"Abi kenapa?"
Narendra langsung masuk ke penthouse milik Rania tanpa menunggu dipersilahkan oleh pemiliknya. Dia terlalu panik untuk memikirkan urusan tata krama. Abimana lebih dari seorang sepupu apalagi tangan kanan untuknya. Mereka besar bersama. Saling membantu dan menutupi kesalahan agar tidak dimarahi oleh orang dewasa. Dibanding dengan Rajasena dan Bimasakti, dia lebih dekat dengan Abimana.
"Pak... " Rania mengejar Narendra. Bukan untuk melarang. Gadis itu hanya ingin menenangkan pria itu.
Dengan napas menggebu, Narendra langsung menghampiri sepupunya yang sedang duduk di sofa sambil menekankan handuk berisi es batu ke beberapa bagian wajahnya yang terlihat membiru.
"Kamu kenapa?" Narendra langsung menarik meja mendekay ke sofa kemudian mendudukinya, "Siapa yang ngelakuin ini?!"
"Tadi Abimana pulang, Pak," Rania bergabung bersama mereka sambil dua botol air kemasan.
"Pulang?" Narendra bingung pulang ke mana yang dimaksud oleh tunangan
"Kamu baru pulang, Dra?"Narendra tersenyum ketika menemukan Agnia di teras kontrakan petak sebelah. Dari pakaiannya Narendra dapat menebak kalau gadis itu baru kembali dari lari pagi. Pria itu yakin kalau kekasihnya sudah selesai berolahraga karena melihat keringat yang membahasi dahi dan lehernya."Lari paginya sudah selesai?""Baru aja," Agnia langsung membalas senyuman yang diulas oleh tetangga sekaligus kekasihnya, "Sekalian beli sarapan untuk Calya. Semalam aku cerita tentang nasi uduk langganan kita dan dia penasaran," tiba-tiba gadis itu memberengut, "Maaf, aku kira kamu belum pulang jadi nggak aku beliin.""It's okay. Dari pada makan aku lebih ingin tidur. Capek.""Saudara kamu gimana? Calya sempat nanyain tapi aku bilang kalau kamu cuma ada urusan aja, sih.""Terima kasih. Aku sengaja tidak memberitahu Calya karena tidak ingin dia khawatir.”“Aku tahu. Kamu itu care banget sama adik kamu, makanya aku pil
“Kak Agnia ngobrol sama siapa?” Calya yang masih mengenakan piyama dan rambut berantakan berdiri di ambang pintu kontrakan petak Agnia.Serempak Agnia dan Narendra langsung berpaling dan menatap ke arah Calya. Saat ini gadis itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang gadis berusia dua puluh tahunan. Lebih mirip seperti anak-anak terlebih karena dia mengenakan piyama bergambar kartun kesukaannya.“Calya,” Narendra bersuara dengan intonasi tegas, “Masuk!”“Eh?” Calya yang sedang asyik mengucek mata langsung membeku sebelum menunduk dan menyadari kesalahannya. Sontak gadis itu langsung berlari masuk ke dalam kontrakan petak Agnia.Melihat tindak tanduk Calya, Agnia langsung mengerjap bingung kemudian menatap kekasihnya, “Kenapa?”“Apanya?” Narendra menjawab pertanyaan kekasihnya dengan pertanyaan lain.“Kenapa Calya langsung lari balik masuk kayak gitu?”
"Cakep, kan?" Fred, seorang MUA yang dipekerjakan untuk proyek film ini menjauhkan brush sambil menatap pantulan wajah Calya di cermin."Aku suka," Calya memperhatikan wajahnya, "Ini eye makeup-nya bagus banget, lho! Ini pakai brand apa?"Ketika Agnia sudah selesai dirias dan bersiap untuk syuting, para MUA dan hair stylist yang sedang tidak memiliki pekerjaan langsung tertarik dengan keberadaan Calya yang sedari awal kedatangannya sudah membuat mereka penasaran. Para MUA tetarik untuk meriasnya sedang para hair stylist ingin bermain dengan rambut panjang gadis itu.Calya tentu mengizinkan mereka karena dia tidak tahu harus melakukan apa. Gadis itu tahu kalau proses syuting dapat berlangsung lama. Daripada dia mati kebosanan lebih baik dia bersenang-senang dengan para MUA dan hair stylist."Kita pakai ini. Oke banget. Pigmented dan nge-blend-nya gampang banget, lho," dengan semangat Fred menjelaskan dan menunjukkan peralatan perangnya, "Mbak Calya sedang
“Lo nggak kenal siapa dia? Memangnya lo hidup di gua?” Seorang aktor pendukung bersuara dengan nada sombong yang tidak sukai oleh Calya.“Aku sama sekali tidak kenal dengan kalian. Salah kalau aku bertanya?”“Salah kalau gue tanya lo tinggal di mana sampai nggak kenal sama dia? Dia aktor paling top di negara ini!”“Aku tidak kenal,” Calya masih menjawab dengan tenang dan santai.“Bohong banget!” Seorang yang lain berteriak sambil terkekeh merendahkan, “Lo cuma caper aja, kan?”“Permisi,” gadis itu memilih untuk mengacuhkan ketiga pria itu. Mereka para pecundang. Energinya terlalu berharga untuk digunakan menghadapi mereka.Tepat ketika gadis itu melewati Reizi, dengan cepat pria itu menyambar lengan Calya, “Jangan sok jual mahal cuma karena kamu cantik! Kalau aku mau, aku bisa dapatin sepuluh cewek yang lebih cantik dari kamu.”Calya perlah
Narendra tertidur nyenyak.Pikiran dan badannya benar-benar kelelahan. Dia berjanji untuk tidur sebaik mungkin selama tiga jam sebelum kembali memikirkan rencana yang sedang disusunnya. Dan dia menepati janji itu.Dia tidur nyenyak. Senyenyak yang dia bisa karena tiba-tiba dia terbangun karena derit samar pintu yang dibuka. Awalnya dia berpikir kalau Badi yang berkunjung ke kontrakan petaknya. Itu tidak aneh karena bodyguard itu sering berkunjung tanpa menginformasikan terlebih dulu. Toh, mereka hanya berjarak beberapa kontrakan petak. Tetapi setelah dia menghitung sampai sepuluh dan suasana kembali hening, dia tahu ada yang salah.Siapa yang menyelinap masuk ke kontrakan petaknya?Tidak mungkin Calya karena adiknya sedang bersama kekasihnya di lokasi syuting. Bang Ucok juga sedang bekerja. Hanya satu kemungkinan dan dia tidak ingin itu menjadi kenyataan. Para pengintai.Pria itu bergerak secepat kilat walau nyaris tidak ada suara yang ter
“CUT! CUUT!!” Kenny berteriak tidak senang di tengah-tengah adegan.Teriakan itu membuat seluruh aktor dan kru yang sedang bertugas menghentikan kegiatan mereka kemudian saling melempar tatapan bingung kepada satu sama lain.“Kita break dulu. Gembel benar ini!” Kenny menggerutu sambil beringsut dari kursi yang didudukinya.Kru dan akor langsung bubar mendengar kata break. Saat syuting break merupakan sebuah kemewahan. Tidak ada seorang pun yang ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk istirahat walah hanya sebentar.“Apa-apaan itu, Agnia?! Akting kamu kenapa seburuk itu?!” Suara Kenny menggelegar membuat nyali seluruh kru yang masih di lokasi terutama Agnia menciut hingga nyaris tidak bersisa.Agnia hanya tertunduk diam. Dia sadar dengan kesalahannya. Sejak mendengar informasi kalau Kenny kemungkinan memiliki seorang anak yang seusia dengannya, konsentrasinya langsung buyar. Dia berusaha u
“Kayak ada yang beda tapi apa, ya?” Agnia bukannya ke kontrakan petaknya, dia malah memilih untuk ke kontrakan petak Narendra.“Hei, kamu sudah pulang?” Narendra yang sedang mengepel langsung berhenti dan menoleh ke arah pintu, “Cepat. Lancar syutingnya?”“Lancar, kok,” kekasihnya tertawa kecil, “Bang Kenny ngebubarin kita lebih cepat karena scene-nya udah beres semua terus kita harus siap-siap buat pindah syuting ke luar kota minggu depan. Kamu lagi bersih-bersih?”“Iya. Calya alergi debu,” pria itu tersenyum sambil mengacak rambut Agnia, “Kamu pasti capek. Mau aku belikan makan malam apa?”“Aku udah makan tadi sama Calya. Kita ditraktir sama Fred. Salah satu MUA yang seneng banget sama Calya.”“Senang bagaimana?”“Katanya dia kayak punya adik yang selama ini dia harapin,” Agnia kembali tertawa, “Aku tuh kad
“Ngapain kau di teras jam segini?!”Menjelang pukul sepuluh malam Bang Ucok baru kembali ke kontrakan petak. Pria itu terlihat letih walau suasana hatinya masih cukup baik. Hari ini pekerjaannya berjalan lancar walau banyak yang harus dikerjakannya.“Menunggu Abang pulang,” Narendra tersenyum ke arah tetangganya itu.Jawabannya tidak sepenuhnya salah. Dia memang sedang menunggu Bang Ucok sekalian mengawasi sekitar kontrakan petaknya. Sesuai dengan janji, ketiga penyusup itu tidak lagi berada di kawasan ini untuk mengintainya. Narendra sudah mengantongi jawaban yang dibutuhkannya.“Kenapa kamu nungguin aku? Ada hutang aku sama kau?” Pria itu melontarkan candaan yang sayangnya ditanggapi Narendra dengan serius.“Tentu saja Abang tidak memiliki hutang kepadaku,” pria itu menjawab santai walau terdengar serius, “Aku menunggu untuk melanjutkan percakapan kita tadi pagi.”“Yang mana