แชร์

Percaya

ผู้เขียน: Syakhsun_muhimm
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-28 17:09:01

Sesampainya di rumah setelah pergi dari tempat kejadian, Niara gegas ke kamar dan mengurung diri. Ia tersandar di belakang pintu dengan hati yang tak menentu.

“Nggak mungkin, itu bukan Mas Devan. Aku bisa merasakan dan yakin kalau mayat itu bukan Mas Devan,” gumam Niara yakin.

Meskipun keyakinan hatinya begitu besar, namun Niara tetap tidak bisa membendung air matanya. Mengingat jikalau mobil serta ponsel dan dompet di tempat kejadian adalah milik Devan, suaminya.

“Jika bukan Mas Devan, lalu siapa? Mas Devan ke mana?” Niara masih berusaha menenangkan hati kecilnya. “Nggak, aku yakin. Mayat itu bukan Mas Devan. Mungkin saja, mobilnya tadi dipinjam sama rekan kerjanya dan Mas Devan memang tidak ada di dalam mobil itu waktu kejadian.”

[Tok... Tok... Tok] Ketukan pintu terdengar sangat keras, membuat Niara gegas keluar dari zona pikirnya. “Mas Devan?” ucap Niara dengan penuh harap dan ia pun gegas membuka pintu. Namun, harapan tidak seindah kenyataan.

“Pake acara pura-pura nangis segala, bilang aja kamu seneng kan Kak Devan mat*?”

“Astagfirullah, Ratna.”

“Alah, jangan pura-pura! Aku sudah hafal dengan perempuan-perempuan kayak kamu. Kamu pasti sangat menunggu momen ini, kan? Semua harta warisan Kak Devan atas nama kamu dan Kak Devan mat* hari ini.” Ratna tersenyum licik. “Oh, atau jangan-jangan kecelakaan yang Kak Devan alami adalah hasil rencanamu,” tuduh Ratna.

“Ratna, cukup!” Niara mengeraskan suaranya untuk pertama kalinya.

Tiba-tiba Erwin datang dengan wajah penuh amarah dan langsung menampar Niara dengan sangat keras sehingga membuat Niara terjatuh ke lantai. “Dasar perempuan mandul nggak tau diri!” hardik Erwin sembari menunjuk Niara dengan jari telunjuknya. “Kamu, berani-beraninya mengeraskan suaramu pada adikku!”

“Kak, dia sekarang sudah berani bersikap belagu, pasti dia ngerasa iri sama aku yang bisa hamil. Sedangkan dia mandul. Aku takut kak, gimana nanti kalau dia mau nyelakain aku dengan bayiku? Sebaiknya, kita usir saja dia dari sini!” usul Ratna.

Niara tidak bangkit, ia tetap duduk di lantai sembari memegangi pipi bekas tamparan Erwin.

“Kamu benar, Ratna.” Erwin pun menarik tangan Niara dengan keras. “Bangun!”

“Lepaskan aku!” Niara berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Erwin yang sangat keras.

Seorang perempuan berambut sebahu datang dengan menarik sebuah koper berwarna hitam. “Mas Erwin, ngapain kamu pegang perempuan lusuh itu?” ujarnya. Namanya adalah Lia, istri Erwin yang baru saja datang dari luar negeri.

Erwin gegas melepas genggaman tangannya pada Niara. “Sayang, kamu sudah pulang. Kenapa nggak bilang sama Mas? Kan Mas bisa jemput kamu di bandara.” Nada bicara Erwin berubah drastis.

“Aku buru-buru tau, Mas. Setelah dengar berita tentang Devan, aku segera berangkat. Hp kamu juga nggak bisa dihubungin. Taunya kamu lagi asyik sama perempuan lusuh ini” Lia nampak menghentakkan kakinya.

Erwin sedikit membujuk. “Maaf, sayang. Mas tadi lagi repot ngurus masalah Devan.” Erwin mengelus pelan bahu istrinya yang sedang marah. “Perempuan lusuh ini, siapa yang sudi bersama perempuan yang bau bawang seperti dia. Justru aku mau ngasih dia pelajaran karena sudah berani meneriaki Ratna,” jelas Erwin.

“Apa, dia berani meneriakki adik iparku yang sedang hamil?”

“Benar, Mbak. Aku aja sampai syok, bisa-bisa stress aku, Mbak.” Ratna memperkeruh suasana.

Lia pun mendekati Niara dan langsung menarik keras rambut Niara. “Perempuan lusuh nggak tau diri. Dengerin aku! Kalau kamu sekali lagi berani mencelakai adik iparku, aku tidak akan segan-segan mengurungmu dan menyiksamu sampai mati!” ancam Lia. Niara berusaha menahan tarikan Lia yang mengakibatkan leher Niara tercekik dan kehabisan nafas.

“Kamu ngerti?” ucap Lia melotot.

“I-iya, Mbak,” jawab Niara susah payah. “Tolong lepaskan, aku!”

Lia pun melepaskan tarikan rambut Niara. “Bawakan koperku ke kamar, setelah itu buatkan jus untuk Ratna. Cepat!” titah Lia.

“Ba-baik, Mbak.” Niara gegas mengerjakan perintah.

“Mbak, sebaiknya kita usir saja perempuan lusuh itu dari rumah ini,” usul Ratna.

Lia menuntun Ratna untuk duduk di sofa yang diikuti oleh Erwin. “Benar, Sayang yang dikatakan Ratna. Perempuan itu cuman kelihatan lugu saja. Kita nggak tahu apa yang akan dia lakukan pada kita ke depannya,” Erwin menimpali.

“Dengar, kita bisa manfaatkan Niara selama dia berada di rumah ini. Kita nggak perlu buang-buang duit buat bayar pembantu dan juga kita nggak perlu capek-capek kerja nyari uang karena aku dengar jikalau Niara akan menggantikan posisi Devan sebagai direktur. Kalian pasti mau kan, hidup nyaman cuman hengkang kaki di rumah terus jalan-jalan, belanja ke mall sesuka hati tanpa harus kerja, kita nikamti harta warisan Devan yang sudah dia berikan atas nama Niara perempuan lugu itu.”

Erwin dan Ratna saling menatap, kemudian keduanya mengangguk bersamaan. “Kamu memang cerdas, Sayang. Aku emang nggak salah nyari istri,” puji Erwin bangga. “Ya sudah, aku akan segera urus surat kematian Devan dan balik namakan semua harta dia ke Niara.”

Di lain ruangan, Niara mengerjakan semua pekerjaannya sambil menahan bulir bening yang sedari tadi tak hentinya berjatuhan ke pipi. Wanita mana yang tidak bersedih di saat sang suami tercinta dikabarkan sudah tidak bernyawa, jangankan mengerjakan pekerjaan rumah, makan saja rasanya tidak ada selera. Namun, dikarenakan kejamnya para ipar, ia terpaksa untuk memaksakan diri yang sedang sangat lemah itu.

Setelah semua diurus, seorang notaris datang lagi ke rumah Devan. “Baik, sebagaimana wasiat dari almarhum, semua warisan dibalik namakan atas nama Niara Amelia Puteri yang berupa tabungan sebesar lima puluh milyar, lima buah vila dan rumah ini beserta isinya.”

Mata Ratna, Lia dan Erwin membulat.

“Ada lagi wasiat almarhum, Ibu Niara akan menggantikan posisi Pak Devan sebagai direktur selama yang Ibu Niara bisa. Bagaimana, Bu?”

Ratna menyenggol kaki Niara karena Niara sedari tadi melamun, ia masih dalam kabut duka atas kehilangan suaminya. “Iya, Pak. Saya akan terima dan jalani semua wasiat dari suami saya,” jawab Niara yang sebenarnya menolak dalam hatinya.

Notaris itu pu menyerahkan selembar kertas penting bermeterai untuk Niara tanda tangani, Niara menurut saja dan melabuhkan tanda tangannya di atas materai karena sudah diancam oleh para iparnya yang jahat.

“Baik, Bu. Terima kasih, uang tabungan milik Pak Devan bisa cair setelah waktu enam bulan dari sekarang.”

“Apa, enam bulan? Lama sekali,” sambar Erwin.

“Iya, Pak. Itu juga sesuai dengan wasit Pak Devan. Saya hanya bisa menjalankan tugas saya sebagai notaris.”

“Tapi,”

Lia gegas menenangkan suaminya yang tidak sabaran itu.

“Kalau begitu saya pamit. Terima kasih atas waktu Bapak, Ibu.”

Setelah notaris beranjak, kembali Niara mendapatkan amukan dari para iparnya.

“Dengar ya, Niara. Kamu sama sekali tidak ada hak atas harta Devan sepeserpun. Dia itu adikku, saudara kandung kami sedangkan kamu hanya hama yang masuk ke keluarga kami. Jadi, tabungan Devan, rumah ini dan villa adalah milik kami. Jangan harap kamu akan menikmatinya sedikit pun.”

Niara hanya mengangguk sembari menahan sakit.

“Sudah, Mas. Jangan sampai lukai wajahnya karena besok dia harus pergi kerja.” Lia berusaha melepaskan Niara dari kemarahan Erwin. “Kamu, Niara. Jangan berani mengadu pada siapa pun. Kalau kamu berani, kamu akan rasakan akibatnya!” ancam Lia.

Niara meringis dan mengangguk.

Selain diperintah layaknya pembantu, Niara juga ditempatkan di ruangan pembantu dan ia juga tidak bisa melakukan apapun yang ia senangi selain dari mengerjakan semua pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Kamar yang nyaman, makanan yang layak digerus habis oleh iparnya yang kejam.

“Ya Allah, kuatkan Hamba dan bantu Hamba mencari tahu kebenaran tentang suami Hamba. Hamba masih sangat yakin jika suami Hamba masih hidup,” lirih Niara di setiap doa nya sesuai shalat lima waktu.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Sahabat Sejati

    Pagi hari sekali, Niara telah berdandan cantik dengan pakaian yang sudah lama tersimpan di dalam almari, ia kembali akan menjalani hari dengan bekerja di kantor seperti dulu sebelum ia memutuskan menikah dengan Devan. Penampilannya terlihat sangat elegan dan anggun, membuat setiap pasang mata yang menatapnya tidak akan percaya jikalau ia adalah Niara. Erwin tak berkedip saat melihat Niara yang hendak berangkat bekerja, ia terpana dengan kemolekan dan keanggunan sang adik ipar yang selalu ia caci dan siksa. “Sudah mau berangkat, Niara?” tanya Erwin dengan nada yang berbeda dari biasanya. Niara sedikit memberi jarak. “Iya, Kak.” “Naik apa? Apa mau aku anterin?” Suara Erwin semakin memelan. Niara menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Kak. Niara ada yang jemput,” jawab Niara yang merasa tidak nyaman terhadap perubahan sikap kakak iparnya. “Dasar, mentang-mentang udah kerja. Kamu berani menolak ajakanku.” Suara Erwin kembali menggelegar seperti biasanya, tangannya siap melaya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Jadwal

    Ratna sedang mondar-mandir di ruang tengah. Dia merasa tidak tenang setelah kepergian Niara ke kantor karena rasa takut yang menghantuiya. “Ratna, kamu itu kenapa sih dari tadi mondar-mandir?” tanya Lia santai duduk di depan tivi. “Aku khawatir, Mbak. Gimana kalau si Lusuh itu menceritakan apa yang terjadi di rumah ke orang-orang? Bisa mamp*s kita,” jawab Ratna yang tidak berhenti mondar-mandir. Lia nampak santai menanggapi. “Kamu jangan khawatir, Ratna. Si Lusuh itu nggak bakalan berani cerita ke siapa pun, aku yakin seratus persen mengenai hal itu.” Lia tersenyum licik. Ratna pun gegas duduk di samping Lia dan ia mendekatkan telinganya karena penasaran mengapa Lia se-percaya diri itu. “Kenapa Mbak Lia seyakin itu?” tanya Ratna melotot. Lia memiringkan bibirnya meremehkan. “Karena aku punya kuncinya,” jawabnya. “Kunci?” Ratna semakin penasaran dibuat Lia. “Benar, kunci yang bisa membungkam Niara untuk selamanya.” “Apa itu, Mbak?” Ratna antusias. Lia menempelka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Kamu, Mas?

    Saat jam telah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, Niara sudah siap untuk berangkat bekerja. Di depan juga sudah sedia sebuah mobil yang dikendarai oleh Ruben. “Hari ini ada meeting dengan klien untuk negosiasi kontrak jam sepuluh,” ujar Ruben mengingatkan. “Lagi?” Niara fokus pada laptopnya. “Jam satu siang setelah makan siang dengan klien, diskusi dengan CFO. Pada jam tiga, seminar industri,” jawab Ruben. “Baik, terima kasih, Ruben.” Ruben mengangguk sembari melihat Niara dari kaca spion tengah. “Oh iya, Bu Ara. Saya sudah kirimkan yang Ibu minta ke email Ibu.” Niara tersenyum lembut. “Iya, saya sudah buka email dari kamu. Terima kasih banyak.” Ruben memutar radio musik di mobil, membuat Niara yang tadinya fokus ke laptop itu pun terhenti. Ia mendengarkan lagu yang di play oleh Ruben. “Pak Devan selalu memutar lagu ini, Bu. Sepertinya lagunya punya makna yang mendalam bagi Pak Devan dan Ibu.” “Kamu benar, Ruben. Lagu ini dulunya adalah lagu kesukaan sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-09
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Dia Masalalu

    Bab 6 Enam bulan telah berlalu, Niara masih berusaha mencari Devan bersama Rahel. Namun, tidak ada kabar yang mereka temukan. Meskipun demikian, tidak menyurutkan semangat Niara untuk terus mencari keberadaan Devan. Ratna juga sudah melahirkan bayinya, semua keperluan bayi diurus oleh Niara setiap hari, bahkan membuat Niara berangkat ke kantor dalam keadaan mata sayu karena kurang tidur. Suara cicak terasa menyengat gendang telinga, tanda sepi sedang menemani. Di rumah Niara sedang berdua dengan bayi Ratna dikarenakan para iparnya sedang bepergian liburan ke luar negeri setelah uang warisan dari Devan cair. “Mas, kamu di mana?” gumam Niara yang hampir setiap hari dia lontarkan. Dering telepon berbunyi, Niara gegas mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. (Bu, maaf mengganggu waktu anda malam-malam begini. Saya mau berkabar jikalau besok saya tidak bisa masuk kerja dikarenakan ibu saya di kampung meninggal dunia, jadi saya harus pulang dengan segera. Besok akan ada

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-01
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   7

    Sebuah mobil hitam sudah terparkir di depan rumah, Niara juga sudah selesai dengan semua pekerjaan rumah dan siap untuk berangkat bekerja seperti biasa, namun dia masih kebingungan ke mana ia harus menitipkan Adzando hari ini. Mencari Irham di seantero rumah, namun Niara tidak mendapatinya. Terpaksa Niara membawa Adzano bersamanya. Niara dengan bawaan penuh di tangan dan bahunya sudah keluar dari rumah. Seorang laki-laki berbadan jangkung keluar dari mobil membukakan pintu untuk Niara. Niara tak mengetahui siapa sosok tersebut dan ia hanya gegas memasuki mobil. “Ibu Niara, perkenalkan nama saya Hildan. Hari ini dan beberapa hari ke depan akan menggantikan tugas Pak Ruben.” Ia membuka kacamatanya, matanya hitam dan agak sipit, nampaknya dia jauh lebih muda dari Ruben. “Iya, Hildan. Kamu bisa panggil saya dengan Ibu Ara saja tidak mengapa.” Hildan mengangguk paham. “Baik, Ibu Ara. Apa kita bisa berangkat sekarang?” tanyanya. “Silakan.” Niara sibuk menenangkan Adzando yang menan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-01
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   8

    Bab 8“Hel, hari ini aku enggak ikut kalian ya.”Rahel yang tadinya sibuk memasukkan makanan ke mulutnya seketika terhenti. Ia menatap Niara dengan penuh arti.“Ra, jangan bilang jika kamu mau lanjutin nyari Devan?” tebak Rahel.Niara hanya diam tak menanggapi. Perjanjian antara Niara dan Rahel sudah terikat dua tahun yang lalu. Jika selama satu tahun Devan tak juga ditemukan, maka Niara akan berhenti menganggap jikalau Devan masih hidup di dunia ini. Nyatanya, sampai saat ini mereka tak menemukan tanda apapun tentang keberadaan Devan. Tapi, sepertinya Niara masih belum bisa berhenti dalam pencarian, ia diam-diam masih berusaha mengulik informasi.“Ra, kamu udah janji loh sama aku.”“Aku tau, Rahel. Tapi kali ini aku enggak akan libatin kamu lagi, aku akan cari sendiri sampai aku merasa lelah dan puas atas pencarianku. Meskipun sudah dua tahun berlalu, aku tetap ngerasa kalau Mas Devan itu masih ada.”Rahel memutar bola matanya, sepertinya ia sudah muak dengan sikap Niara yang begitu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-02
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   9

    Mata Aisyah, membulat. “Ini, kan...” Ucapannya terhenti. Tanpa melanjutkan ucapan yang seharusnya dia sempurnakan. Sering ponsel Aisyah berbunyi, ia meminta izin pada Niara untuk terlebih dahulu mengangkat panggilan telepon itu. Setelah Aisyah beranjak, tiba-tiba telepon Niara juga berdering. Sebuah panggilan dari Ratna. “Hallo, Ratna. Ada apa?” Niara berjalan sembari menempelkan telponnya ke telinga. Suara cempreng Ratna menggema memekik gendang telinga, Niara lagi-lagi dimarahi oleh Ratna, setelah perkara antara Ratna dengan Irham terjadi waktu itu Ratna semakin menjadi-jadi dalam menyiksa Niara saat Irham tidak ada di sampingnya. Ratna sudah bersumpah untuk tidak lagi berlaku buruk pada Niara, tapi nyatanya dia mengingkari sumpahnya. Bahkan lebih parah dari sebelumnya akibat rasa benci dan cemburu yang membara di hatinya, untungnya ada Lia yang selalu mengingatkan Ratna. “Ada apa, Ratna?” tanya Niar lembut. Ratna berwajah masan, dia menarik tangan Adzando dari gen

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-03
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   10

    Erwin dan Niara dibawa Lia ke ruangan tengah, Ratna yang sudah terlelap juga duduk di kursi ruang tengah sembari menahan kantuknya. Niara tak berhenti sesenggukan menahan sesak di dada, ada rasa syok dan takut serta sedih yang mendalam. “Ada apa sih tengah malam gini disuruh ngumpul?” ucap Ratna kesal. Lia menyilangkan kedua tangan ke dada, dia berjalan bolak-balik di depan ketiga iparnya yang sedang duduk. Erwin menyenderkan tubuhnya dia juga merasa tidak tenang karena dialah tajuk utama dalam rapat keluarga kali ini. “Mas, kamu harus jelasin semuanya ke aku!” titah Lia tegas. Erwin berdiri. “Dia menggodaku, Sayang!” Menunjuk pada Niara. Niar merasa tidak terima atas tuduhan yang dilapangkan padanya. Ia juga ikut berdiri untuk membela diri. “Bohong! Kamu yang tiba-tiba masuk ke kamarku!” “Cukup!” teriak Lia sembari menutup kedua telinganya. Ratna yang tidak tahu menahu dengan masalah yang terjadi hanya kebingungan memahami maksud dari ketiga iparnya itu. Erwin mendekat pada L

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-04

บทล่าสุด

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   17

    Mendapati Ekspresi Niara, Aisyah gegas mengambil ponselnya yang jatuh ke lantai. "Mbak, ada apa?" "Kenapa Rizwan?" ucap Niara. 'Aisyah, Aisyah. Kamu mau bantuin mereka?' Suara dari balik telepon itu menarik perhatian Aisyah. "Pak Rizwan," ucapnya gegas menempelkan ponselnya ke telinga. 'Pak, kenapa bisa ponsel Pak Van sama Bapak? Pak, saya perlu bicara dengan Pak Van.' Aisyah mulai takut dengan Rizal setelah mendengar pernyataan dari Niara dan Rahel bagaimana bejatnya dia. 'Berikan kembali pada Ara, aku mau ngomong sama dia!' Aisyah menurut, segera memberikan ponselnya kembali kepada Niara. "Mbak, Pak Rizwan mau ngomong." 'Ara, apa kamu tau orang yang sedang kamu hubungi ini? Dia adalah orang hang selama ini kamu cari...,' ucap Rizwan. 'Bicara!' ujarnya menyuruh seseorang. Niara terdiam. Menunggu... 'Ara, ini aku,' ucap dari balik telepon, suaranya terdengar susah payah. 'Mas Devan,' teriak Ara histeris. Meskipun sudah sangat lama tidak mendengar suara Devan, Niar

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   16

    '"Apa, menikah denganmu?" Niara berdiri, menggertak meja. "Enggak!" lanjutnya. Bukan hanya sampai di situ, Niara juga menumpahkan isi minumannya kepada Rizwan. Bukannya balik memarahi, Rizwan hanya tersenyum menanggapi Niara. Ia kembali merogoh ponselnya, menelpon seseorang dan ia berbincang dengan ponselnya. Napas Niara naik turun, ia masih berusaha mengolah emosi. "Di mana Rahel, Ra? Bawa dia ke sini! Aku akan serahkan Alex padanya." Rahel pasti sudah mendengar apa yang Rizwan katakan. Entah benar atau tidak ucapan Rizwan, yang pasti Niara belum sepenuhnya mempercayai. Niara masih berhati-hati, terlebih dengan kebaikan hati Rizwan saat ini. 'Rahel, kamu di mana?' tanya Niara pada earphone yang terpasang. 'Aku menuju ruangan, Ra. Secepatnya sampai.' Ceklek... Pintu terbuka, memperlihatkan Rahel yang gelagapan. Dia seperti habis berlari kencang. "Di mana anakku?" ucap Rahel segera. "Sabar, Hel. Aku akan penuhi janjiku karena kamu sudah membawa Ara padaku. Seben

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   15

    Niara sudah didandani oleh Rahel. Make up tipis di wajahnya membuat kesan berbeda pada Niara. Dia cantik tanpa make up tapi lebih cantik lagi saat menggunaka make up. “Nyonya Ara, Tuan muda sudah menunggu di depan,” ucap Mbok pada Niara. Rahel memegangi pundak Niara untuk menguatkan. “Jangan putus komunikasi! Kalau dia mau ngapa-ngapain kamu hubungi aku segera.” Niara mengangguk paham. Dengan langkah berat ia berjalan keluar kamar. Dituntun oleh Rahel bak seorang penggiring pengantin yang menggiring pengantinnya menuju pelaminan. Rahel menjerit di dalam hati.Sama halnya dengn Niara. Keduany mempunyai duka yang berbeda. Rizwan sudah menunggu di dalam mobil mewahnya. “Ara,” ucap Rizwan dengan tatapan kagum. Rizwan membukakan pintu mobil bersebelahan dengannya. Niara masuk ke mobil dengan hati yang tak karuan, doa perlindungan tak henti terhatur di dalam hati. Rizwan kembali masuk ke dalam mobil, sejenak ia menatap kepada Niara yang membuang muka dari Rizwan. “Cantik sekali,” puji

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   14

    Niara perlahan membuka mata saat tangan Rizwan beranjak dari wajahnya. Wajah Rizwan sumringah, dia terlihat sangat bahagia dengan mata Niara yang membuka.“Ara,” ucapnya. Niara duduk dan sedikit menjauh dari Rizwan. “Ra, jangan takut! Aku enggak akan nyakitin kamu kok.” Membujuk Niara. “Kamu... Kamu Rizwan kan?” Rizwan mengangguk, tersenyum pada Niara. “Kamu ngapain bawa aku ke sini?” tanya Niara lagi. Rizwan mengubah posisi duduknya, sedikit mendekat pada Niara membuat Niara kembali menjauh. “Ra, sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu. Perasaan ini sangat lama kupendam.” Niara berpura-pura berekspresi kaget mendengar pernyataan perasaan Rizwan padanya. Di sisi lain ada Rahel yang menahan isakan tangisnya, dia masih sangat mencintai Rizwan tapi rasa benci juga berbaur dalam hatinya. “Tapi, kenapa bisa?”“Aku juga nggak tau, Ra. Perasaan ini tiba-tiba aja muncul saat pertama kali aku melihatmu.” Niara meremas sprei kasur. “Tapi, aku enggak ada perasaan apapun sama kamu.” R

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   13

    “Kamu percaya aja gitu sama dia? Setelah semua yang dia lakukan, setelah semua air mata yang kamu keluarkan?” Rahel mengangguk. “Maafin aku, Ra. Aku dipaksa sama dia buat bawa kamu sama dia. Aku udah ketemu sama Alex, dia beneran masih hidup.” "Apa kamu yakin dia memang Alex?" "Yakin, Ra. Ini naluri seorang ibu sama seperti yang kamu bilang apa kamu enggak percaya dengan nalurj seorang ibu?" Niara tak menepis apa yang Rahel katakan. Dia terdiam, merenungkan nasib seorang sahabatnya yang sudah sangat ia prcaya dan cinta. "Ra, kamu mau kan sama Rizwan?" tanya Rahel dengan nada membujuk. Niara tak habis pikir, dia terkesiap dan gegas berdirj dari duduknya. Memberi jarak dari Rahel dengan segera. "Aku enggak bisa, Hel. Enggak akan mau." Niara setengah berteriak. Rahel menarik tangan Niara, ia memohon dengn penuh duka yang menjalar dari kedua matanya. "Aku mohon, Ra. Devan enggak akan kembali, dia sudah mati. Usahamu sia-sia menunggunya pulang. Itu hal yang mustahil." Pla

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   12

    Niara keluar dari dalam kamar, dia merasa tidak nyaman karena terlalu memikirkan Rahel, temannya. Ada ketakutan dan kekhawatiran yang membuat Niara gelisah berkepanjangan. Niara kebingungan harus berjalan ke arah yang mana dikarenakan ruangan rumah ini begitu besar dan terdapat banyak pintu. Niara mencoba memasuki salah satu pintu yang dia yakini adalah pintu untuk leluar, namun nyatanya ia masuk dalam ruangan yang lain. “Aku harus ke mana? Di mana penghuni rumah ini? Tidak mungkin rumah semegah ini tidak ada yang menghuni kan?” gumam Niara. “Rahel, maafkan aku.” Masih berusaha mencari pintu keluar dan mencari penghuni rumah. Seseorang menarik tangan Niara, Niar kaget bukan kepalang. Ia menarik tangan Niara, ke ruangan yang jauh lebih luas ukurannya. “Ra,” ucapnya. Niara terdiam menatap sosok yang telah menarik tangannya itu. “Kamu” Hujan sudah reda namun kilat dan suara guntur masih kerap kali menyapa. Suasana mencekam, keduanya saling menatap tanpa sepatah katapun keluar dari b

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   11

    ‘Hallo. Hel...’ Niara menempelkan ponsel ke telinga. ‘Ra, kamu kenapa? Kamu lagi nangis?’ ‘Hel, aku bisa minta tolong kamu untuk malam ini, aku boleh enggak tidur di rumahmu, malam ini saja?’ Isakan Niara tak bisa disembunyikan. Suaranya nyaring berusaha melawan nyaringnya suara hujan lebat yang saat ini mengguyur bumi. ‘Kamu shareloock, aku jemput sekarang juga!’ Niara menganggakuk. Hubungan telepon terputus, Niara menunggu Rahel datang menjemputnya. Hujan masih tak henti mengguyur bumi, seperti kedua mata Niara yang juga tidak henti mengeluarkan air matanya ke pipi. Rasa syok masih menggema di hatinya, baru kali ini ia mendapati hal seperti ini di hidupnya, untuk cacian hingga pukulan bisa Niara tahan untuk beberapa waktu namun masalah pelecehan tidak bisa Niara tahan dan maafkan sedikit pun. Mobil berhenti di depan halte, seseorang turun dari mobil dan membuka payung. Niara menatap penuh tanya di hati ya pada orang yang berjalan menuju Niara, dia seorang pria. Wajahnya itu

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   10

    Erwin dan Niara dibawa Lia ke ruangan tengah, Ratna yang sudah terlelap juga duduk di kursi ruang tengah sembari menahan kantuknya. Niara tak berhenti sesenggukan menahan sesak di dada, ada rasa syok dan takut serta sedih yang mendalam. “Ada apa sih tengah malam gini disuruh ngumpul?” ucap Ratna kesal. Lia menyilangkan kedua tangan ke dada, dia berjalan bolak-balik di depan ketiga iparnya yang sedang duduk. Erwin menyenderkan tubuhnya dia juga merasa tidak tenang karena dialah tajuk utama dalam rapat keluarga kali ini. “Mas, kamu harus jelasin semuanya ke aku!” titah Lia tegas. Erwin berdiri. “Dia menggodaku, Sayang!” Menunjuk pada Niara. Niar merasa tidak terima atas tuduhan yang dilapangkan padanya. Ia juga ikut berdiri untuk membela diri. “Bohong! Kamu yang tiba-tiba masuk ke kamarku!” “Cukup!” teriak Lia sembari menutup kedua telinganya. Ratna yang tidak tahu menahu dengan masalah yang terjadi hanya kebingungan memahami maksud dari ketiga iparnya itu. Erwin mendekat pada L

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   9

    Mata Aisyah, membulat. “Ini, kan...” Ucapannya terhenti. Tanpa melanjutkan ucapan yang seharusnya dia sempurnakan. Sering ponsel Aisyah berbunyi, ia meminta izin pada Niara untuk terlebih dahulu mengangkat panggilan telepon itu. Setelah Aisyah beranjak, tiba-tiba telepon Niara juga berdering. Sebuah panggilan dari Ratna. “Hallo, Ratna. Ada apa?” Niara berjalan sembari menempelkan telponnya ke telinga. Suara cempreng Ratna menggema memekik gendang telinga, Niara lagi-lagi dimarahi oleh Ratna, setelah perkara antara Ratna dengan Irham terjadi waktu itu Ratna semakin menjadi-jadi dalam menyiksa Niara saat Irham tidak ada di sampingnya. Ratna sudah bersumpah untuk tidak lagi berlaku buruk pada Niara, tapi nyatanya dia mengingkari sumpahnya. Bahkan lebih parah dari sebelumnya akibat rasa benci dan cemburu yang membara di hatinya, untungnya ada Lia yang selalu mengingatkan Ratna. “Ada apa, Ratna?” tanya Niar lembut. Ratna berwajah masan, dia menarik tangan Adzando dari gen

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status