Lokasi syuting bukan sesuatu yang asing bagi Narendra. Sejak kecil dia sudah sering berkunjung ke lokasi syuting untuk menemani Reinya ketika ibunya masih aktif sebagai seorang artis. Beranjak remaja, alasannya berkunjung ke lokasi syuting berubah. Biasanya karena dia menemani Asija sebelum akhirnya alasan itu berubah menjadi tanggung jawab seorang produser. Tetapi ini pertama kalinya dia datang untuk menemani kekasihnya.
Ketika sampai di rumah yang akan digunakan sebagai lokasi syuting pertama proyek film ini, Agnia dengan ramah menyapa seluruh kru dan pemeran yang berpapasan dengannya. Siapa pun dapat melihat kalau Agnia disukai oleh semua orang yang ada di lokasi syuting. Sementara Agnia menyapa dan briefing, Narendra memilih untuk mengamati sekitar dalam diam.
Tanpa disadari oleh seorang pun, pria itu memperhatikan semua orang yang ada di sana. Mulai dari kru sampai pemeran lainnya. Dia tidak menemukan keanehan. Semuanya serupa dengan lokasi-lokasi syuting
Kenny memasuki salah satu ruangan di rumah yang disewa sebagai lokasi syuting hari ini dengan penuh percaya diri. Dia sangat yakin dengan proyeknya kali ini. Walau genre film yang digarapnya berbeda dengan yang bisa dikerjakannya, para pemeran yang bekerja sama dengannya membuat dia yakin proyek ini akan sukses besar.Dia semakin yakin ketika Agnia menerima tawarannya untuk menggantikan Berlian sebagai pemeran utama. Berlian aktris yang bagus. Aktingnya mengalami perkembangan jika dibandingkan dengan ketika dia pertama kali terjun ke dunia akting. Aktris itu akan menjadi pemeran utama yang baik. Tetapi Agnia akan berperan dengan jauh lebih baik.Sebagai seorang aktris, Agnia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Berlian atau aktris lain. Walau masih minim pengalaman, gadis itu memiliki kharisma yang begitu menarik perhatian. Saat berperan, Agnia seakan tenggelam dalam karakter yang diperankan. Begitu nyata dan tidak berlebihan.Kemampuan itu mengingatkannya
Narendra berdiri menghadap jendela besar yang ada di lantai dua. Rumah yang disewa untuk proyek film ini dirancang dengan sangat baik. Cocok sebagai rumah tinggal bagi keluarga dengan lima atau enam anggota keluarga. Sayangnya rumah ini lebih sering kosong hingga akhirnya disewakan kepada production house.Di belakang pria itu, Kenny diam menunggu. Sutradara itu berharap Narendra segera mengatakan sesuatu. Dia paling tidak suka keheningan yang menyesakkan seperti sekarang. Sejak tadi Kenny sudah ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Aura Narendra terlalu mengintimidasi.“Sabda Narendra Widjaya,” Narendra berujar sambil berbalik menatap tajam ke arah Kenny.“Siapa?” Kenny mendengar nama yang diucapkan oleh Narendra. Dia hanya tidak paham mengapa pria itu mengucapkan nama itu dan mengapa nama itu terasa begitu familiar.“Nama saya,” walau dia tersenyum, Kenny masih merasa udara
“Jadi benar dulu Anda pernah memiliki hubungan istimewa dengan Gayatri?” Tanpa ampun, Narendra terus menghajar pria itu dengan runtutan pertanyaan.“Aku rasa itu bukan urusan kamu,” Kenny berusaha terdengar percaya diri ketika memberikan jawaban.“Tentu,” Narendra memutari meja kerja lebar sebelum duduk di kursi kemudian bersidekap dan menatap Kenny tajam, “Sama sekali bukan urusan saya. Sayangnya, kenyamanan saya terganggu karena orang suruhan Anda,” dia menyeringai, “Selain itu, Agnia kekasih saya. Sekarang masalah Agnia adalah masalah saya.”Kenny memejamkan mata selama beberapa saat. Sel-sel di otaknya sibuk bekerja mencari jalan keluar. Dia sudah salah langkah sebelumnya, jika dia kembali salah langkah maka bukan tidak mungkin dia akan kehilangan segalanya.“Oke,” pria itu menarik napas panjang, “Aku akan ceritakan semuanya.”“Keputusan yang baik. Boleh s
“Pacar aku bosan, ya?”Sudah malam ketika akhirnya Agnia selesai syuting dan menyapa Narendra yang sejak awal syuting berlangsung memilih untuk mengamati dari sudut ruangan dan dalam diam. Meski begitu, tidak ada seorang pun yang tidak menyadari kehadiran pria itu. Walau hanya berdiri diam, aura mengintimidasi dan kepercayaan dirinya mengisi setiap jengkal ruang.Kenny yang biasanya menjadi pusat pergerakan karena semua bergerak sesuai dengan instruksinya, beberapa kali kedapatan melirik ke arah Narendra. Seakan memeriksa dan memastikan kalau pria itu tidak ingin melakukan sesuatu yang aneh.“Tidak. Melihat kamu syuting itu menyenangkan,” Narendra balas tersenyum sambil mencubit gemas pipi kekasihnya.“Masa? Kamu pasti bosan banget, kan?” Agnia tertawa dan tanpa canggung memeluk lengan kekasihnya walau di sekitar mereka ada banyak kru yang sedang lalu lalang.“Aku tidak bosan.”Narendra tidak b
“Kamu kenapa dari tadi diam aja?” Agnia bertanya ketika mereka memasuki halaman kontrakan petak.“Kenapa? Aku tidak kenapa-kenapa,” Narendra menjawab sambil tersenyum untuk menenangkan kekasihnya.“Tadi kamu ngobrol apa sama Reizi?”Ketika Agnia keluar dari ruang ganti dia memang sempat melihat Narendra berbicara dengan Reizi dan dua aktor lainnya. Posisinya cukup jauh sehingga dia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Ketika mendekat, Agnia dapat merasakan kalau tensi di antara mereka cukup tinggi.Gadis itu baru akan bertanya ketika Narendra langsung memperkenalkan diri sebagai kekasihnya sambil memeluk pinggung Agnia erat. Seakan pria itu ingin menunjukkan kepada yang lain kalau Agnia merupakan miliknya dan tidak seorang pun boleh mengganggu miliknya. Walau bingung karena kekasihnya tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, Agnia sama sekali tidak keberatan. Dia suka ketika Narendra memamerkan hubungan
Menjelang pukul sepuluh malam Badi baru berjalan kembali ke kontrakan petak. Seharian ini Narendra berada lokasi syuting untuk menemani Agnia. Ketika majikannya berkata kalau dia tidak perlu ditemani, Badi memutuskan untuk berkunjung ke kantor. Selain ada yang ingin didiskusikan bersama atasannya, dia juga merindukan suasana kantor dan berlatih bersama teman-temannya yang lain.Selain berlatih bersama para bodyguard lain, hari ini dia juga diminta untuk memberikan pelatihan singkat kepada para calon bodyguard. Perusahaan keamanan milik Widjaja Group secara berkala memang membuka lowongan untuk merekrut bodyguard baru. Tetapi jangan berpikir kalau yang diutamakan adalah kemampuan bela diri atau menggunakan senjata tajam dan senjata api. Hal itu penting tetapi ada yang lebih diutamakan yaitu kemampuan analisis.Para calon bodyguard yang lolos tes ini sebagian besar lulusan universitas dengan nilai di atas rata-rata. Sementara sebagian
“Nia, ingat, jangan terlalu dekat atau ramah kepada Reizi!”Sambil tertawa kecil Agnia mengangguk, “Iya, Babe. Kamu udah bilang itu berulang kali dari tadi malam, lho!”“Kamu harus hati-hati!”“Iyaaa…” Agnia kembali tertawa sebelum kembali menikmati sarapannya.Pagi ini mereka memutuskan untuk jogging kemudian sarapan nasi uduk bersama. Tidak hanya berdua, Badu juga ikut bersama mereka. Tetapi Badi hanya ikut sarapan. Pria itu terlalu malas untuk bangun pagi. Dia beralasan kalau kemarin dia sudah berolahraga jadi hari ini adalah hari istirahatnya. Pria itu menunggu Narendra dan Agnia di warung nasi uduk.“Tapi kalau ngobrol doang boleh, kan?”Narendra mengangguk, “Tentu. Aku tidak memintamu untuk memutuskan hubungan dengan aktor itu. Aku hanya tidak ingin kamu terlalu akrab.”“Cuma itu?” Agnia menahan diri untuk tidak tersenyum. Dia suk
Siang hari, setelah Agnia berangkat ke lokasi syuting dan Badi berpamitan entah ke mana, Narendra menghabiskan waktu dengan membaca buku yang ditulis oleh penulis kesukaannya. Dia memilih untuk duduk di teras. Sesekali dia akan bercanda dengan anak-anak tetangga yang asyik bermain di halaman kontrakan petaknya.Tiga bulan yang lalu Narendra tentu tidak pernah membayangkan hidup seperti ini. Berada di sebuah kontrakan petak yang luasnya tidak lebih besar dari kamar kucing peliharaan ibunya. Lingkungan yang tidak pernah tenang karena begitu dekat dengan jalan yang hampir selalu ramai dengan kendaraan berlalu lalang. Belum lagi suara dari para penghuni yang terdengar bahkan ketika pintu kontrakan petaknya tertutup rapat. Membayangkannya saja dia tidak mampu. Tetapi sekarang suara-suara itu secara ajaib terdengar menenangkan.Suara-suara itu adalah kehidupan.“Kak,” seorang anak kecil dengan singlet putih yang kedodoran berlari mendekat sambil membawa bo
"Nia, kamu sudah selesai berganti pakaian?"Suara Narendra membuat Agnia yang sedang berada di kamar mandi segera melepas kimono sutra yang dikenakan ketika dia membersihkan riasan wajah dengan bantuan seorang asisten MUA yang diminta oleh Reinya untuk tinggal sampai setelah acara selesai. Gadis itu mengambil piyama yang diberikan oleh Calya khusus untuk Agnia dan Narendra. Piyama berbahan sutra itu merupakan salah satu brand mewah dan salah satu yang tertua di Inggris. Kualitasnya sudah tidak perlu dipertanyakan karena sekelas Ratu Elizabeth II saja mempercayakan pakaian tidurnya kepada mereka.Agnia tidak pernah menduga kalau hal tersulit yang harus dilakukannya setelah memutuskan menikah dengan Narendra adalah beradaptasi dengan begitu banyak priviledge yang tiba-tiba dimilikinya. Semua serba dapat dimiliki. Tidak hanya sekadar memiliki tetapi selalu yang terbaik. Apapun itu."Nia?" Terdengar ketukan pelan di pintu kamar mandi."Sebentar," tergesa gadis itu menggelung rambut kemudi
"Macam inilah! Sah udah kalian sekarang," Bang Ucok langsung menyapa ketika seluru prosesi akad nikah selesai. Penampilan pria berbadan besar itu terlihat berbeda hari ini. Seperti seluruh undangan pria, Bang Ucok juga mengenakan three piece suit. Amelia turut hadir juga terlihat menawan dengan whimsical garden-inspired maxi dress. Penampilan disempurnakan dengan rambut tergelung model french twist yang memamerkan leher jenjangnya."Akhirnya, Bang," Agnia tertawa kecil, "Sekarang Bang Ucok udah nggak perlu khawatir lagi sama aku, kan? Aku udah nggak sendiri lagi.""He! Macam manaa... tak mungkin aku tak khawatir sama kau. Adik akunya kau ini," Bang Ucok berpura-pura bersungut kesal, "Jangan sementang kau sudah nikah terus kau anggap tak peduli lagi aku sama kau, ya!"Narendra terkekeh memperhatikan interaksi antara Agnia dan Bang Ucok. Walau mereka sudah tidak lagi di kontrakan petak tetapi tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu."Maaf, Bang," Narendra menyela percak
"Kamu yakin?""Ayah," Agnia hanya berpaling karena hiasan kepalanya cukup berat, "Ayah sudah berulang kali nanyain itu, lho. Mau Ayah tanya sampai seratus bahkan ribuan kali, jawaban Agnia tetap sama. Agnia yakin.""Tapi gimana kalau sampai tersebar? Memang pernikahan kamu private tapi tetap aja, di depan venue itu wartawan udah ngumpul kayak mau demo.""Memangnya kenapa kalau sampai nyebar?" Agnia menatap Kenny melalui cermin, "Ayah malu kalau sampai publik tahu aku ini anak ayah?""Bukan gitu," Kenny membalas tatapan Agnia, "Ayah bertanya karena Ayah nggak mau kamu menyesali kepuutusanmu.""Aku nggak akan nyesal, Yah," Agnia menjawab dengan yakin, "Percaya sama aku. Ini bukan keputusan impulsif. Aku udah mikirin ini dari lama. Dan itu keinginan aku. Pertanyaannya sekarang, apa Ayah mau ngelakuinnya atau nggak?""Tentu saja Ayah mau, Nia," Kenny menghampiri anak semata wayangnya dan meletakkan kedua tangan di bahu Agnia yang terbuka karena kebaya pernikahannya memiliki leher yang cuk
Narendra menatap pantulan diri pada cermin sambil menghembuskan napas dengan pelan. Dirinya terlihat sempurna dengann three pieces suit warna kelabu yang dipilihkan Agnia untuk hari istimewa ini. Kekasih yang akan segera menjadi istrinya itu mengatakan kalau kelabu merupakan warna yang hangat, dan itu sesuai dengan apa yang dirasakannya setiap kali berada di dekat Narendra. Sebagai seorang pria, Narendra menyerahkan sepenuhnya kepada Agnia.Ketika gadis itu meminta agar pernikahan mereka dilakukan secara private dan hanya mengundang keluarga dekat serta sahabat, Narendra juga dengan segera menyetujuinya. Beruntung keluarga besar mereka mau berkompromi. Walau pernikahan akan dirayakan secara sederhana tetapi resepsi akan diselenggarakan besar-besaran dan mengundang seluruh kenalan mereka. Agnia yang menyadari posisi mereka, Narendra merupakan pewaris keluarga Widjaja dan dirinya yang merupakan selebritas, setuju dengan itu."Narendra," Asija bersama dengan Reinya memasuki ruangan yang
"Lo gila," Abimana masuk ke ruang kerja Narendra sambil menggulirkan jari di tablet."Ada apa?" Narendra masih sibuk memperhatikan layar ponselnya. Dia sedang memeriksa portofolio saham miliknya sambil beristirahat dari memeriksa berbagai dokumen pekerjaan.Ketika Narendra kembali dari Seoul kemarin, dia disambut dengan tumpukan dokumen di meja kerja. Hanya dua hari tetapi tumpukan dokumen itu seakan Narendra sudah tidak mengantor selama berbulan-bulan. Seandainya bisa, dia ingin mengabaikan dokumen-dokumen itu. Tetapi tentu saja dia tidak dapat melakukannya karena ada tanggung jawab yang dipikul di bahunya.Asija menanggapi keputusan Narendra yang akhirnya setuju untuk menjadi pewaris Widjaja Group dengan serius. Walau pria itu mengatakan akan menggantikan Asija beberapa tahun lagi, pria paruh baya itu dengan cerdik mulai mengalihkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada Narendra. Tentu saja Narendra tahu apa yang dilakukan oleh ayahnya tetapi dia tidak merasa keberatan dengan itu.
"Woaa!" Lee Jieun, aktris yang menjadi salah seorang lawan main Agnia di serial yang bekerja sama dengan Netflix itu memasuk lobi sambil berseru tidak percaya, "Mereka penasaran sekali sama kalian, ya!"Setelah Agnia, aktris berikutnya yang tidak di red carpet adalah Lee Jieun. Sayangnya, beberapa pewarta masih penasaran mengapa Agnia ditemani oleh Narendra sehingga mereka masih melontarkan pertanyaan itu berulang kali. Berkat pengalaman panjang menjadi aktris dan penyanyi, dengan cepat Lee Jieun dapat mengendalikan suasana dan menarik perhatian para pewarta. Setelah meladeni permintaan untuk berfoto dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan serta berbincang dengan MC, gadis itu memasuki lobi gedung tempat acara digelar dan segera menyapa Agnia yang kebetulan masih belum memasuki ruangan tempat acara akan berlangsung."Eonnie," Agnia tertawa penuh rasa bersalah. Seharusnya spotlight hari ini milik Lee Jieun yang merupakan aktris utama di serial yang mereka bintangi. Tetapi karena kehad
"Surprise!" Narendra tertawa kecil sambil menjawil hidung kekasihnya, "May I be you plus one?""Ren... dra?" Agnia masih tidak percaya kalau pria yang sudah menunggu di mobil adalah kekasihnya, "Kamu ngapain di sini?""Jadi plus one kamu. Boleh?" Narendra masih menatap kekasihnya sambil tersenyum, "Shit! I really want to kiss you but it will ruins your lipstick."Sisa kebingungan Agnia menghilang dan berganti dengan tawa, "Kamu udah nggak ketemu aku lama terus itu kalimat pertama kamu?"Narendra masih tersenyum tanpa rasa bersalah sama sekali, "Seaneh itu? Bagian mana yang aneh dari seorang pria yang ingin mencium kekasihnya?""Bukan aneh," Agnia masih tertawa, "Tapi aku nggak nyangka kalau itu yang bakalan kamu ucapin setelah kita nggak ketemu selama beberapa minggu.""Beberapa minggu?" Senyuman masih tersisa walau sekarang pria itu mengernyit bingung, "Bukannya beberapa hari lalu kita baru bertemu, ya?""Beberapa hari?" Agnia berpiki selama beberapa saat, "Aaah! Aku ingat! Astagaa,
Suara ketukan disusul dengan seseorang gadis membuka pintu kamar hotel yang digunakan Agnia sejak beberapa malam lalu. Gadis berheadset dan memeluk clipboard berdiri di ambang pintu."Selamat siang Nona Agnia," senyumnya merekah sempurna, "Kita sesuai dengan jadwal. Lima menit lagi Anda sudah harus turun. Mobil yang akan mengantarkan Anda ke lokasi sudah siap."Agnia yang berdiri di tengah ruangan dan dikelilingi oleh begitu banyak orang dengan kesibukan masing-masing hanya dapat menoleh sambil tersenyum kemudian menganggukkan kepala. Dia tidak dapat melakukan lebih dari itu. Penata busana sedang memastikan seluruh lekuk tubuh artisnya menonjol dengan tepat tanpa ada kerutan atau lipatan yang merusaknya. Asisten penata busana sudah menyodorkan entah pasangan sepatu ke berapa untuk dicobanya. Hairdresser sejak tadi memastikan kalau rambut Agnia sempurna sesuai dengan keinginannya sementara make up artist yang dipercaya oleh artis muda itu sedang melakukan retouch pada beberapa bagian w
"Paman Leo," Narendra tersenyum ketika melihat pria paruh baya yang sudah berpuluh tahun bekerja di tailor yang sudah menjadi langganan keluarga besar Widjaja. "Saya tidak pernah menyangka kalau saya masih diberi kesempatan untuk mengukur dan menyiapkan suits untuk pernikahan Anda," Leo menyapa dengan ramah. "Paman pasti masih menganggapku anak kecil," Narendra terkekeh. "Kebiasaan orang tua," dengan hati-hati Leo mengarahkan Narendra yang ditemani Abimana dan Badi untuk berjalan ke bagian belakang yang lebih tertutup, "Rasanya baru kemarin Anda ke sini untuk pengukuran suits pertama. Bahan wol, warna kelabu. Three pieces dengan celana pendek." "Untuk ulang tahun pernikahan Papa dan Mama," Narendra menyambung, "Saya juga masih mengingatnya dengan baik, Paman." Selama beberapa saat Leo berdiri sambil menatap Narendra. Tatapannya penuh dengan kenangan bercampur kebanggaan. Dia sempat larut sebelum menyadari kalau ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan cepat dia mengeluarkan