Share

Kamu, Mas?

last update Last Updated: 2025-03-09 21:28:06

Saat jam telah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, Niara sudah siap untuk berangkat bekerja. Di depan juga sudah sedia sebuah mobil yang dikendarai oleh Ruben.

“Hari ini ada meeting dengan klien untuk negosiasi kontrak jam sepuluh,” ujar Ruben mengingatkan.

“Lagi?” Niara fokus pada laptopnya.

“Jam satu siang setelah makan siang dengan klien, diskusi dengan CFO. Pada jam tiga, seminar industri,” jawab Ruben.

“Baik, terimakasih, Ruben.”

Ruben mengangguk sembari melihat Niara dari kaca spion tengah. “Oh iya, Bu Ara. Saya sudah kirimkan yang Ibu minta ke email Ibu.”

Niara tersenyum lembut. “Iya, saya sudah buka email dari kamu. Terima kasih banyak.”

Ruben memutar radio musik di mobil, membuat Niara yang tadinya fokus ke laptop itu pun terhenti. Ia mendengarkan lagu yang di play oleh Ruben.

“Pak Devan selalu memutar lagu ini, Bu. Sepertinya lagunya punya makna yang mendalam bagi Pak Devan dan Ibu.”

“Kamu benar, Ruben. Lagu ini dulunya adalah lagu kesukaan saya, dan setiap kali kami bepergian mau meeting atau apapun itu pasti kami memutar lagu ini di mobil untuk menemani perjalanan kami.”

Ruben tersenyum mendengarkan. Devan sangat memerhatikan apa yang sang istri suka dan tidak suka. Dia benar-benar sudah sangat matang untuk menjadi seorang suami, bahkan selama pernikahan, Devan sama sekali tidak pernah membuat Niara marah atau menangis meski sering berselisih paham. Devan dengan sigap akan mengalah pada istrinya.

“Selama bekerja dengan beliau, saya benar-benar menyaksikan kebaikan dan kelembutan hati Pak Devan. Kesalahan saya yang besar akan menjadi masalah kecil dengan beliau. Jangankan marah, selelah apapun beliau tidak akan pernah mengeluarkan kata kasarnya. Rasanya, Pak Devan bukan menjadikan saya seorang sekretaris, melainkan seorang teman bahkan keluarga.” Ruben mengingat momen bersama Devan.

“Kamu benar, Ruben. Dia adalah sosok yang luar biasa di mataku. Semua orang yang pernah mengenalnya juga pasti akan mengatakan hal yang sama.”

Sesampainya di kantor, Niara langsung saja menuju ruangannya untuk mempersiapkan diri sebelum meeting tiba. Dia merasa sangat bersemangat hari ini setelah melihat foto berbingkai di atas meja kerjanya. Mungkin, itulah yang menjadi alasan bagi Devan menaruh foto itu di atas meja kerjanya. "Mas, doain aku ya. Hari ini hari pertama aku ketemu klien, aku inget banget dulu kamu sebelum ketemu klien pasti sholat sunnah dan berdoa dulu agar semuanya dipermudahkan oleh Allah."

Niar berangkat bersama dengan Ruben ke tempat meeting, segala hal sudah Ruben siapkan agar acara meeting berjalan dengan lancar.

Setelah menaiki lift menuju ruangan yang sudah ditentukan, Niara sempat bertemu dengan seorang yang pernah dia kenal dulu. Dikala Niar hendak menyapa, pintu lift tertutup rapat dan orang tersebut menghilang dari pandangan Niara.

"Ada apa, Bu?" tanya Ruben.

Niara menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, Ruben. Hanya saja tadi saya melihat seseorang yang pernah saya kenal."

Kluar dari lift lelu berjalan masuk menuju ruangan. Mata Safira membelalak saat melihat sosok yang akan menjadi kliennya itu.

"Juan." Niar menyapa.

Juan adalah teman Davin dulunya, namun dikarenakan ada pertikaian kecil memisahkan mereka berdua. Dialah sosok yang tadi dilihat oleh Niara di bawah.

"Ara." Juan memperbaiki posisi dasinya.

"Juan, kamu apa kabar?"

"Baik. Kamu gimana?" Balik bertanya.

"Baik. Aku baik."

"Di mana Devan?"

Niara terdiam mendengar pertanyaan Juan.

"Emmm... Sebaiknya kita lanjutkan meeting kita hari ini karena kamu pasti sibuk dan tidak punya banyak waktu." Menghindar menjawab pertanyaan Juan padanya.

Juan menyetujui. Sepertinya dia tidak mengetahui mengenai kematian Davin.

Mereka memulai kegiatan meeting mereka. Serius dan fokus.

***

Saat libur bekerja, pagi sekali Niara berangkat ke pasar untuk membeli keperluan dapur. Keranjang yang dia bawa beberapa buah terisi penuh membuatnya sangat kerepotan, terlebih dia hanya menggunakan jasa ojek.

"Mbak, barang belanjaannya ketinggalan," panggil seseorang dari seberang jalan yang tiba-tiba terhalang oleh sebuah mobil pengangkut barang.

Niara terdiam, dia seperti mempertajam indra pendengarnya. "Suara itu," ucap Niara.

Saat mobil pengangkut itu telah menjauh, tersisalah barang bawaan Niara yang tergeletak di sana. Niara mencari-cari sosok yang telah memanggilnya sebelumnya. "Mas Devan," ucap Niara menoleh ke kanan dan ke kiri. "Bu, Ibu tadi liat siapa yang bawain belanjaan saya ini?" tanya Niara pada pedagang sayur yang dekat dengan keranjang belanja Niara yang tertinggal.

"Iya, laki-laki."

"Gimana, Bu. Orangnya?" tanya Niara serius.

"Saya kurang memperhatikan, Mbak. Memangnya kenapa?"

"Oh, jadi begitu. Nggak ada apa-apa, Bu. Makasih ya, Bu." Niara pun menyadarkan dirinya bahwa dia terlalu memaksa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Kecelakaan

    “Semua hak warisan Devan jatuh kepada Niara, termasuk dengan villa. Ada yang mau protes? Silakan mengangkat tangan!” Lelaki berjas hitam dengan dasi polkadot sedang mengadakan rapat keluarga besarnya. Namanya Devan, pemilik salah satu perusahaan besar di Asia. Dia mempunyai kekayaan mencapai kuadriliun. Devan adalah anak kedua dari empat bersaudara, namun dialah pemegang saham sepenuhnya yang mana adalah hasil pembagian warisan dari almarhum ayah mereka yang Devan kembangkan hingga menjadi sebesar sekarang. Tidak ada yang mengetahui tentang kekayaan Devan dari pihak keluarganya ini. Saudara Devan hanya tahu Devan bekerja menjadi direktur di suatu perusahaan dan beberapa buah villa yang cukup menghasilkan. “Apa, perempuan mandul itu?” sanggah kakak tertua. Kakak tertua mempunyai watak yang paling kers dan pemarah, namanya Erwin dengan sedikit jabis di dagunya, mempunyai dua orang anak yang tinggal di Australia bersama istrinya. Erwin bekerja tak menetap dikarenakan wataknya yang k

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Percaya

    Sesampainya di rumah setelah pergi dari tempat kejadian, Niara gegas ke kamar dan mengurung diri. Ia tersandar di belakang pintu dengan hati yang tak menentu. “Nggak mungkin, itu bukan Mas Devan. Aku bisa merasakan dan yakin kalau mayat itu bukan Mas Devan,” gumam Niara yakin. Meskipun keyakinan hatinya begitu besar, namun Niara tetap tidak bisa membendung air matanya. Mengingat jikalau mobil serta ponsel dan dompet di tempat kejadian adalah milik Devan, suaminya. “Jika bukan Mas Devan, lalu siapa? Mas Devan ke mana?” Niara masih berusaha menenangkan hati kecilnya. “Nggak, aku yakin. Mayat itu bukan Mas Devan. Mungkin saja, mobilnya tadi dipinjam sama rekan kerjanya dan Mas Devan memang tidak ada di dalam mobil itu waktu kejadian.” [Tok... Tok... Tok] Ketukan pintu terdengar sangat keras, membuat Niara gegas keluar dari zona pikirnya. “Mas Devan?” ucap Niara dengan penuh harapan dan ia pun gegas membuka pintu. Namun, harapan tidak seindah kenyataan. “Pake acara pura-pura nangi

    Last Updated : 2025-02-28
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Sahabat Sejati

    Pagi hari sekali, Niara telah berdandan cantik dengan pakaian yang sudah lama tersimpan di dalam almari, ia kembali akan menjalani hari dengan bekerja di kantor seperti dulu sebelum ia memutuskan menikah dengan Devan. Penampilannya terlihat sangat elegan dan anggun, membuat setiap pasag mata yang menatapnya tidak akan percaya jikalau ia adalah Niara. Erwin tak berkedip saat melihat Niara yang hendak berangkat bekerja, ia terpana dengan kemolekan dan keanggunan sang adik ipar yang selalu ia caci dan siksa. “Sudah mau berangkat, Niara?” tanya Erwin dengan nada yang berbeda dari biasanya. Niara sedikit memberi jarak. “Iya, Kak.” “Naik apa? Apa mau aku anterin?” Suara Erwin semakin memelan. Niara menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Kak. Niara ada yang jemput,” jawab Niara yang merasa tidak nyaman terhadap perubahan sikap kakak iparnya. “Dasar, mentang-mentang udah kerja. Kamu berani menolak ajakanku.” Suara Erwin kembali menggelegar seperti biasanya, tangannya siap melaya

    Last Updated : 2025-02-28
  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Jadwal

    Ratna sedang mondar-mandir di ruang tengah. Dia merasa tidak tenang setelah kepergian Niara ke kantor karena ketakutan menghantuiya. “Ratna, kamu itu kenapa sih dari tadi mondar-mandir?” tanya Lia santai duduk di depan tivi. “Aku khawatir, Mbak. Gimana kalau si Lusuh itu menceritakan apa yang terjadi di rumah ke orang-orang? Bisa mamp*s kita,” jawab Ratna yang tidak berhenti mondar-mandir. Lia nampak santai menanggapi. “Kamu jangan khawatir, Ratna. Si Lusuh itu nggak bakalan berani cerita ke siapa pun, aku yakin seratus persen mengenai hal itu.” Lia tersenyum licik. Ratna pun gegas duduk di samping Lia dan ia mendekatkan telinganya karena penasaran mengapa Lia se-percaya diri itu. “Kenapa Mbak Lia seyakin itu?” tanya Ratna melotot. Lia memiringkan bibirnya meremehkan. “Karena aku punya kuncinya,” jawabnya. “Kunci?” Ratna semakin penasaran dibuat Lia. “Benar, kunci yang bisa membungkam Niara untuk selamanya.” “Apa itu, Mbak?” Ratna antusias. Lia menempelkan ja

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Kamu, Mas?

    Saat jam telah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, Niara sudah siap untuk berangkat bekerja. Di depan juga sudah sedia sebuah mobil yang dikendarai oleh Ruben. “Hari ini ada meeting dengan klien untuk negosiasi kontrak jam sepuluh,” ujar Ruben mengingatkan. “Lagi?” Niara fokus pada laptopnya. “Jam satu siang setelah makan siang dengan klien, diskusi dengan CFO. Pada jam tiga, seminar industri,” jawab Ruben. “Baik, terimakasih, Ruben.” Ruben mengangguk sembari melihat Niara dari kaca spion tengah. “Oh iya, Bu Ara. Saya sudah kirimkan yang Ibu minta ke email Ibu.” Niara tersenyum lembut. “Iya, saya sudah buka email dari kamu. Terima kasih banyak.” Ruben memutar radio musik di mobil, membuat Niara yang tadinya fokus ke laptop itu pun terhenti. Ia mendengarkan lagu yang di play oleh Ruben. “Pak Devan selalu memutar lagu ini, Bu. Sepertinya lagunya punya makna yang mendalam bagi Pak Devan dan Ibu.” “Kamu benar, Ruben. Lagu ini dulunya adalah lagu kesukaan

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Jadwal

    Ratna sedang mondar-mandir di ruang tengah. Dia merasa tidak tenang setelah kepergian Niara ke kantor karena ketakutan menghantuiya. “Ratna, kamu itu kenapa sih dari tadi mondar-mandir?” tanya Lia santai duduk di depan tivi. “Aku khawatir, Mbak. Gimana kalau si Lusuh itu menceritakan apa yang terjadi di rumah ke orang-orang? Bisa mamp*s kita,” jawab Ratna yang tidak berhenti mondar-mandir. Lia nampak santai menanggapi. “Kamu jangan khawatir, Ratna. Si Lusuh itu nggak bakalan berani cerita ke siapa pun, aku yakin seratus persen mengenai hal itu.” Lia tersenyum licik. Ratna pun gegas duduk di samping Lia dan ia mendekatkan telinganya karena penasaran mengapa Lia se-percaya diri itu. “Kenapa Mbak Lia seyakin itu?” tanya Ratna melotot. Lia memiringkan bibirnya meremehkan. “Karena aku punya kuncinya,” jawabnya. “Kunci?” Ratna semakin penasaran dibuat Lia. “Benar, kunci yang bisa membungkam Niara untuk selamanya.” “Apa itu, Mbak?” Ratna antusias. Lia menempelkan ja

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Sahabat Sejati

    Pagi hari sekali, Niara telah berdandan cantik dengan pakaian yang sudah lama tersimpan di dalam almari, ia kembali akan menjalani hari dengan bekerja di kantor seperti dulu sebelum ia memutuskan menikah dengan Devan. Penampilannya terlihat sangat elegan dan anggun, membuat setiap pasag mata yang menatapnya tidak akan percaya jikalau ia adalah Niara. Erwin tak berkedip saat melihat Niara yang hendak berangkat bekerja, ia terpana dengan kemolekan dan keanggunan sang adik ipar yang selalu ia caci dan siksa. “Sudah mau berangkat, Niara?” tanya Erwin dengan nada yang berbeda dari biasanya. Niara sedikit memberi jarak. “Iya, Kak.” “Naik apa? Apa mau aku anterin?” Suara Erwin semakin memelan. Niara menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Kak. Niara ada yang jemput,” jawab Niara yang merasa tidak nyaman terhadap perubahan sikap kakak iparnya. “Dasar, mentang-mentang udah kerja. Kamu berani menolak ajakanku.” Suara Erwin kembali menggelegar seperti biasanya, tangannya siap melaya

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Percaya

    Sesampainya di rumah setelah pergi dari tempat kejadian, Niara gegas ke kamar dan mengurung diri. Ia tersandar di belakang pintu dengan hati yang tak menentu. “Nggak mungkin, itu bukan Mas Devan. Aku bisa merasakan dan yakin kalau mayat itu bukan Mas Devan,” gumam Niara yakin. Meskipun keyakinan hatinya begitu besar, namun Niara tetap tidak bisa membendung air matanya. Mengingat jikalau mobil serta ponsel dan dompet di tempat kejadian adalah milik Devan, suaminya. “Jika bukan Mas Devan, lalu siapa? Mas Devan ke mana?” Niara masih berusaha menenangkan hati kecilnya. “Nggak, aku yakin. Mayat itu bukan Mas Devan. Mungkin saja, mobilnya tadi dipinjam sama rekan kerjanya dan Mas Devan memang tidak ada di dalam mobil itu waktu kejadian.” [Tok... Tok... Tok] Ketukan pintu terdengar sangat keras, membuat Niara gegas keluar dari zona pikirnya. “Mas Devan?” ucap Niara dengan penuh harapan dan ia pun gegas membuka pintu. Namun, harapan tidak seindah kenyataan. “Pake acara pura-pura nangi

  • Ternyata Aku Istri Konglomerat   Kecelakaan

    “Semua hak warisan Devan jatuh kepada Niara, termasuk dengan villa. Ada yang mau protes? Silakan mengangkat tangan!” Lelaki berjas hitam dengan dasi polkadot sedang mengadakan rapat keluarga besarnya. Namanya Devan, pemilik salah satu perusahaan besar di Asia. Dia mempunyai kekayaan mencapai kuadriliun. Devan adalah anak kedua dari empat bersaudara, namun dialah pemegang saham sepenuhnya yang mana adalah hasil pembagian warisan dari almarhum ayah mereka yang Devan kembangkan hingga menjadi sebesar sekarang. Tidak ada yang mengetahui tentang kekayaan Devan dari pihak keluarganya ini. Saudara Devan hanya tahu Devan bekerja menjadi direktur di suatu perusahaan dan beberapa buah villa yang cukup menghasilkan. “Apa, perempuan mandul itu?” sanggah kakak tertua. Kakak tertua mempunyai watak yang paling kers dan pemarah, namanya Erwin dengan sedikit jabis di dagunya, mempunyai dua orang anak yang tinggal di Australia bersama istrinya. Erwin bekerja tak menetap dikarenakan wataknya yang k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status