rambut kekasihnya, “Papa mungkin sedang merencanakan hal bodoh.”“Maksud kamu?” Rania kembali menatap kekasihnya. Kali ini dengan penasaran bercampur khawatir.Sudah menjadi rahasia umum kalau Abimana dan Bira tidak
“Will you marry me?”Ketika Abimana mengajaknya berlibur, Rania sama sekali tidak pernah menduga kalau kekasihnya itu akan melamarnya. Mereka memang sudah berpacaran selama beberapa tahun. Tetapi tidak sekalipun mereka pernah membahas tentang pernikahan. Rani juga tidak pernah menuntut.Dia gadis mandiri. Terbiasa hidup dengan kedua kakinya sendiri. Sebagai wanita tentu dia ingin menikah. Dia amakn menikah jika bertemu dengan seorang pria yang membuatnya yakin untuk berbagi kehidupan bersama. Setelah berpacaran selama beberapa waktu dia yakin kalau pria itu adalah Abimana tetapi dia tidak akan pernah mengiba. Jika Abimana tidak menginginkan pernikahan maka hubungan yang mereka miliki sekarang cukup baginya.“Are you…sure? Bi, ini bukan prank, kan?” Entah kenapa pertanyaan itu yang terlontar dari mulut Rania.Abimana menatap kekasihnya tidak percaya, “Sejak kapan…Bae, pleas
“Mau apa kamu ke sini? Masih ingat kalau punya rumah?!”Teriakan itu yang menyapa ketika Abimana memasuki ruang kerja ayahnya. Pria paruh baya itu sedang mendengar musik klasik ditemani segelas wiski. Kebiasaan yang tidak berubah sejak Abimana kecil.Dulu, Abimana paling takut jika dipanggil ke ruang kerja ayahnya. Panggilan itu hanya berarti satu hal, hukuman. Entah benar dia melakukan kesalahan atau ayahnya hanya mencari-cari kesalahan karena membutuhkan seseorang untuk pelampiasan emosi, sampai sekarang Abimana belum menemukan jawabannya. Dia sudah tidak lagi peduli dengan itu.“Aku minta maaf untuk kejadian tadi siang,” Abimana duduk dan berujar dengan tenang walau sesunguhnya begitu banyak kemarahan yang berusaha disembunyikannya.“Minta maaf? Kamu kira setelah kamu memperlakukan aku seperti itu cukup dengan minta maaf?!Abimana tidak langsung menjawab. Dia memperhatikan wajah ayahnya. Wajah pria paruh baya itu me
Narendra gelisah sepanjang malam. Dia tidak tahu kenapa tetapi rasanya ada sesuatu yang sedang terjadi pada orang terdekatnya. Awalnya dia berpikir kalau sesuatu yang buruk menimpa Agnia tetapi tidak terjadi apa-apa pada gadis itu. Sepulang dari lokasi syuting dia menghabiskan waktu bersama Calya. Entah apa yang mereka lakukan karena Narendra dilarang untuk berkunjung ke kontrakan petaknya.Pria itu juga sudah menghubungi hampir seluruh keluarganya. Dia mengirimakan pesan ke Asija dan Rajasena. Hatinya lega ketika mendapatkan balasan dari mereka. Narendra juga sudah memastikan keadaan Reinya dan Bimasakti. Mereka semua aman. Tidak ada sesuatu buruk yang menimpa mereka.Tetapi hatinya masih gelisah.Ada apa?Hanya tersisa satu nama, Abimana Malik Widjaja.Terakhir ketika mereka berbalas pesan, sepupunya itu mengatakan kalau malam dia akan bermalam di penthouse tunangannya. Secara logika tidak mungkin ada hal buruk yang menimpa Abimana. Tidak mungkin
Haai~ Aku mau kasih kabar buruk :( Aku belum sempat memilih pemenang giveaway, tapi akan aku upayakan secepatnya, ya.Lagi-lagi, pekerjaan lagi menunjut banyak. Ini aja baru sempat nulis pukul 8 tadi dan cuma dapat satu bab :( Besok aku akan usahakan untuk update lebih banyak, yaaa Untuk yang tanya fanpagenya di mana, itu di faceb00k. Silakan bergabung, ya. Aku akan mulai aktif di fanpage minggu ini. OH IYA! Aku dapat email dari GoodNovel yang bilang kalau novel ini terpilih jadi juara Pria Terdahsyat!!Aku seneng banget dan astagaa...sama sekali nggak nyangka. Awal aku nulis cerita ini cuma penasaran aja gimana rasanya nulis di platform berbayar hehe. Aku mau ngucapin terimakasih sebesar-besarnya untuk kalian para pembaca yang terus setia dengan genk kontrakan dan bikin novel ini dibaca banyak orang. HWAAA~ sayang kalian banyak-banyaaaak pokoknya!!!
"Abi kenapa?"Narendra langsung masuk ke penthouse milik Rania tanpa menunggu dipersilahkan oleh pemiliknya. Dia terlalu panik untuk memikirkan urusan tata krama. Abimana lebih dari seorang sepupu apalagi tangan kanan untuknya. Mereka besar bersama. Saling membantu dan menutupi kesalahan agar tidak dimarahi oleh orang dewasa. Dibanding dengan Rajasena dan Bimasakti, dia lebih dekat dengan Abimana."Pak... " Rania mengejar Narendra. Bukan untuk melarang. Gadis itu hanya ingin menenangkan pria itu.Dengan napas menggebu, Narendra langsung menghampiri sepupunya yang sedang duduk di sofa sambil menekankan handuk berisi es batu ke beberapa bagian wajahnya yang terlihat membiru."Kamu kenapa?" Narendra langsung menarik meja mendekay ke sofa kemudian mendudukinya, "Siapa yang ngelakuin ini?!""Tadi Abimana pulang, Pak," Rania bergabung bersama mereka sambil dua botol air kemasan."Pulang?" Narendra bingung pulang ke mana yang dimaksud oleh tunangan
"Kamu baru pulang, Dra?"Narendra tersenyum ketika menemukan Agnia di teras kontrakan petak sebelah. Dari pakaiannya Narendra dapat menebak kalau gadis itu baru kembali dari lari pagi. Pria itu yakin kalau kekasihnya sudah selesai berolahraga karena melihat keringat yang membahasi dahi dan lehernya."Lari paginya sudah selesai?""Baru aja," Agnia langsung membalas senyuman yang diulas oleh tetangga sekaligus kekasihnya, "Sekalian beli sarapan untuk Calya. Semalam aku cerita tentang nasi uduk langganan kita dan dia penasaran," tiba-tiba gadis itu memberengut, "Maaf, aku kira kamu belum pulang jadi nggak aku beliin.""It's okay. Dari pada makan aku lebih ingin tidur. Capek.""Saudara kamu gimana? Calya sempat nanyain tapi aku bilang kalau kamu cuma ada urusan aja, sih.""Terima kasih. Aku sengaja tidak memberitahu Calya karena tidak ingin dia khawatir.”“Aku tahu. Kamu itu care banget sama adik kamu, makanya aku pil
“Kak Agnia ngobrol sama siapa?” Calya yang masih mengenakan piyama dan rambut berantakan berdiri di ambang pintu kontrakan petak Agnia.Serempak Agnia dan Narendra langsung berpaling dan menatap ke arah Calya. Saat ini gadis itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang gadis berusia dua puluh tahunan. Lebih mirip seperti anak-anak terlebih karena dia mengenakan piyama bergambar kartun kesukaannya.“Calya,” Narendra bersuara dengan intonasi tegas, “Masuk!”“Eh?” Calya yang sedang asyik mengucek mata langsung membeku sebelum menunduk dan menyadari kesalahannya. Sontak gadis itu langsung berlari masuk ke dalam kontrakan petak Agnia.Melihat tindak tanduk Calya, Agnia langsung mengerjap bingung kemudian menatap kekasihnya, “Kenapa?”“Apanya?” Narendra menjawab pertanyaan kekasihnya dengan pertanyaan lain.“Kenapa Calya langsung lari balik masuk kayak gitu?”