“Jadi benar dulu Anda pernah memiliki hubungan istimewa dengan Gayatri?” Tanpa ampun, Narendra terus menghajar pria itu dengan runtutan pertanyaan.
“Aku rasa itu bukan urusan kamu,” Kenny berusaha terdengar percaya diri ketika memberikan jawaban.
“Tentu,” Narendra memutari meja kerja lebar sebelum duduk di kursi kemudian bersidekap dan menatap Kenny tajam, “Sama sekali bukan urusan saya. Sayangnya, kenyamanan saya terganggu karena orang suruhan Anda,” dia menyeringai, “Selain itu, Agnia kekasih saya. Sekarang masalah Agnia adalah masalah saya.”
Kenny memejamkan mata selama beberapa saat. Sel-sel di otaknya sibuk bekerja mencari jalan keluar. Dia sudah salah langkah sebelumnya, jika dia kembali salah langkah maka bukan tidak mungkin dia akan kehilangan segalanya.
“Oke,” pria itu menarik napas panjang, “Aku akan ceritakan semuanya.”
“Keputusan yang baik. Boleh s
“Pacar aku bosan, ya?”Sudah malam ketika akhirnya Agnia selesai syuting dan menyapa Narendra yang sejak awal syuting berlangsung memilih untuk mengamati dari sudut ruangan dan dalam diam. Meski begitu, tidak ada seorang pun yang tidak menyadari kehadiran pria itu. Walau hanya berdiri diam, aura mengintimidasi dan kepercayaan dirinya mengisi setiap jengkal ruang.Kenny yang biasanya menjadi pusat pergerakan karena semua bergerak sesuai dengan instruksinya, beberapa kali kedapatan melirik ke arah Narendra. Seakan memeriksa dan memastikan kalau pria itu tidak ingin melakukan sesuatu yang aneh.“Tidak. Melihat kamu syuting itu menyenangkan,” Narendra balas tersenyum sambil mencubit gemas pipi kekasihnya.“Masa? Kamu pasti bosan banget, kan?” Agnia tertawa dan tanpa canggung memeluk lengan kekasihnya walau di sekitar mereka ada banyak kru yang sedang lalu lalang.“Aku tidak bosan.”Narendra tidak b
“Kamu kenapa dari tadi diam aja?” Agnia bertanya ketika mereka memasuki halaman kontrakan petak.“Kenapa? Aku tidak kenapa-kenapa,” Narendra menjawab sambil tersenyum untuk menenangkan kekasihnya.“Tadi kamu ngobrol apa sama Reizi?”Ketika Agnia keluar dari ruang ganti dia memang sempat melihat Narendra berbicara dengan Reizi dan dua aktor lainnya. Posisinya cukup jauh sehingga dia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Ketika mendekat, Agnia dapat merasakan kalau tensi di antara mereka cukup tinggi.Gadis itu baru akan bertanya ketika Narendra langsung memperkenalkan diri sebagai kekasihnya sambil memeluk pinggung Agnia erat. Seakan pria itu ingin menunjukkan kepada yang lain kalau Agnia merupakan miliknya dan tidak seorang pun boleh mengganggu miliknya. Walau bingung karena kekasihnya tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, Agnia sama sekali tidak keberatan. Dia suka ketika Narendra memamerkan hubungan
Menjelang pukul sepuluh malam Badi baru berjalan kembali ke kontrakan petak. Seharian ini Narendra berada lokasi syuting untuk menemani Agnia. Ketika majikannya berkata kalau dia tidak perlu ditemani, Badi memutuskan untuk berkunjung ke kantor. Selain ada yang ingin didiskusikan bersama atasannya, dia juga merindukan suasana kantor dan berlatih bersama teman-temannya yang lain.Selain berlatih bersama para bodyguard lain, hari ini dia juga diminta untuk memberikan pelatihan singkat kepada para calon bodyguard. Perusahaan keamanan milik Widjaja Group secara berkala memang membuka lowongan untuk merekrut bodyguard baru. Tetapi jangan berpikir kalau yang diutamakan adalah kemampuan bela diri atau menggunakan senjata tajam dan senjata api. Hal itu penting tetapi ada yang lebih diutamakan yaitu kemampuan analisis.Para calon bodyguard yang lolos tes ini sebagian besar lulusan universitas dengan nilai di atas rata-rata. Sementara sebagian
“Nia, ingat, jangan terlalu dekat atau ramah kepada Reizi!”Sambil tertawa kecil Agnia mengangguk, “Iya, Babe. Kamu udah bilang itu berulang kali dari tadi malam, lho!”“Kamu harus hati-hati!”“Iyaaa…” Agnia kembali tertawa sebelum kembali menikmati sarapannya.Pagi ini mereka memutuskan untuk jogging kemudian sarapan nasi uduk bersama. Tidak hanya berdua, Badu juga ikut bersama mereka. Tetapi Badi hanya ikut sarapan. Pria itu terlalu malas untuk bangun pagi. Dia beralasan kalau kemarin dia sudah berolahraga jadi hari ini adalah hari istirahatnya. Pria itu menunggu Narendra dan Agnia di warung nasi uduk.“Tapi kalau ngobrol doang boleh, kan?”Narendra mengangguk, “Tentu. Aku tidak memintamu untuk memutuskan hubungan dengan aktor itu. Aku hanya tidak ingin kamu terlalu akrab.”“Cuma itu?” Agnia menahan diri untuk tidak tersenyum. Dia suk
Siang hari, setelah Agnia berangkat ke lokasi syuting dan Badi berpamitan entah ke mana, Narendra menghabiskan waktu dengan membaca buku yang ditulis oleh penulis kesukaannya. Dia memilih untuk duduk di teras. Sesekali dia akan bercanda dengan anak-anak tetangga yang asyik bermain di halaman kontrakan petaknya.Tiga bulan yang lalu Narendra tentu tidak pernah membayangkan hidup seperti ini. Berada di sebuah kontrakan petak yang luasnya tidak lebih besar dari kamar kucing peliharaan ibunya. Lingkungan yang tidak pernah tenang karena begitu dekat dengan jalan yang hampir selalu ramai dengan kendaraan berlalu lalang. Belum lagi suara dari para penghuni yang terdengar bahkan ketika pintu kontrakan petaknya tertutup rapat. Membayangkannya saja dia tidak mampu. Tetapi sekarang suara-suara itu secara ajaib terdengar menenangkan.Suara-suara itu adalah kehidupan.“Kak,” seorang anak kecil dengan singlet putih yang kedodoran berlari mendekat sambil membawa bo
Narendra nyaris mati kebosanan. Jadwal syuting Agnia semakin padat. Kemarin gadis itu pulang dini hari dan pagi sudah kembali ke lokasi. Mereka hanya sempat menghabiskan waktu sebentar ketika sarapan. Sedangkan Badi beberapa hari ini selalu ke pusat pelatihan perusahaan keamanan Widjaja Group untuk memberikan pelatihan kepada calon bodyguard. Di kontrakan petak mereka hanya bersisa dirinya.Sejak pagi dia sudah bekerja, membaca buku, bahkan dia berselancar di dunia maya sesuatu yang biasa sangat jarang dilakukannya. Begitu kebosanan hingga Narendra mulai berpikir untuk memulai siaran langsung atau membuat video dan menjadi selebritas di media sosial. Untungnya itu hanya sebatas pikirannya saja.“Maaak…sepi kali kulihat ini kontrakan!”Suara khas yang sangat dikenal oleh Narendra tiba-tiba memecah keheningan kontrakan petak. Dengan segera pria itu berlari keluar kontrakan petak untuk memastikan kalau dia tidak salah dengar.&ldq
Ketika Badi kembali dari tempat pelatihan, bukannya kembali ke kontrakan petaknya, pria itu malah menuju kontrakan petak Narendra. Itu seakan sudah menjadi kebiasaan. Tidak hanya bagi Badi tetapi juga Bang Ucok dan Agnia. Kontrakan petak Narendra seakan menjadi tempat singgah mereka.“Seharian ini ngapain aja, Bos?” Badi masuk setelah melepaskan sepatu dan jaket yang dikenakannya.“Kerja dan mengobrol dengan Bang Ucok.”“Bang Ucok udah pulang?” Mata bodyguard itu membulat sempurna kemudian pria itu langsung keluar dari kontrakan petak majikannya. Di teras dia melongokkan kepala ke teras kontrakan petak Bang Ucok.“Bang, udah pulang?! Gabung ke sini! Aku mau dengar cerita Abang sama Ameli!”Tidak terdengar ada jawaban dan itu membuat Badi kembali berteriak, “Bang! Nggak usah pura-pura tidur! Aku tahu Abang masih bangun! Lampunya masih nyala. Bang Ucok!”“Berisik!&rdquo
“Bang, aku mau yang itu,” Badi menunjuk kotak di samping Bang Ucok.“Sudah kubilang, ini punya Agnia. Titipan Amelia. SPESIAL!” Bang Ucok menggeser kotak itu hingga ke punggungnya, “Itu punya kau. Kalau kau tak suka, sebelum buka kau tukar dengan si Rendra.”“Bos, tukar.”“Kenapa? Kamu tidak suka dengan kotak yang itu? Bukannya tadi kamu yang memilihnya sendiri?”Bang Ucok bergabung bersama Narendra dan Badi tidak dengan tangan kosong. Pria itu membawa tiga kotak yang berukuran cukup besar. Ketika tetangganya bertanya, Bang Ucok mengatakan kalau ketiga box tersebut merupakan oleh-oleh darinya. Kecuali punya Agnia yang merupakan titipan dari Amelia.“Macam anak kecil kau ini. Kubilang, tak ada bedanya itu. Cuma beda sedikit tidak yang bagaimana,” Bang Ucok bersuara karena dia kesal melihat Badi yang terus merengek.“Oke,” Narendra mengulurkan kotak miliknya, &